Dalam definisi di atas, wakaf tidak lagi terbatas pada benda yang tetap wujudnya, melainkan wakaf dapat berupa benda yang tetap nilainya
atau pokoknya. Uang masuk dalam kategori benda yang tetap pokoknya. Dengan demikian, definisi MUI di atas memberikan legitimasi kebolehan
wakaf tunai. juga termasuk kedalam pengertian uang adalah surat-surat berharga, seperti saham, cek dan yang lainnya.
b. Dasar Hukum Wakaf Tunai
Wakaf tunai dibolehkan berdasarkan: firman Allah, Hadist Nabi dan pendapat Ulama, yaitu:
Firman Allah:
“kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan yang sempurna, sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. dan apa
saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya”. QS: Ali Imron: 92
Kemudian dikuatkan dengan ayat berikut, sebagai landasan hukum wakaf tunai:
“Perumpamaan nafkah yang dikeluarkan oleh orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah[1] adalah serupa dengan sebutir
benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan ganjaran bagi siapa yang Dia kehendaki. dan
Allah Maha Luas karunia- Nya lagi Maha mengetahui”. QS: Al-
Baqarah: 261 [1] Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja
untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha penyelidikan ilmiah dan lain-lain.
Hadist Nabi:
“Apabila manusia meninggal dunia, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara: Shodaqoh, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang
sholeh yang mendo’akan orang tuanya”.
12
Pendapat Ulama:
Dikemukan pula berbagai pendapat ulama yang menjadi rujukan komisi Fatwa Majlis Ulama Indonesia dalam menfatwakan wakaf uang
tersebut, yaitu: 1
Pendapat Imam Al-Zuhri wafat 124 H bahwa mewakafkan dinar hukumnya boleh, dengan cara menjadikan dinar tersebut sebagai
usaha, kemudian keuntungannya disalurkan kepada maukuf „alaih. 2
Mutaqoddimin dari ulama madzhab Imam Hanafi membolehkan wakaf uang dinar dan dirham sebagai pengecualian, atas dasar istihsan bi Al-
„urfi, berdasarkan atas Abdullah bin mas’ud ra., bahwa “ apa yang dipandang baik oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah
adalah baik dan apa yang dipandang buruk oleh kaum muslimin, maka dalam pandangan Allah pun buruk”.
12
Ibid., h.13
3 Pendapat sebagian ulama madzhab As-Syafi’i, dimana abu tsyar
meriwayatkan dari imam As- Sayafi’i tentang kebolehan wakaf dinar
dan dirham uang.
13
c. Rukun dan Syarat Wakaf Tunai
Rukun artinya sudut, tiang penyangga, yang merupakan sendi utama atau unsur pokok dalam pembentukan suatu hal. tanpa rukun
sesuatu tidak akan tegak berdiri. tanpa unsur itu, wakaf tidak dapat berdiri. oleh karena itu menurut jumhur, Mazhab Syafi’i dan Maliki serta Hambali,
rukun wakaf ada lima, yaitu:
1 Waqif Orang yang berwakaf.
Pada hakikatnya amalan wakaf adalah tabarru’ melepaskan hak
milik tanpa imbalan, karena itu syarat seorang wakif adalah: a
Cakap melakukan tindakan hukum dalam hal ini adalah wakaf, artinya, sehat akalnya, dalam keadaan sadar, tidak dalam keadaan
terpaksadipaksa, dan telah mencapai umur baligh; b
Benar-benar pemilik harta yang diwakafkan.
2 Mauquf bihi Benda yang diwakafkan
Syarat-syarat benda yang diwakafkan: a
Benda wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka panjang, tidak habis sekali pakai. Hal ini karena sifat wakaf lebih mementingkan
manfaat benda tersebut; b
Benda wakaf dapat berupa milik seseorang atau kelompok atau badan hukum
13
Wahbah Zuhaili, Al-Fiqhu al- Islam Wa A’dilatuhu, Damsyik : Daar al-Fikr,1985 juz
7 h.162
c Hak milik wakif yang jelas batas-batas kepemilikannya. Selain itu
benda wakaf merupakan benda milik yang bebas dari segala pembebanan, ikatan, sitaan dan sengketa;
d Benda wakaf tersebut dapat dimiliki dan dipindahkan
kepemilikannya; e
Benda wakaf dapat dialihkan hanya jika jelas-jelas untuk mashlahat yang lebih besar;
f Benda wakaf tidak dapat diperjualbelikan, dihibahkan, atau
diwariskan. Dalam hal objek, umumnya yang diwakafkan adalah aset tidak
bergerak, seperti tanah, bangunan dan sejenisnya, karena mereka mensyaratkan kekekalan objek tersebut, oleh sebab itu para ulama
berbeda pendapat mengenai wakaf aset bergerak terutama uang yang dianggap akan habis.
Ulama Hanafiyah mensyaratkan tiga hal untuk aset bergerak, pertama, aset tersebut merupakan ikutan pada aset tetap yang
diwakafkan seperti alat-alat produksi yang mengikut pada wakaf pabrik misalnya. Kedua, ada nash yang membolehkannya seperti dalam
riwayat yang menjelaskan bolehnya mewakafkan senjata dan kendaraan untuk jihad, sebagaimana yang dilakukan oleh Khalid Bin
Walid. Ketiga, berlakunya kebiasaan wakaf pada objek tersebut seperti wakaf mushaf buku dan sejenisnya.
3 Mauquf ‘alaih Tujuansasaran wakaf.
Sebaiknya wakif menentukan tujuan ia mewakafkan harta benda miliknya.
