Kerangka Teori Hubungan patron-klien dalam kelompok pemulung (studi kasus kelompok pemulung kelurahan Jatinegara,kecamatan Cakung,Jakarta Timur
14 membalasnya dengan menawarkan dukungan umum dan bantuan kepada patron
1966:1-22. Adapun yang menjelaskan patron klien menurut bahasa yakni, istilah
patron berasal dari ungkapan bahasa Spanyol, secara etimologis berarti seseorang yang memiliki kekuasaan power, status, wewenang atau pengaruh atau berada
dalam posisi yang lebih tinggi superior. Sedangkan klien berarti bawahan atau berada dalam posisi yang lebih rendah inferior dibanding patron Sunyoto
Usman 2004:132. Dalam hal ini hubungan patron-klien tersebut terjadi sebuah ketimpangan,
ketimpangan ini terjadi ketika pemberian perlindungan maupun dalam bentuk materi yang dilakukan oleh patron posisi yang lebih tinggi kepada klieennya
tidak sebanding dengan pemberian jasa tenaga maupun loyalitas seorang klien kepada patronnya. Seorang patron membutuhkan tenaga klien untuk membantu
menjalankan usahanya dan seorang klien juga seperti itu, ia mengharapkan pemberian bantuan-bantuan patron, jika ia sedang membutuhkannya. Walaupun
didalam hubungan tersebut terdapat unsur eksploitasi ekonomi yang dilakukan patron oleh kliennya ataupun unsur pindah karena harapan yang dia harapkan dari
seorang patron tidak terjadi. Sehingga bisa saja, baik seorang patron maupun kliennya pindah ke patron maupun klien lain George Ritzer dan Douglas J.
Goodman 2009:459. Selain itu, di dalam hubungan patron-klien ini terdapat pula modal sosial.
Modal sosial yang dimaksud adalah suatu sistem yang mengacu kepada hasil kepercayaan, pertukaran timbal balik, pertukaran ekonomi dan informasi serta
asosiasi yang melengkapi modal-modal lainnya. Sehingga memudahkan terjadinya tindakan kolektif bagi pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Cullen Colleta
15 dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian IPB Durkheim 2000:31.
Modal sosial dalam kelompok pemulung ini dapat diciptakan dari hasil kepercayaan antar sesamanya, baik antar sesama anggota kelompok ataupun
sesama ketua kelompok, hubungan timbal balik yang mereka miliki serta jaringan informasi untuk menunjang kebutuhan yang mereka penuhi.
Adapun yang mengartikan modal sosial sebagai modal yang memiliki dimensi sosial berupa sumber daya yang dimiliki seseorang maupun sekelompok
orang yang mengandalkan jaringan, kepercayaan dan norma-norma yang terbentuk antar kelompok yang dimilikinya. Dalam hal ini sesuai dengan
pengutipan Putnam
mengenai modal
sosial http:www.psychologymania.com201212definisi-modal-sosial.html:
“Modal sosial menurut Putnam 1995 meliputi hubungan sosial berupa jaringan, kepercayaan dan norma sosial.”
Berikut dibawah ini penjelasan mengenai jaringan, kepercayaan dan
norma, yaitu Robert M.Z. Lawang, 2004:45-70: a.
Jaringan network. Menurut Robert M.Z. Lawang jaringan adalah hubungan kerjasama antar individu antar orang dalam mengatasi masalah
secara efisien dan efektif. Fungsi jaringan dalam modal sosial ini sebagai media informasi terhadap keberhasilan suatu usaha produktif satu sama
lain. Berdasarkan pengertian jaringan diatas, maka jaringan yang dibangun dalam penelitian ini berbentuk materi dan lahan. Fungsi jaringan di dalam
penelitian ini sebagai media untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dalam kedua belah kelompok tersebut yakni kelompok pemilik lahan lapak
dan kelompok penyewa lapak. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Granovetter Damsar 1997:48 memperlihatkan bahwa kuatnya suatu
16 jaringan memudahkan seseorang untuk mengetahui ketersediaan
pekerjaan. Dalam hal ini, jaringan sosial juga memerankan hal penting dalam hal berurbanisasi dan pekerjaan. Jaringan tersebut merupakan ikatan
antar pribadi yang mengikat para urban melalui kekerabatan, persahabatan dan komunitas asal daerah yang sama. Dan di dalam sebuah jaringan
terdapat sebuah kepercayaan, kepercayaan ini guna mencapai tujuan bersama tanpa ada yang merasa dirugikan.
b. Kepercayaan trust ialah sebuah harapan terhadap keteraturan, kejujuran,
dan perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah kelompok atau komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang oleh para anggotanya.
Suatu kepercayaan akan terbangun dengan sendirinya dalam suatu kelompok atau komunitas, baik antar kelompok pemulung atau pun dengan
kelompok atau komunitas umum lainnya. Kepercayaan yang terjadi di dalam suatu kelompok membuat persoalan yang dimiliki tersebut dapat
teratasi dan sebuah kepercayaan tersebut bersifat menguntungkan kedua belah pihak sebagai hasil dari interaksi. Sehingga inti dari kepercayaan ini
terbagi menjadi tiga yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu; pertama,
kepercayaan itu tercipta dalam hubungan sosial antara dua orang atau
lebih; kedua, didalam kepercayaan atau rasa saling percaya mengandung sebuah harapan yang menguntung kedua belah pihak tersebut; ketiga,
terciptanya kepercayaan karena adanya interaksi dan dari interaksi tersebut menghasilkan sebuah harapan. Dengan demikian bahwa kepercayaan itu
terjalin dalam hubungan antar individu atau antar kedua belah yang mengandung sebuah harapan yang saling menguntungkan bagi keduanya
melalui interaksi sosial. Namun tak hanya melalui interaksi sosial saja,
17 tetapi tindakan sosial dalam hubungan kepercayaan. Karena sebuah
kepercayaan yang menghasilkan harapan tidak akan terwujud tanpa tindakan maupun interaksi sosial. Dalam penelitian ini, hubungan
kepercayaan tercipta dalam hubungan antara pemilik lahan lapak dengan penyewa lahan lapak maupun ketua kelompok lapak masing-masing
dengan anggota kelompok lapak. c.
Norma norm. Norma tidak dapat dipisahkan dari jaringan dan kepercayaan. Norma. Norma-norma sosial, menurut Alvin, dapat
dikatakan sebagai patokan tingkah laku yang diwajibkan atau dibenarkan di dalam situasi-situasi tertentu atau yang disebut dengan kebiasaan
Rahmat Rais 2009:118. Kebiasaan inilah yang terkadang dilakukan dalam situasi-situasi tertentu. Norma itu muncul dari pertukaran yang
saling menguntungkan. Norma itu bersifat resiprokal, yaitu isi yang terkandung dalam norma tersebut menyangkut hak dan kewajiban kedua
belah pihak yang menjamin keuntungan dari suatu kegiatan tertentu. Serta jaringan yang tercipta sejak lama dan menguntungkan kedua belah pihak,
maka akan memunculkan norma keadilan. Sehingga dengan kata lain bahwa norma dalam penelitian ini mengacu pada keuntungan timbal balik,
baik antara kelompok pemilik lahan dengan kelompok penyewa lahan maupun ketua kelompok lapak dengan anggota kelompok lapak.
Dari uraian-uraian diatas, dengan kata lain hubungan patron-klien ini didasarkan atas pertukaran jasa, patron membantu berupa uang atau barang-barang
sekaligus melindungi kliennya terhadap pengaruh luar dan klien membalas bantuan atau kebaikan-kebaikan dari patron Christian Palras 1971:1, yang
18 didasarkan pada rasa kepercayaan antar keduanya, terbentuknya sebuah jaringan
atau kerjasama di dalamnya dan norma-norma yang terdapat didalamnya. Sebagaimana pula hubungan patron klien dalam penelitian ini adalah
hubungan timbal balik antara atasan dan bawahan. Dalam konteks ini yang dimaksud dengan atasan ialah pemilik lahan lapak maupun masing-masing ketua
kelompok. Sedangkan yang dimaksud dengan bawahan adalah penyewa lahan lapak maupun anggota kelompok, baik yang bekerja maupun tinggal di lapak
masing-masing lapak tersebut maupun yang hanya bekerja di masing-masing lapak tersebut.