menyewakan lantai 2 gedung RCD ke FLP, yang memanfaatkannya sebagai Kantor Redaksi Penerbit Lingkar Pena Publishing House
LPPH. Dengan sewa Rp 500 ribubulan 2004, Rp 600 ribubulan 2006, dan Rp 750 ribubulan 2007. LPPH juga menanggung biaya
listrik, air dan telepon. Di samping itu, RCD juga mendapat pemasukan dari program-program yang dibiayai oleh donatur atau
sponsor. Namun, sejak LPPH keluar akhir tahun 2007, RCD mulai kesulitan dana. Zaim Saidi, Direktur TWI berpendapat, untuk
mendapat dana rutin sebagian lahan da n gedung yang “tidur” dulu
disewakan untuk LPPH dan toko buku yang juga tutup, dimaksimalkan untuk program produktif dengan sistem sewa.
TWI menjadikan Rumah Cahaya sebagai salah satu program pengembangan wakaf terpadu. yakni program wakaf dengan
memadukan aset sosial dan aset produktif. Aset sosial yakni Rumah Baca yang dikelola oleh FLP yang posisinya berada di lantai dua dan
aset produktifnya adalah properti berupa ruko yang disewakan kepada pihak ketiga. Kemudian surplusnya digunakan untuk menyokong aset
sosial yang ada di atasnya. 3
Pembangunan Masjid Program Wakaf untuk masjid di TWI dilakukan dengan
menyalurkan dana wakaf yang diterima dari masyarakat yang meminta dana wakafnya disalurkan untuk rumah ibadah. Pada dasarnya, TWI
tidak menghimpun dana wakaf secara khusus untuk wakaf masjid karena hal itu dapat dilakukan oleh masyarakat secara mudah. TWI
hanya menyalurkan dana wakaf kepada masyarakat yang benar-benar membutuhkan pembangunan masjid tetapi sangat kesulitan mencari
sumber dana. Dana wakaf telah disalurkan TWI untuk pembangunan masjid adalah untuk bantuan pembangunan masjid di Maumere Nusa
Tenggara Timur sebesar Rp 37.512.000,00 pada bulan Juli 2008, dan pembangunan Masjid al-Wafa di Yogyakarta, Rp454.767.200,00.
Namun, penyaluran dana wakaf untuk pemberdayaan masjid yang sudah ada TWI sudah menyusun program berupa masjid mandiri
dalam bentuk pembangunan unit usaha di masjid. Namun, program itu tidak mendapat persetujuan dari Dompet Dhuafa, sehingga program
masjid mandiri tidak dapat dilaksankan.
B. Pengelolaan Dana Wakaf Tunai Untuk Pemberdayaan Pendidikan
Untuk program pendidikan, TWI mengalirkan manfaat wakaf melalui SMART Ekselensia Indonesia SMART EI. SMART EI
merupakan sekolah akselerasi percepatan jenjang SMP dan SMA. Siswa yang bersekolah di sini adalah hasil seleksi dari seluruh Indonesia. Mereka
yang lolos seleksi adalah anak-anak yang cerdas namun berasal dari keluarga dhuafa.
SMART Ekselensia yang berdiri tahun 2003 merupakan bagian dari manajemen program Lembaga pengembangan Insani LPI Dompet
Dhuafa Republika, mempunyai visi menyelenggarakan model pendidikan menengah lima tahun, bebas biaya, berasrama dan akseleratif. Smart
Ekselensia Indonesia ini didesain dengan sistem pendidikan unggul dengan misi melahirkan manusia belajar yang berbudi mulia, mandiri, dan
berprestasi serta berjiwa sosial. Menurut ibu Lathifah faray, kepala sekolah Smart Ekselensia Indonesia, saat ini sekolah menampung 175 siswa dari
20 propinsi yang berasal dari keluarga tidak mampu. Program pendidikan gratis di sekolah smart ekselensia yang dibeli
dari wakaf uang pada tahun 2003 ini, cenderung dikelola dalam bentuk wakaf sosial. Untuk itu bentuk pengelolaan wakaf seperti ini lebih tepat
disebut sebagai wakaf sekolah melalui uang, bukan wakaf uang, karena wakaf uang pengelolaannya harus produktif, menghasilkan keuntungan
yang akan disalurkan ke mauquf „alaih. oleh karena itu dalam pengelolaan
wakaf sosial untuk pendidikan ini relatif berat, karena akan terus menyerap biaya. Untuk itu dalam pengelolaanya, Tabung Wakaf Indonesia
mempadukan antara wakaf sosial dengan wakaf produktif. yang mana surplus dari wakaf produktif ini akan disalurkan untuk oprasional
pendidikan.
5
Aset wakaf yang saat ini akan dikembangkan untuk pendidikan adalah asset wakaf di sekitar komplek Countrywood, Ciputat, Tanggerang
Selatan. Lapangan Futsal, kantin dan kawasan pertokoan insya Allah akan didirikan di atas lahan ini. Area ini akan bernama “Countrywood Waqf
Junction.” Keputusan optimalisasi asset wakaf untuk lapangan futsal, kantin dan pertokoan ini tetap melalui analisis bisnis komprehensif.
Analisis lokasi yang strategis antara Ciputat dan Bintaro, radius di bawah 1 kilometer belum ada lapangan futsal, analisis pasar, ramai penduduk dan
usia remaja, serta analisis keuangan yang diperkirakan dapat memberikan
5
Wawancara Pribadi dengan “Lathifah Faray” Kepala Sekolah SMART Ekselensia.Jakarta: 04 April 2011
profit sekitar 26 juta rupiah dalam 1 bulan dan rate keuntungan sekitar 20,5 per tahun atau sekitar 1,71 per bulan. Titik impas pun insya Allah
akan dicapai dalam tempo 4 tahun 10 bulan. TWI sebagai lembaga yang harus menjaga nilai asset wakaf tidak turun dan dapat memberikan
keuntungan dari setiap asetnya tentunya perlu ekstra hati-hati dalam mengoptimalkan asset wakaf dan dana wakaf yang dipercayakan
masyarakat. Manfaat asset atau profit di atas tentunya tetap akan dibagi hasil dengan pihak pengelola futsal. Dalam hal ini TWI berupaya
professional sebagai pemilik property, sedangkan konten bisnis dan usaha yang menggunakan property tersebut akan dijalankan oleh pihak luar yang
professional. Manfaat wakaf atau profit yang didapat setiap bulan akan
disalurkan untuk pendidikan bagi anak-anak dan siswa tidak mampu. Dalam hal ini TWI akan bekerja sama dengan sekolah SMART Ekselensia
Indonesia, sekolah gratis berkualitas yang dikelola oleh Lembaga Pengembangan Insani. TWI memilih bekerja sama dengan SMART
Ekselensia Indonesia karena telah teruji menjadi model sekolah berkualitas yang dapat memproses siswa dari kaum marjinal dari seluruh Indonesia
menjadi siswa berprestasi dan percaya diri dalam menghadapi kehidupan selanjutnya. Artinya, sekolah ini tidak hanya menjadi sekedar sekolah
gratis atau sekedar sekolah biasa saja, namun telah mampu memberikan harapan dan kesempatan bagi siswa tidak mampu untuk merubah nasib
diri, keluarga dan lingkungan masyarakatnya kelak.
6
6
Wawancara Pribadi dengan “Parmuji Abbas” Menejer Oprasional TWI. Jakarta :21
Maret 2011