kloroform Merck, HCl Merck, pereaksi Dragendroff, pereaksi Mayer, n- Butanol Merck, H
2
SO
4
Merck
,
FeCl
3
, NaOH Merck, Aquades, tes strip asam urat Easy Touch
4.3 Alat-Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : timbangan hewan Ohauss, kandang tikus beserta tempat makanan dan minum,
sonde oral, jarum suntik, hotplate Wiggen Hauser, blender, magnetic stirrer, destiller, oven, timbangan analitik Wiggen Hauser, holder, vacuum rotary
evaporator Memmert Eyele, kertas saring, kapas, kamera, alat tes strip asam urat EasyTouch, timbangan hewan Mettler Toledo, timbangan analitik Mettler
Toledo, dan alat-alat gelas Iwaki pyrex.
4.4 Prosedur Kerja
4.4.1 Pembuatan simplisia
Pembuatan simplisia berupa daun sirih sebanyak 2.820 gram melalui tahapan-tahapan pembuatan simplisia yang baik dan memenuhi syarat terdiri dari
tahap-tahap sebagai berikut : sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, penggilingan dan pengayakan.
4.4.2. Ekstraksi
Simplisia serbuk daun sirih Piper betle L diekstraksi dengan metode maserasi dengan menggunakan pelarut etanol 70 sehingga didapat ekstrak, lalu
ekstrak tersebut dievaporasi dengan vacuum rotary evaporator sehingga didapat ekstrak kental kemudian ekstrak tersebut diuji aktivitas penurunan kadar asam
urat darahnya Depkes RI. Dirjen BPOM,2000; Anonim.
Tahapan proses ekstraksi sebagai berikut : Ditimbang serbuk simplisia 500 gr, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer, ditambahkan pelarut etanol 70
sampai serbuk simplisia terendam dan terdapat lapisan pelarut setebal 3 cm di atas serbuk simplisia; kemudian erlenmeyer ditutup dan lakukan maserasi selama satu
hari sambil sesekali diaduk; selanjutnya saring hasil maserasi dengan menggunakan kapas di atas corong sehingga didapatkan filtrate, lalu filtrat yang
dihasilkan disaring lagi dengan menggunakan kertas saring; kemudian dimaserasi kembali sampai nampak warna pucat. Filtrat yang didapatkan kemudian diuapkan
pelarutnya dengan menggunakan vacuum rotary evaporator sampai didapatkan ekstrak kental lampiran 5.
4.4.3 Uji Penapisan Fitokimia Farnsworth, 1969
A. Identifikasi golongan alkaloid Sebanyak + 5 gram serbuk dilembabkan dengan 5 ml ammoniak 25
digerus dalam mortir, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan digerus kembali dengan kuat, campuran tersebut disaring dengan kertas saring,
filtrat berupa larutan organik diambil sebagai larutan A, sebagai larutan A 10 ml diekstraksi dengan 10 ml larutan HCl 1:10 dengan pengocokan
dalam tabung reaksi, diambil larutan bagian atasnya larutan B. Larutan A diteteskan beberapa tetes pada kertas saring dan disemprot atau ditetesi
dengan pereaksi Dragendroff, terbentuk warna merah atau jingga pada kertas saring menunjukkan adanya senyawa alkaloid. Larutan B dibagi
dalam 2 tabung reaksi, ditambahkan masing-masing pereaksi Dragendroff dan pereaksi Mayer, terbentuk endapan merah bata dengan pereaksi
Dragendroff dan endapan putih dengan pereaksi Mayer menunjukkan adanya senyawa alkaloid.
B. Identifikasi golongan flavonoid Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 100 ml air panas, didihkan selama 5
menit, saring. Ambil 5 ml filtratnya dalam tabung reaksi, ditambahkan serbuk Mg secukupnya dan 1 ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol,
kocok kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya warna merah, kuning, atau jingga pada lapisan amil alkohol menunjukkan adanya flavonoid.
