36 “Saya mah gak lulus SD, Mba. Makanya anake jangan sampe kaya
mamake karo bapake. Dulu mah SMP itu buat orang-orang yang mampu aja. Sekarang mah orang-orang kota saingan untuk sekolah sampe yang
tinggi-tinggi Wawancara pribadi dengan Pak KS dan Istri, 31 tahun, 01
Maret 2013.”
5. Kehidupan Penduduk Jatinegara di Bidang Kesehatan
Untuk meningkatkan taraf hidup masyarakatnya, di Kelurahan Jatinegara ini tersedia berbagai sarana. Sarana-sarana tersebut diantaranya sarana pendidikan,
sarana kesehatan, sarana olahraga maupun sarana sosial lainnya. Berikut data sarana kesehatan yang terdapat di wilayah Kelurahan Jatinegara di bawah ini
Data Pemerintahan Kelurahan Jatinegara April 2013, 21:
Tabel II.A.7 Sarana Kesehatan di Wilayah Kelurahan Jatinegara 2013
No. Sarana kesehatan
Jumlah 1.
Puskesmas 2
2. Bidan praktek
19 3.
Dokter praktek 11
4. Pos kesehatan
10 5.
Rumah sakit 1
6. UPGK
6 7.
Apotik 2
8. Dukun beranak
3 9.
Klinik kesehatan 3
10. Klinik KB
2
Jumlah 63
Sumber: Data Pemerintahan Kelurahan Jatinegara bulan April 2013.
C.
Profil Informan Penelitian
Agar penelitian ini lebih terarah, maka peneliti memfokuskan penelitian pada tiga belas informan. Yang terdiri dari sebelas anggota kelompok dari dua
pemilik lahan sekaligus ketua kelompok lapak I dan penyewa lahan sekaligus ketua kelompok lapak II, kedua kelompok ini tidak hanya menerima pulungan dari
anggotanya masing-masing, melainkan pula menerima membeli barang-barang bekas dari masyarakat sekitar. Dan sebagian besar anggota kedua kelompok
pemulung kedua lapak dalam penelitian ini, para Istri turut membantu suaminya
37 dalam mencari barang-barang pulungan guna menambah pendapatan mereka, agar
dapat terpenuhi semua kebutuhan keluarganya sehari-hari. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu NT:
“Sekarang ini kan sering hujan, jadi pendapatan berkurang. Kalo saya gak nyari, gimana buat makan besok. Kalo ngandelin bapake itu gak cukup
untuk keperluan semuanya. Kalo dia dapet hasil banyak, kalo gak gimana. Anak segini kan suka minta jajan mulu. Entar kalo gak dikasih gimana,
nangis terus. Tapi kan sekarang lagi musim hujan dan anake juga lagi gak enak badan Ibu NT, 23 tahun, 15 Juni 2013.
” Sebagian besar para pemulung dalam kedua lapak tersebut memiliki
pendidikan yang rendah ataupun tidak merasakan sekolah sama sekali tidak sekolah.
Berdasarkan wawancara di lapangan menunjukkan bahwa para anggota
pemulung di kedua kelompok lapak tersebut menunjukkan bahwa para pemulung tersebut berpenampilan kumuh dan kotor, sewaktu mereka mencari barang-barang
bekas. Dengan beban gerobak yang mereka tarik dari tempat satu ketempat yang lain, bau busuk dari sampah serta sifat buruk seperti mengutil yang kadang kala
dilakukan oleh beberapa pemulung mengakibatkan mereka banyak dicaci dan dipandang negatif oleh sebagian masyarakat sekitar. Sebagaimana yang dituturkan
oleh Ibu TU salah satu anggota kelompok lapak II: “….Senang gak senanglah kerja begini, yang penting halal buat makan.
Nista dan hina sering banget didapatin, malah pernah jadi sasaran maling, karena ada warga yang kehilangan barang-barang yang ada di luar rumah
mereka. Wawancara Pribadi dengan Ibu TU, 48 Tahun, 28 Agustus 2013
.” Berikut tabel di bawah ini akan menguraikan karakteristik pemulung
berdasarkan Usia, Status Perkawinan, Jumlah Anak, lama bermukim, baik yang berada di lapak tersebut maupun di gubuknya masing-masing dan pendidikan
yang mereka miliki, sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini: