Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, LKC mempunyai program, yaitu Pertama, LKC bermitra dengan masjid untuk
mendirikan Pos Sehat PS. Saat ini sudah ada 14 buah masjid di Jabodetabek yang mempunyai layanan Pos Sehat. Bentuknya adalah
pengobatan gratis untuk dhuafa di setiap masjid dengan pihak masjid sebagai penyelenggaranya. Selanjutnya, pemberdayaan Posyandu. Ada
empat lokasi yang sudah terbentuk, yakni wilayah Jakarta Barat, Jakarta Utara, Bekasi, dan wilayah Jakarta Timur. Untuk meningkatkan partisipasi
masyarakat, LKC juga melakukan pembinaan RW Siaga. Bantuknya adalah pendampingan masyarakat, menumbuhkan kelembagaan lokal yang
peduli kesehatan serta membentuk Nursing Center. Target program ini adalah menumbuhkan semangat kerelawanan di setiap jiwa masyarakat.
Kedua, Kemitraan Korporat, LKC telah membentuk Pusat Kesehatan Jiwa Masyarakat PKJM dan Pusat Kesehatan Paru
Masyarakat PKPM di Aceh Utara. Mitra yang terlibat adalah dinas Kesehatan dan Exxon Mobil Oil. Selain itu, LKC melakukan kapasitas
building Puskesmas di Kabupaten Bojonegoro bekerjasama dengan Dinas Kesehatan dan Mobil Cepu Ltd. Ketiga, Pembiayaan pasien penyakit
berat, LKC mengajak lembaga-lembaga untuk menjadi donatur bagi pasien penyakit berat dan menerima sumbangan alat medis. Disamping itu, LKC
juga bertindak sebagai fundraiser untuk biaya operasional dalam bentuk infak dan program-program lainnya sebagai dana cadangan dan
kesejahteraan karyawan. Keempat, Bakti sosial masyarakat, bekerja sama dengan PT PPA, Tip-Top dalam kegiatan poli umum, gigi, gizi, spesialis
anak, penyakit dalam, bedah, dan kebidanan.
Pada tahap selanjutnya, TWI Dompet Dhuafa merancang program pendirian Rumah Sehat Terpadu RST sebagai model pelayanan
kesehatan masyarakat dhuafa terpadu. Sehingga dalam jangka panjang, Dompet Dhuafa Republika berencana untuk terus memperluas layanan
kesehatan bagi masyarakat miskin di Indonesia. Investasi wakaf untuk pengadaan sarana layanan kesehatan yang
dilakukan TWI ini hampir sama dengan yang dilakukan oleh negara- negara Islam lainnya seperti di Mesir dan Arab Saudi, Yordan, dan
Bangladesh, kementrian wakaf di negera-negara ini mendirikan sarana pendidikan, asrama mahasiswa, dan rumah sakit. Semua itu dilakukan
dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
b. Bidang Sosial
Surplus wakaf dari TWI juga disalurkan dalam bentuk program karitas bantuan sosial bagi mereka yang membutuhkan. Untuk pelayanan
di bidang sosial, TWI menyalurkan wakaf uang untuk wisma mualaf, rumah cahaya, dan pembangunan masjid.
1 Wisma Mualaf
Wisma Mualaf didirikan di Bintaro Utara, merupakan wakaf nontunai yang dipercayakan seorang wakif kepada TWI. Program ini
bertujuan ini untuk membantu para mualaf, yang diresmikan tanggal 30 Agustus 2008 bertepatan dengan tanggal 1 Ramadhan 1429 H.
Program ini merupakan kerja sama Dompet Dhuafa dengan TWI dan Yayasan Ariematea. Sejak diresmikan, wisma ini telah berfungsi
sepenuhnya sebagai tempat tinggal sekaligus pembinaan bagi para
mualaf. Para mualaf yang tinggal ditanggung kebutuhan rohani dan jasmaninya oleh wisma. Sekeluar dari wisma diharapkan mereka
menjadi diri dan da’iyah yang mandiri, kokoh akidah, teguh menegakkan syari’at, dan mulia dalam berakhlak.
Menurut Dzulkifli Nur, Kepala Wisma Mualaf, wisma saat ini telah menampung enam mualaf. Selain kebutuhan dasar, para mualaf
juga dibekali berbagai ketrampilan ekstrakurikuler seperti pelatihan computer, pijat refleksi, dan thibbun nabawi, ketrampilan lain seperti
memasak dan menjahit juga diberikan kepada mereka. selain kebutuhan-kebutuha yang bersifat jasmani, para mualaf juga secara
intensif dibekali ilmu akidah, akhlak dan syari’at Islam. Saat ini, TWI telah menerima wakaf berupa dua buah sarana usaha yakni sebuah
mesin obras dan mesin bordir, yang diserahkan tanggal 22 Januari 2009. Mesin ini disalurkan untuk memperlancar program pelatihan
keterampilan usaha konveksi di wisma mualaf. 2
Rumah Cahaya Rumah Cahaya Depok RCD berdiri tahun 2004 atas kerja
sama Dompet Dhuafa dengan Forum Lingkar Pena FLP. RCD didedikasikan bagi masyarakat umum untuk mendapatkan sumber
bacaan bermutu dan bermanfaat. Perpustakaan sekaligus pusat karya tulis. Anak-anak dan remaja kaum tak berpunya bisa menikmati
bacaan berkualitas sekaligus mengasah kemampuan menulisnya. Sejauh ini, mayoritas pengunjungnya adalah anak-anak pelajar SD,
SMP, dan SMU. Awalnya, untuk biaya operasional, RCD
menyewakan lantai 2 gedung RCD ke FLP, yang memanfaatkannya sebagai Kantor Redaksi Penerbit Lingkar Pena Publishing House
LPPH. Dengan sewa Rp 500 ribubulan 2004, Rp 600 ribubulan 2006, dan Rp 750 ribubulan 2007. LPPH juga menanggung biaya
listrik, air dan telepon. Di samping itu, RCD juga mendapat pemasukan dari program-program yang dibiayai oleh donatur atau
sponsor. Namun, sejak LPPH keluar akhir tahun 2007, RCD mulai kesulitan dana. Zaim Saidi, Direktur TWI berpendapat, untuk
mendapat dana rutin sebagian lahan da n gedung yang “tidur” dulu
disewakan untuk LPPH dan toko buku yang juga tutup, dimaksimalkan untuk program produktif dengan sistem sewa.
TWI menjadikan Rumah Cahaya sebagai salah satu program pengembangan wakaf terpadu. yakni program wakaf dengan
memadukan aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni Rumah Baca yang dikelola oleh FLP yang posisinya berada di lantai dua dan
aset produktifnya adalah properti berupa ruko yang disewakan kepada pihak ketiga. Kemudian surplusnya digunakan untuk menyokong aset
sosial yang ada di atasnya. 3
Pembangunan Masjid Program Wakaf untuk masjid di TWI dilakukan dengan
menyalurkan dana wakaf yang diterima dari masyarakat yang meminta dana wakafnya disalurkan untuk rumah ibadah. Pada dasarnya, TWI
tidak menghimpun dana wakaf secara khusus untuk wakaf masjid karena hal itu dapat dilakukan oleh masyarakat secara mudah. TWI