C. Identifikasi golongan saponin Serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambah 10 ml air panas.
Setelah dingin kocok kuat secara vertikal selama 10 detik. Terbentuknya busa yang stabil, menunjukkan adanya saponin, bila ditambahkan 1 tetes
HCl 1 busa tetap stabil. D. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
Sebanyak + 5 gram serbuk dimaserasi dalam 20 ml eter selama 2 jam kemudian disaring. Diuapkan dalam cawan penguap sampai kering.
Ditambahkan 2 tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat ke dalam residu. Terbentuknya warna hijau atau merah menunjukkan adanya
steroidtriterpenoid. E. Identifikasi golongan tannin
Sebanyak + 10 gram serbuk ditambah 10 ml air, didihkan selama 15 menit, setelah dingin kemudian di saring dengan kertas saring. Filtrat ditambah 1-
2 tetes FeCl
3
1 , terbentuknya warna biru, hijau atau hitam menunjukkan adanya seyawa golongan tannin.
F. Identifikasi golongan kuinon Sebanyak + 1 gram serbuk dipanaskan dalam air selama 5 menit, disaring.
Sebanyak 5 ml filtrat ditambah 5 ml NaOH 1 N, terbentuk warna merah menunjukkan adanya kuinon.
G. Identifikasi golongan minyak atsiri Sebanyak + 2 gram serbuk dimasukkan ke dalam tabung reaksi volume
20 ml, tambahkan 10 ml pelarut petroleum eter. Pada mulut tabung dipasang corong yang diberi lapisan kapas yang telah dibasahi dengan air,
kemudian disaring dengan kertas saring. Filtrat yang diperoleh diuapkan pada cawan penguap, selanjutnya residu dilarutkan dengan pelarut etanol
95 sebanyak 5 ml lalu saring dengan kertas saring. Filtratnya diuapkan dengan cawan penguap, residu yang berbau aromatik menunjukkan adanya
senyawa golongan minyak atsiri.
4.4.4. Persiapan Hewan Uji
Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan berumur 3-4 bulan dengan berat badan 200-250 gram diaklimatisasi selama dua minggu agar dapat
menyesuaikan dengan lingkungannya, mengontrol kesehatan dan berat badannya. Selama proses adaptasi dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan
berat badan. Hewan uji dipilih sebanyak 24 ekor tikus putih jantan secara acak untuk dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor.
4.4.5. Rancangan Percobaan
Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague- Dawley berumur 3-4 bulan dengan berat badan 150-250 gram diaklimatisasi
selama dua minggu agar dapat menyesuaikan dengan lingkungannya. Selama proses adaptasi dilakukan pengamatan kondisi umum dan penimbangan berat
badan. Hewan uji dipilih sebanyak 24 ekor tikus putih jantan secara acak untuk dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 4 ekor Tabel 1.
Penentuan jumlah tikus tiap kelompok, dihitung berdasarkan rumus Federer : n- 1 t-1
≥15, dimana t menunjukkan jumlah perlakuan dan n menunjukkan jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan Sudjana, 1992.
Tabel 1. Pembagian kelompok hewan uji
Kelompok Jumlah Tikus
Perlakuan
I 4
Kontrol normal, diberi air larutan Na-CMC 0,5 II
4 Kontrol perlakukan, diberi kafeina 27 mg200 g BB
dalam larutan Na-CMC 0,5 III
4 Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na-
CMC 0,5 dan alopurinol 36 mg200 g BB dalam larutan Na-CMC 0,5 Pembanding
IV 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan ekstrak uji dosis rendah
V 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan ekstrak uji dosis sedang
VI 4
Diberi kafeina 27 mg200 g BB dalam larutan Na- CMC 0,5 dan ekstrak uji dosis tinggi
Berarti dengan jumlah kelompok percobaan sebanyak 6 kelompok maka tikus yang terdapat pada tiap kelompok yaitu 4, sedangkan pada penelitian kali
ini saya menggunakan tikus pada tiap kelompok yaitu 4 tikus, berikut
perhitungannya : n-1.t-1 = 6-1.4-1 = 15, jadi hasil ini sudah dapat diterima, karena berdasarkan rumus Federer jumlah yang dihasilkan 15.
4.4.6. Pembuatan Ekstrak Uji dan Perhitungan Dosis.
A. Dosis ekstrak kental daun sirih Dosis Rendah = 41,5 mg200 g BBhari
Dosis Sedang = 83 mg200 g BBhari Dosis tinggi
= 166 mg200 g BBhari Lampiran 7
Volume larutan ektsrak uji yang diberikan kepada setiap kelompok uji dibuat dalam konsentrasi 160 mg ml lampiran 8.
B. Dosis alopurinol sebagai kontrol pembanding Dosis alopurinol yang digunakan adalah 200 mghari untuk manusia.
Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 Paget Barnes, 1964 dan faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 Mandel et
al,1979. Dosis untuk tikus = 200 mg x 0,018 x 10 = 36 mg200 g BB. C. Dosis Kafeina
Dosis Kafeina yang digunakan adalah 150 mghari untuk manusia. Faktor konversi dari manusia ke tikus adalah 0,018 Paget Barnes, 1964 dan
faktor farmakokinetika yang digunakan adalah 10 Mandel et al,1979. Dosis untuk tikus = 150 mg x 0,018 x 10 = 27 mg200 g BB.
4.4.7. Penyiapan Larutan Ekstrak Uji
A. Pembuatan sediaan ekstrak kental daun sirih lampiran 9. B. Pembuatan suspensi alopurinol lampiran 9.
C. Pembuatan suspensi kafeina lampiran 9.
4.4.8. Percobaan
Pada uji ini dilakukan upaya peningkatan kadar asam urat darah dengan menginduksi tikus dengan kafeina 27 mg200 g BB. Setelah penginduksian
tersebut, kadar asam urat darah tikus dikontrol dan diukur pada hari ke-6 untuk meyakinkan bahwa kafeina dengan dosis tersebut menyebabkan hiperurisemia.
Selesai perlakukan, semua tikus diistirahatkan di dalam kandang masing-masing dan diberi makan dan minum
Pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing setiap hari dan kafeina tetap diberikan juga pada semua kelompok
kecuali kelompok normal. Pengukuran kadar asam urat darah selanjutnya pada hari ke-9, ke-12 dan ke-15 Azizahwati et al, 2005 Lampiran 6.
4.4.9. Cara Pengambilan Darah
Sebelum pengambilan darah, tikus dimasukkan ke dalam kandang kecil sedemikian rupa hingga tidak dapat bergerak. Kemudian ekor tikus dibersihkan
dengan alkohol 70. Selanjutya ujung ekor tikus digumting kurang lebih 0,2 cm dari ujung ekor, dilakukan pemijatan perlahan terhadap ekor agar darah keluar.
4.4.10. Pengukuran Kadar Asam Urat Darah
Pengukuran kadar asam urat dalam darah dilakukan dengan menggunakan alat tes strip asam urat.
4.4.11. Uji Statistik Terhadap Kadar Asam Urat Darah
Data yang diperoleh diolah secara statistik menggunakan SPSS. Dimana kadar asam urat darah Hari Pertama untuk semua kelompok uji diuji
homogenitasnya Levene dan uji kenormalannya One-Sample Kolmogorov- Smirnov Test. Bila kedua uji ini dipenuhi maka selanjutnya dilakukan uji
ANOVA satu arah untuk melihat ada atau tidaknya perbedaan bermakna antara kelompok perlakuan dan bila terdapat perbedaan bermakna, maka untuk
mengetahui perbedaan antar kelompok perlakuan dilanjutkan uji Beda Nyata Terkecil BNT dengan metode LSD. Tetapi bila ada salah satu atau kedua uji
tersebut tidak dipenuhi maka analisis dilakukan dengan uji Kruskall Wallis
Santoso, 2008; Dahlan, 2004; Sudjana, 1992.
44
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.1.1 Determinasi Tanaman
Determinasi tanaman dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Bogor, Jawa Barat. Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman
ini adalah jenis tanaman sirih Piper betle L suku Piperaceae Lampiran 1. 5.1.2
Ekstraksi
Ditimbang serbuk daun dirih Piper betle L sebanyak 500 gram, kemudian dimaserasi dengan etanol 70, setelah itu dikentalkan dengan vacuum
rotary evaporator sehingga didapatkan ekstrak kental sebanyak 62,4 g dan
rendemen yang didapat sebesar 12,48 Lampiran 7. 5.1.3
Penapisan Fitokimia
Berdasarkan hasil pemeriksaan penapisan fitokimia ekstrak kental daun sirih Piper betle L yang saya periksa di laboratorium fitokimia program sudi
farmasi fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan universitas islam negeri Syarif Hidayatullah terdapat beberapa golongan senyawa seperti alkaloid, flavonoid,
saponin, steroidtriterpenoid, tannin, dan minyak atsiri Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan penapisan fitokimia ekstrak kental daun sirih Golongan senyawa
Hasil penapisan a. Alkaloid
b. Flavonoid c. Saponin
d. Steroidtriterpenoid e. Tannin
f. Kuinon g. Minyak Atsiri
+ +
+ +
+
- +
Keterangan : + Memberikan reaksi positif, - Memberikan reaksi negatif
5.1.4 Hasil Pengukuran Kadar Asam Urat Darah
Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama percobaan Gambar 6 dan Tabel 3 dan untuk data hasil pengukuran kadar asam
urat darah hewan uji selengkapnya selama percobaan Tabel 4.
Gambar 6. Kurva kadar asam urat darah rata-rata hewan uji selama percobaan
Tabel 3. Hasil pengukuran rata-rata kadar asam urat darah hewan uji selama percobaan mgdl
Waktu Hari
Kontrol Normal
Kontrol Negatif
Kontrol Pembanding
Ekstrak Dosis
Rendah Ekstrak
Dosis Sedang
Ekstrak Dosis
Tinggi 1.65
1.48 1.30
1.60 1.13
1.53 6
1.50 2.90
2.78 2.95
2.98 2.88
9 1.43
3.33 2.45
3.00 2.63
2.53 12
1.50 3.55
1.78 2.98
2.23 1.60
15 1.43
3.85 1.15
2.63 1.73
1.53
Tabel 4. Hasil pengukuran kadar asam urat darah hewan uji selama percobaan mgdl
Kelompok Hari ke-0
Hari ke-6 Hari ke-9
Hari ke-12 Hari ke-15
1 1.3
1.2 1.7
1.5 1.3
1 1.5
1.2 1.5
2.1 1.7
1 1.7
1.7 1.3
1.1 1.5
1 2.1
1.5 1.2
1.3 1.2
2 1.2
2.9 3.3
3.7 3.9
2 1.5
3.1 3.5
3.3 3.7
2 1.5
3.0 3.1
3.7 4.1
2 1.7
2.6 3.4
3.5 3.7
3 1.0
2.6 2.1
1.5 1.1
3 1.3
3.3 2.9
2.1 1.2
3 1.4
2.7 2.5
1.5 1.0
3 1.5
2.5 2.3
2.0 1.3
4 1.3
3.0 2.9
3.0 2.9
4 1.5
3.1 3.2
3.1 2.7
4 1.5
2.9 3.0
3.1 2.4
4 2.1
2.8 2.9
2.7 2.5
5 1.0
3.1 2.7
2.5 1.5
5 1.2
2.9 2.9
2.2 1.8
5 1.3
2.9 2.6
2.2 1.7
5 1.0
3.0 2.3
2.0 1.9
6 1.0
3.0 2.8
1.7 1.6
6 1.3
2.8 2.7
1.6 1.3
6 1.7
2.7 2.1
1.6 1.7
6 2.1
3.0 2.5
1.5 1.5
5.1.5 Uji Statistik Kadar Asam Urat Darah
Kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan seluruh kelompok hewan uji dilakukan uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, uji
homogenitas dan analisis ANOVA satu arah satu arah serta Beda Nyata Terkecil. Pada uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan terdistribusi normal p
≥0,05 dan pada uji homogenitas menunjukkan bervariasi homogen p
≥0,05 sehingga dapat dilanjutkan dengan analisia ANOVA satu arahLampiran 10 dan 11. Pada analisis ANOVA satu arah bila p
≤0,05 maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil BNT dengan metode LSD lampiran
120.