Apakah ia mewakafkan hartanya itu untuk menolong keluarganya sendiri, untuk fakir miskin, sabilillah, ibnu sabil, atau
diwakafkan untuk kepentingan umum. Yang utama, wakaf diperuntukkan pada kepentingan umum. Syarat dari tujuan wakaf
adalah untuk kebaikan, mencari keridhaan Allah SWT dan mendekatkan diri kepada-Nya. Karena itu, tujuan wakaf tidak boleh
digunakan untuk kepentingan maksiat, atau membantu, mendukung, dan atau yang memungkinkan diperuntukkan untuk tujuan maksiat.
Dalam Ensiklopedi Fiqh, disebutkan, menyerahkan wakaf kepada seseorang yang tidak jelas identitasnya adalah tidak sah.
4 Shighat Ikrarakad wakaf.
Shighatikrar adalah pernyataan kehendak dari wakif untuk mewakafkan harta benda miliknya. Shighat atau pernyataan harus
dinyatakan dengan tegas baik secara lisan atau tulisan, menggunakan kata “aku mewakafkan” atau “aku menahan” atau kalimat semakna
lainnya. Dengan pernyataan wakif itu, maka gugurlah hak wakif. Selanjutnya, benda itu menjadi mutlak milik Allah yang dimanfaatkan
untuk kepentingan umum yang menjadi tujuan wakaf.
5 Nadzir Pengelola wakaf.
Nadzir adalah orang atau sekelompok orang dan atau badan hukum yang diserahi tugas oleh waqif orang yang berwakaf untuk
mengelola wakaf. Untuk menjadi seorang nadzir, haruslah dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a Mukallaf memiliki kecakapan bertindak hukum yaitu; muslim
beragama Islam, „aqil berakal sehat, baligh cukup umur;
b Memiliki kemampuan dan keahlian mengelola wakaf profesional;
c Memiliki sifat amanah, jujur dan „adalah bersikap adil.
14
C. Pemberdayaan Pendidikan
1. Pengertian Pemberdayaan
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu Empowerment. Pemberdayaan Empowerment berasal dari kata
dasar Power yang berarti kemampuan berbuat, mencapai, melakukan. Awalan em berasal dari bahasa yunani yang berarti didalamnya, karena itu
pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber kreativitas. Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata pemberdayaan
diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik- baiknya dengan hasil yang memuaskan
15
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai upaya memerluas horizon pilihan bagi masyarakat dalam upaya pendayagunaan potensi, pemanfatan
yang sebaik-baiknya dengan hasil yang memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih sesuatu yang bermanfaat bagi
dirinya, dapat dikatakan bahwa masyarakt yang berdaya adalah yang dapat
14
Muhammad Khatib al-Sarbini, Mughni Al-Muhtaj, Beirut : Dar Ihya Al-Turas Al- Arabit,t.t. Juz II, h.376
15
Lili Bariadi et.al, Zakat dan Wirausaha Jakarta: CED, 2005, h.53
memilih dan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pilihan- pilihan.
16
Pemberdayaan adalah suatu proses untuk menjadikan orang menjadi lebih berdaya atau lebih berkemampuan untuk menyelesaikan
masalahnya sendiri, dengan cara memberikan kepercayaan dan kewenangan sehingga menumbuhkan rasa tanggung jawab.
Pemberdayaan pun sebagai perubahan kepada arah yang lebih baik dari tidak berdaya menjadi lebih berdaya. Pemberdayaan terkait dengan
upaya peningkatan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik lagi. Pemberdayaan adalah meningkatkan kemampuan dan rasa diri untuk
menggunakan daya yang dimiliki dalam menentukan tindakan kearah yang lebih baik lagi.
17
Jadi pemberdayaan ialah suatu tindakan yang positif untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kemampuan dan
kepercayaan diri menuju kearah yang lebih baik dan berguna.
2. Pengertian Pendidikan
Sedangkan Pendidikan, Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata didik yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an
sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan
kecerdasan berpikir
16
Nnih Mahendrawati dan Agus Ahmad Safei, Pengembangan Masyarakat Islam, Bandung, Rosda Karya,2001, cet ke-1, h.42
17
Dian, Prencanaan Sosial Negara Berkembang Yogya: Gajah Mada University Press, 1991, h.15
Menurut bahasa pendidikan dapat diartikan perbuatan hal, cara, dan sebagainya mendidik, dan berarti pula pengetahuan tenang mendidik,
atau pemeliharaan latihan-latihan dan sebagainya badan, batin, dan sebagainya.
18
Mendidik dan pendidikan adalah dua hal yang saling berhubungan. dari segi bahasa, mendidik adalah kata kerja, pendidikan adalah kata
benda. kalau kita mendidik, kita melakukan suatu kegiatan atau tindakan. kegiatan mendidik menunjukan adanya yang mendidik disatu pihak dan
adanya yang dididik dilain pihak. Dengan kata lain, mendidik adalah suatu kegiatan yang mengandung komunikasi antara dua orang manusia atau
lebih. Pendidikan menurut UU tentang Sisdiknas adalah “usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa, dan Negara.
19
Sedangkan pengertian pendidikan menurut istilah adalah suatu usaha sadar yang teratur dan sistematis, yang dilakukan oleh orang-oarang
yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi anak mempunyai sifat-
sifat dan tabi’at sesuai cita-cita pendidikan. pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk meningkatkan kualitas dirinya, baik personal maupun
18
W.J.S. Poerwadinata, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka, 1991,cet.2, h.250
19
Pusdiklat Pegawai Depdiknas 2005, Manajemen Sekolah, h. 303