1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Asam urat merupakan hasil akhir katabolisme purin dalam tubuh yang tidak memiliki fungsi fisiologis sehingga dianggap sebagai produk buangan. Pada
kondisi normal, kadar asam urat dalam darah adalah 3,4-7,0 mg100 ml pada pria dan 2,4-5,7 mg100 ml pada wanita Howkin et al, 1997.
Pada kondisi patofisiologis, dapat terjadi peningkatan kadar asam urat dalam darah melewati batas normal yang disebut hiperurisemia yang dapat menyebabkan
akumulasi kristal urat pada persendian sehingga menimbulkan rasa nyeri Price et al, 1995. Pada manusia, asam urat dieksresikan didalam urin, tetapi dalam
mamalia lain, asam urat dioksidasi lebih lanjut menjadi alantoin dikatalisasi oleh enzim urikase Yuno, 2003.
Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangun Kusumo Jakarta, penderita rematik gout dari tahun ke tahun semakin
meningkat dan ada kecenderungan diderita pada usia semakin muda, yaitu kelompok usia produktif 30 sampai 50 tahun. Oleh karena itu, jika penyakit ini
tidak ditangani secara tidak tepat, maka gangguan yang ditimbulkan dapat menurunkan produktivitas kerja Krisnatuti et al, 1997.
Diperkirakan bahwa gangguan asam urat terjadi pada 840 dari setiap 100.000 orang, dan mewakili sekitar 5 dari total penyakit radang sendi. Penyakit ini
dapat dikelompokkan menjadi bentuk gout primer yang umum terjadi 90 kasus. Penyebabnya tidak diketahui dengan jelas, tetapi diperkirakan akibat
kelainan proses metabolisme dalam tubuh, dan yang pasti ada hubungannya dengan obesitas, hipertensi, hiperlipidemia, dan diabetes mellitus. Umumnya
dialami oleh laki-laki berusia lebih dari 30 tahun. Sedangkan gout sekunder 10 kasus dialami oleh umumnya wanita setelah menopause. Penyebabnya adalah
gangguan hormon Redaksi Vita Healt, 2008. Pengobatan penyakit gout bertujuan untuk mengurangi rasa sakit dan
pembengkakan sendi serta menurunkan kadar asam urat darah. Penurunan kadar asam urat darah dapat dilakukan dengan cara mengurangi produksi atau
meningkatkan eksresi asam urat. Salah satu obat yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah adalah alopurinol. Pengobatan dengan
alopurinol atau obat gout lainnya biasanya dilakukan dalam jangka waktu lama, dengan cara mengurangi produksi atau meningkatkan eksresinya. Saat ini
pengobatan hiperurisemia serta gout dilakukan dengan alopurinol serta obat-obat anti inflamasi lainnya. Penggunaan obat sintesis dalam jangka waktu yang
panjang dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan serta dilihat dari aspek ekonomi obat sintesis memberatkan pasien dalam hal biaya. Oleh karena
itu, dibutuhkan pengembangan dari bahan alam yang lebih murah dan memiliki potensi yang lebih baik yang berasal dari bahan alam yaitu obat tradisional
mengingat sumber daya alam Indonesia yang beragam akan tanaman obat. Selain itu obat-obat yang berasal dari bahan alam terbukti secara empiris lebih akan
digunakan dalam penggunaan jangka panjang dibanding dengan obat-obat sintesis Yuno, 2003.
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati terbesar di dunia dengan lebih dari 30 ribu spesies tanaman berkhasiat mengobati melalui
penelitian ilmiah. Hanya sekitar 180 spesies tersebut telah dimanfaatkan dalam tanaman obat tradisional oleh industri obat tradisional Indonesia Herlina, 2005.
Hal ini disebabkan pemanfaatan tumbuhan obat Indonesia untuk mengobati suatu penyakit biasanya hanya berdasarkan pengalaman empiris yang diwariskan secara
turun temurun tanpa disertai data penunjang yang memenuhi persyaratan. Contoh tanaman obat yang sering dimanfaatkan adalah sirih. Secara empiris orang yang
mengkonsumsi sirih jarang ditemukan mempunyai penyakit asam urat. Dalam daun sirih terdapat kandungan tannin yang pada penelitian sebelumya
menyebutkan senyawa tannin mampu menghambat enzim xanthin oksidase Immaculata et al, 2005.
Penelitian farmakologis dengan tahap pengujian secara sistematik, menggunakan metode uji pengukuran penurunan kadar asam urat yang tepat harus
digunakan agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, bermanfaat bagi masyarakat dan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya. Hal
tersebut melatarbelakangi dilakukannya pengujian khasiat efek ekstrak etanol Daun Sirih Piper betle L untuk menurunkan kadar asam urat darah hewan coba.
Dalam hal ini hewan percobaan yang digunakan adalah tikus putih jantan jantan galur Sprague-Dawley yang dibuat hiperurisemia yang diinduksi oleh kafeina
sebagai metode uji asam urat praklinis yang mendekati keadaan penderita asam urat yang sebenarnya dan pemeriksaan kadar asam urat darahnya menggunakan
metode tes strip asam urat.
1.2 Perumusan Masalah