5.2 Pembahasan
Penelitian ini menggunakan metode induksi kafeina yang merupakan uji praklinik yang lebih mendekati keadaan penderita asam urat yang sebenarnya.
Pada metode ini, kafeina yang merupakan golongan xanthin akan dimetabolisme oleh enzim xanthin oksidase menjadi asam urat sehingga asam urat pada hewan
uji meningkat kadarnya. Ekstrak kental Daun sirih Piper betle L diuji kemampuannya untuk menghambat pembentukan enzim xanthin oksidase dari
hewan uji karena dalam daun sirih terdapat kandungan senyawa tannin, dimana pada penelitian sebelumnya senyawa tannin dapat menghambat pembentukan
enzim xanthin oksidase Immaculata,2005. Dilakukan ekstraksi daun sirih Piper betle L menggunakan pelarut etanol 70
yang kemudian dilakukan penapisan fitokimia sebelum diuji efeknya terhadap
penurunan kadar asam urat darah. Penelitian ini hanya meneliti terbatas pada hasil ekstrak etanol daun sirih Piper betle L dan pengaruhnya terhadap penurunan
kadar asam urat darah tikus yang diinduksi dengan kafeina 27 mg200 g BB tikus. Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague Dawley
yang didapat dari Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan telah melalui tahap identifikasi oleh Laboratorium Histopatologi Fakultas Kedokteran Hewan IPB
Lampiran 2. Dipilih galur Sprague Dawley karena mudah didapat, murah dan telah ada penelitian sebelumnya yang berhasil. Tikus putih jantan pada usia 3-4
bulan adalah tkus dewasa muda yang mempunyai keadaan fisiologik yang optimum. Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama 2 minggu, agar dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannnya selama penelitian berlangsung. Tikus yang dipilih untuk penelitian adalah tikus yang sehat dengan ciri-ciri adalah bulu
bersih, mata merah jernih bersinar, tingkah laku normal dan berat badan bertambah setelah diaklimatisasi menjadi 200-250 g. Selama pemeliharaan semua
tikus ditimbang, diberi makan dan minum dengan takaran yang sama untuk setiap ekor.
Pada penelitian ini menggunakan 3 kelompok kontrol untuk lebih jelas membandingkan nilai signifikan dari setiap kelompok hewan uji yaitu kontrol
normal, kontrol negatif dan kontrol pembanding. Kelompok kontrol normal diperlukan untuk mengetahui kadar normal asam urat darah selama percobaan.
Kontrol negatif yang diinduksi dengan kafeina diperlukan untuk mengetahui peningkatan kadar asam urat darah dari keadaan normal selama percobaan.
Sedangkan kontrol pembanding dalam penelitian ini adalah alopurinol, diperlukan
untuk melihat pengaruh obat penurun kadar asam urat darah oral yang telah terbukti khasiatnya untuk menurunkan kadar asam urat darah.
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini berupa ekstrak daun sirih dengan dosis 41,5 mg200 g BB, 83 mg200 g BB, dan 166 mg200 g BB. Dosis
ini setara dengan 1, 2, dan 3 kali dosis empiris pada manusia dan telah dikonversikan ke dosis tikus. Sedangkan dosis kontrol pembanding yang
digunakan adalah 36 mg200 g BB. Dosis ini didapatkan berdasarkan dosis efektif oral pada manusia yang dikonversikan ke dosis tikus. Pemberian bahan uji
dilakukan satu kali sehari peroral dengan menggunakan sonde lambung, Dosis pemberian ekstrak diperoleh dari hasil konversi sesuai dengan tabel Paget dan
Barnes yaitu dosis yang setiap 200 g bb tikus setara dengan 0,018 x dosis manusia Paget Barnes, 1964.
Sebelum diberi perlakuan, tikus dilakukan pengukuran kadar asam urat darah awal. Pada hari pertama percobaan, sebelum diinduksi dengan kafeina, kadar
asam urat darah tikus seluruh kelompok menunjukkan hasil yang normal. Kemudian hewan uji yang telah diinduksi kafeina diperiksa kadar asam urat
darahnya pada hari ke-6 untuk mengetahui kadar hiperurisemia awal. Pada hari ke-7 dilakukan pemberian perlakuan berdasarkan kelompoknya masing-masing
setiap hari dan kefeina tetap diberikan juga pada semua kelompok kecuali kelompok normal. Selanjutnya pengukuran kadar asam urat darah dilakukan pada
hari ke-9, ke-12 dan ke-15. Dari hasil penurunan kadar asam urat darah menunjukkan bahwa ekstrak uji
dosis besar baik menurunkan kadar asam urat darah. Hasil presentase penurunan asam urat pada hari ke-15 hewan uji yang diberikan ektrak kental daun sirih
adalah dosis rendah 41,5 mg 200 g BB sebesar 10,85 ; 83 mg 200 g BB sebesar 42 ; 166 mg 200 g BB sebesar 46.88 Tabel 4.
Tabel 4. Hasil persentase penurunan kadar asam urat darah rata-rata kelompok ekstrak uji, dan kontrol pembanding
Kelompok Perlakuan Penurunan
9 hari 12 hari
15 hari
Kontrol Pembanding 11.87
35.97 58.63
Ekstrak Dosis Rendah Tidak turun
Tidak turun 10.85
Ekstrak Dosis Sedang 11.74
25.17 41.94
Ekstrak Dosis Tinggi 12.15
44.44 46.88
Keterangan : Hari setelah perlakuan
Metode statistika yang digunakan adalaj uji ANOVA satu arah terhadap kadar asam urat darah. Sebelum dilakukan uji Anova terlebih dahulu dilakukan uji
normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan uji homogenitas. Pengujian tersebut merupakam hal yang lazim dilakukan sebelum sebuah metode
statistika diterapkan Santoso, 2008; Dahlan, 2004. Berdasarkan pada uji normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
menunjukkan kadar asam urat darah sebelum dan sesudah percobaan terdistribusi normal p
≥0,05 dan pada uji homogenitas menunjukkan bervariasi homogen p
≥0,05 sehingga dapat dilanjutkan dengan analisis uji ANOVA. Pada uji ANOVA satu arah bila p
≤0,05 maka harus dilakukan uji Beda Nyata Terkecil BNT dengan metode LSD Lampiran 10 dan 11.
Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke-6 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan kontrol
pembanding menunjukkan berbeda secara bermakna p ≤ 0.05 dengan kelompok
kontrol normal karena seluruh kelompok hewan uji ekstrak, kontrol negatif dan
kontrol pembanding telah mengalami hiperurisemia. Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke-9 terhadap kadar asam urat darah seluruh kelompok ekstrak uji
dan kontrol pembanding menunjukkan masih berbeda secara bermakna p ≤0,05
dengan kelompok kontrol normal. Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke- 12 terhadap kadar asam urat darah kelompok ekstrak uji dosis tinggi dan kontrol
pembanding tidak berbeda secara bermakna p ≥0,05 dengan kelompok normal.
Uji ANOVA satu arah dan BNT pada hari ke-15 terhadap kadar asam urat darah ekstrak uji dosis tinggi dan kontrol pembanding menunjukkan tidak berbeda
secara bermakna p ≥0,05 dengan kontrol normal Lampiran 12.
Penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi alopurinol disebabkan oleh kerjanya yang menghambat pembentukan enzim xanthin oksidase dari hewan
uji tersebut namun penurunan kadar asam urat darah kelompok yang diberi sediaan uji ekstrak etanol daun sirih Piper betle L belum diketahui mekanisme
kerjanya sehingga butuh penelitian lebih lanjut.
52
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan