Peranan pengajian majelis taklim al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi

(1)

PEMULUNG BANTARGEBANG BEKASI

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Oleh

Siti Robi’atul Badriyah NIM:106051001756

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH


(2)

DALAM MEMBINA PENGAMALAN IBADAH PEMULUNG

BANTARGEBANG BEKASI

Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi (S.Kom.I)

Oleh

Siti Robi’atul Badriyah NIM:10605111756

Pembimbing,

Drs. Harun Asfar, MA. Nip :

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIEF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2010


(3)

Skripsi berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi" telah

diujikan dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima

sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Islam (S.Kom.I) pada Program Strata Satu (S1) pada jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Jakarta, 23 Juni 2010

Panitia Sidang Munaqosyah

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA.

NIP : 19630515 199203 1 006 NIP : 19710816 199703 2 002

Anggota

Penguji I Penguji II

Rini Laili Prihatini, M.Si. Dr. Elidar Husein, MA. NIP : 19580910 198703 2 001 NIP : 19451125 197106 2 001

Pembimbing

Drs. Harun Asfar, MA.


(4)

Peranan Pengajian Majelis Tak’lim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi

Majelis taklim dalam persoalan kehidupan masyarakat dan bangsa mempunyai fungsi yang sangat signifikan, terutama bagi Ukhuwah Wathaniyah. Adapun kedudukan majelis taklim secara sosiologis bukan hanya sekedar tempat berkumpulnya kaum bapak-bapak atau kaum ibu-ibu saja, melainkan mempunyai nilai teologis yang akan memberikan pengetahuan, penghayatan dan bimbingan perilaku untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Islam.

Penelitian ini diangkat atas dasar pemikiran yang menyatakan bahwa adanya peranan Majelis Taklim Al-barkah, maka dapat mendorong membina pengamalan Ibadah pada pemulung dalam mengamalkan ajaran-ajaran Islam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pada sisi inilah penulis mengkaji keberadaan peranan Majlis Taklim Al-Barkah di Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung, faktor penunjang dan penghambat, serta hasil-hasil yang dicapai oleh Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi.

Metodologi penelitian ini menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi, penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung, kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah benar-benar mempunyai peranan yang sangat besar, karena kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah mampu merubah tatanan hidup bermasyarakat kepada kehidupan yang lebih baik. Hasil yang dicapai dari pelaksanaan pengajian oleh Majlis Taklim Al-barkah ini bahwa dengan adanya pengajian ini disambut positif oleh masyarakat, khususnya pemulung yang mengikuti pengajian, dan hasilnya bisa dilihat dari perilaku mereka sehari-hari yang mengalami evolusi.


(5)

Assalaamualaikum Wr.Wb

Alhamdulilahirabbil’alamin, Selayaknya penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. kepada-Nya kami memohon pertolongan dan ampunan serta bertaubat, dan barangsiapa yang diberi petunjuk-Nya maka tidak akan ada yang menyesatkannya, dan barangsiapa yang disesatkannya maka tidak akan ada yang mampu memberinya petunjuk. Shalawat dan salam semoga tetap tercurah atas utusan Allah sebagai rahmat bagi alam semesta, yaitu junjungan kita dan sebagai suri tauladan kita, Nabi Muhammad SAW. beserta keluarga, sahabatnya, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Dengan tetesan keringat, basuhan air mata, serta segunung doa dan harapan akhirnya penulis dapat menyelesaikan program S-1 di Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarief Hidayatullah Jakarta. Dengan melewati hari-hari bahagia namun terkadang juga penuh duka, setidaknya inilah awal untuk menelusuri jalan hidup ke arah yang lebih baik lagi.

Berkenaan dengan terselesaikannya pembuatan skripsi ini, maka perkenakanlah penulis untuk mengucapkan ribuan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah banyak membantu dan memberikan supportnya, sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini. Ucapan Terimakasih ini penulis haturkan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Komarudin Hidayat, MA. sebagai Rektor UIN Syarief

Hidayatullah Jakarta, para Pembantu Rektor dan Staf Rektorat yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu akan tetapi dengan tidak mengurangi rasa hormat penulis;


(6)

UIN Syarief Hidayatullah Jakarta;

3. Bapak Drs. Wahidin Saputra, MA. sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah membantu, mengarahkan, dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini;

4. Ibu Dra. Umi Musyarofah, MA. selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam yang telah memberikan petunjuk, mengarahkan dan memotivasi penulis dalam pengerjaan skripsi ini;

5. Drs. Harun Asfar, MA. pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan kontribusi, bimbingan, arahan dan motivasi selama penulisan skripsi ini berjalan, yang dengan ikhlas dan ketulusannya untuk dapat meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing serta mengoreksi setiap tulisan-tulisan di dalam skripsi ini;

6. Bapak dan ibu Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, terima kasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis, semoga ilmu tersebut dapat bermanfaat dan berguna di dalam menjalani kehidupan penulis selanjutnya; 7. Bapak KH. Nasir Thabroni selaku Ketua Majelis Taklim Al-Barkah

Bantargebang Bekasi, yang telah membantu memberikan informasi, baik berupa buku-buku maupun data lainnya;

8. Segenap staf dan karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Komunikasi yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini;

9. Orang tuaku tercinta, Ayahanda H. Nasir Thabroni.dan Ibunda Hj Maryam Umroh yang selalu tidak henti-hentinya penulis mendoakan dan selalu


(7)

memberikaan kemudahan dalam menjalani seluruh aktivitasnya sehari-hari. Amin.

10.Kepada Sahabatku teristimewa Assyiami Mustika Utami, Halimatusa’diyah, Fitria Ramdhani, Richa Mut’mainnah, Adila, dan Abdurahman, Wawan, tak lupa pula teman-teman KKS Cibatok 2, Ismail Marzuki, Ahmad Fauzi, Anne, Nuri, Haikal, Rifqi, Ade, Agan, Rifa’i, Adit, Basit, Dimas, dan Fahdi yang telah banyak membantu, membimbing dalam penulisan skripsi ini;

11.Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman Mahasiswa KPI (Komunikasi Penyiaran Islam) angkatan 2006 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Dan Aa-ku Sabarudin Bintang yang selalu menemani dan juga telah banyak memberikan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya buat penulis dan umumnya para pembaca, dan semoga Allah SWT membalas jasa baik yang telah dberikan kepada penulis dari berbagai pihak dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga mendapatkan balasan yang sempurna dan berlipat ganda hendaknya, baik di dunia maupun di akhirat. Amin.


(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7

D. Metodolgi Penelitian ... 8

E. Tinjauan Pustaka ... 10

F. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Peranan ... 13

1. Pengertian Peranan ... 13

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan ... 15

B. Majelis Taklim ... 16

1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya ... 16

2. Fungsi Majelis Taklim ... 17

3. Tujuan Majelis Taklim ... 18

4. Jenis Jenis Majelis Taklim ... 19

5. Peranan Majelis Taklim ... 21


(9)

1. Subyek Dakwah ... 29

2. Objek Dakwah ... 31

3. Tujuan Dakwah ... 32

4. Metode Dakwah ... 34

5. Materi Dakwah ... 36

6. Media Dakwah ... 37

E. Pengamalan Ibadah ... 38

1. Pengertian Pengamalan Ibadah ... 38

2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah ... 40

BAB III GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya ... 43

B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah ... 44

C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah ... 45

D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang ... 49

E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya ... 50

F. Profil Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 50

BAB IV ANALISA DATA A. Kegiatan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 56

B. Peranan Ibu-ibu Pengajian tentang Kegiatan Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung ... 59


(10)

Pembinaan para Pemulung di Bantargebang Bekasi ... 60 D. Harapan Pemulung tentang Kegiatan

Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Ibadah ... 62 E. Kesesuaian antara Kegiatan Majelis Taklim

dengan Harapan Pemulung ... 63 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 66 B. Saran ... 68 DAFTAR PUSTAKA


(11)

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua-sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ilmiah bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(12)

(13)

M A J E L I S T A K L I M A L - B A R K A H

Izin Depag No. : Kd.10.21./03/05/MT/25/08

No. Statistik : 10.21.03.05.25

Sekretariat : Jl. Pangkalan 1B No. 3 RT.003 RW.005 Bantargebang Bekasi, 17151 – Jawa Barat Telp. (021) 8250932-82650777

SURAT KETERANGAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini, Nama : KH. Nasir Thabroni

Jabatan : Ustadz sekaligus Ketua Majelis Taklim Al-Barkah Menyatakan dengan sebenar-benarnya,

Nama : Siti Robi'atul Badriyah NIM : 106051001756

Fakultas : Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Nama tersebut di atas benar telah mengadakan wawancara di Majelis Taklim Al-Barkah untuk melengkapi informasi yang dibutuhkan dalam rangka penelitian

skripsi yang berjudul "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi".

Demikianlah surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bekasi, 4 April 2010 Ketua Majelis Taklim Al-Barkah


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Orang bijak mengatakan “Janganlah kau memandang ke atas dalam hal kekayaan, tetapi pandanglah ke atas dalam hal ilmu”. Pepatah ini sangatlah benar adanya. Seseorang wajib memandang keilmuan orang lain yang lebih tinggi sehingga akan menjadikan motivasi untuk meningkatkan ilmu yang dimilikinya, karena menuntut ilmu itu tak terbatas pada waktu maupun tempat. Untuk memperoleh ilmu perlu ada usaha. Oleh karena itu Rasulullah pernah meminta umat Islam agar menuntut ilmu walaupun sampai ke negeri Cina. Dengan ilmu pengetahuan seseorang bisa berkarya, berprestasi dan menyempurnakan ibadah. Bisa disaksikan orang, banyak orang yang dapat menguasai dunia ini adalah orang-orang yang berilmu.

Meningkatkan ilmu yang dimiliki, tidak cepat puas dalam memperoleh ilmu, itu adalah suatu keharusan. Ada pepatah mengatakan “Di atas langit masih ada langit” yang berarti bahwa suatu ketika seseorang merupakan orang yang paling pandai atau paling tinggi ilmunya, tetapi di masa yang akan datang mungkin justru dia yang paling rendah ilmunya.

Umat Islam menuntut ilmu yang selalu dibutuhkan setiap saat. Ia wajib shalat, berarti wajib pula mengetahui ilmu mengenai shalat. Diwajibkan puasa, zakat, haji, dan sebagainya, sehingga apa yang dilakukannya mempunyai dasar.


(15)

Ilmu dapat dipelajari secara berjenjang. Di Indonesia misalnya, pendidikan formal dibagi kepada beberapa tingkatan dasar yang terdiri dari SD/Ibtidaiyah dan SMP/Tsanawiyah, SMA/Aliyah, dan perguruan tinggi yaitu Akademi/Institut/Universitas.

Mengenai qoul (perkataan) Ulama, bahwa menuntut ilmu tidak mengenal batas usia :

ﺪْﻬﱠ ا

ﻰ ا

ﺪْﻬ ْا

ْ ْا

ْﻃأ

)

ءﺂ ا

لﻮﻗ

(

Artinya : "Tuntutlah Ilmu mulai dari buaian sampai liang lahat.”

(Qoul Ulama) Oleh karena itu, di samping pendidikan formal ada pula pendidikan non formal, yaitu pendidikan yang bisa dilakukan di mana saja. Seperti di perpustakaan, majlis taklim, melalui majalah, televisi, dan sebagainya. Pendidikan non formal ini membantu sekali, salah satunya bagi kalangan ibu-ibu sebagai seorang wanita yang telah memasuki rumah tangga. Tidak sedikit di antara ibu-ibu yang merasa enggan untuk menuntut ilmu atau meningkatkan ilmunya dengan aneka alasan. Seharusnya mereka sadar, justru pada masa-masa itulah peningkatan ilmu sangat dibutuhkan, karena mereka akan mendidik dan mengajari anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

Islam adalah agama yang mempunyai dua dimensi : yaitu keyakinan atau aqidah dan sesuatu yang diamalkan. Amal perbuatan tersebut merupakan perpanjangan dan implementasi dari aqidah itu sendiri. Islam adalah agama risalah untuk manusia. Umat Islam adalah pendukung amanah untuk melaksanakan risalah selaku perseorangan maupun kolektif. Di tempat


(16)

manapun ia berada, menurut kemampuan masing-masing.1 Sebagaimana firman Allah SWT :

نْﻮﻬْﻨ و

فوﺮْ ْﺎ

نوﺮ ْﺄ و

ﺮْﺨْا

ﻰ إ

نﻮ ْﺪ

ﺔﱠ أ

ْ ﻜﻨﱢ

ﻦﻜﺘْو

نﻮﺤ ْﻔ ْا

ه

ﻚﺋﻻْوأو

ﺮﻜﻨ ْا

Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang

menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka adalah orang-orang yang beruntung”(QS.3:104)

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa dakwah dalam arti yang luas adalah mengajak, baik diri sendiri maupun orang lain untuk berbuat baik sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah digariskan oleh Allah SWT dan Rasulnya, serta meninggalkan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.

Dakwah dalam arti amar ma’ruf nahi mungkar adalah syarat mutlak bagi kesempurnaan dan keselamatan hidup bermasyarakat. Ini adalah kewajiban bagi pembawaan fitrah manusia sebagai social being (mahluk sosial) dan kewajiban yang ditegakkan oleh risalah-risalah kitabullah dan

sunnah Rasul.2 Manusia pada dasarnya adalah mahkluk yang terbaik

dibanding makhluk lain.

Menurut Jamaluddin Kafie dalam bukunya Psikolgi Dakwah dijelaskan bahwa arti bahasan dakwah itu ialah yang beraneka ragam. Banyak ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan.

1

M. Natsir, Fiqhudh Dakwah, (Jakarta; Media Dakwah, 1983). Cet. Ke-4, h. 110.

2


(17)

Dakwah Islamiah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW telah berhasil membentuk masyarakat Islami. Oleh karena itu, perjalanan dakwah yang menuju sebuah masyarakat ideal, mutlak memerlukan proses dakwah. Hal ini disebabkan karena dakwah akan memberikan landasan filosofis serta memberikan kerangka dinamika dan perubahan Islam dalam proses perwujudan masyarakat adil dan makmur.3

Melaksanakan tugas dakwah Islamiah merupakan aktifitas dakwah yang tak terpisahkan dari pembinaan dan peningkatan bagi ibadah ibu-ibu. Di tengah kesibukan ibu-ibu bekerja dan mengurus rumah tangga pasti ada waktu luangnya. Di waktu luang ibu-ibu, para da’i haruslah bisa memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya, misalnya mengumpulkan ibu-ibu dalam suatu wadah, lembaga atau tempat, misalnya majelis taklim, sehingga akan memudahkan para juru dakwah (ustadz atau ustadzah) untuk mempelajari ilmu ibadah, baik yang sudah tahu ajaran Islam maupun yang belum mengetahui dan memahami agama Islam.

Suatu perkembangan yang sangat baik, karena pada saat ini telah banyak bermunculan majelis-majelis taklim, mulai majelis taklim anak-anak (TPA), remaja, dan juga bapak-bapak. Hal ini berkaitan dengan timbulnya kesadaran beragama di kalangan masyarakat, sehingga dengan demikian tertarik dan cenderung untuk melakukan kegiatan yang sesuai dengan norma dan nilai agama.4 Majelis mempunyai peranan yang sangat besar bagi seluruh lapisan masyarakat pada umumnya dan bagi kaum ibu-ibu pada khususnya.

3

Amrullah Ahmad. (editor), Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, (Yogyakarta; PWP2M, 1985), h. 285.

4


(18)

Secara bahasa (lughowi) majelis taklim berarti tempat belajar, akan tetapi bagi masyarakat Bekasi lebih dari itu, majelis taklim di samping sebagai tempat belajar agama non formal juga berarti penguyuban, orientasi dan kehidupan wawasan agama dan kemasyarakatan, bahkan majelis taklim juga termasuk lembaga orientasi, tradisi, pembentuk solidaritas dan rekreasi sehat mengisi waktu luang. Barangkali kedudukannya sebagai lembaga pendidikan non formal Islam itulah yang memungkinkan adanya peranan yang cukup variasi.

Memang secara umum, fungsi lembaga majelis taklim barulah sekitar pemberian penyuluhan tetapi perlu dicermati bahwa majlis taklim bukan hanya semata-mata tempat bertemu dan bercanda, tetapi juga memiliki berbagai macam kegiatan di antaranya sebagai tempat pembinaan mempelajari agama dan meningkatkan keagamaan, membangun persaudaraan Islam, perubahan mutu sosial dan sebagainya. Majelis taklim juga harus mampu menciptakan bahwa dirinya bukan hanya sebagai himpunan orang dan arisan tetapi sebagai gerakan penyebar rahmat Allah SWT.

Seperti halnya di Majelis Taklim Al-Barkah yaitu sebagai lembaga dakwah, yang mengemban tugas memberikan pendidikan ilmu agama non formal. Tampaknya pengajian tidak hanya berpusat di masjid saja, tetapi juga bagi mereka yang melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Berhubungan dengan

itu penulis berusaha mengungkap permasalahan dengan judul “Peranan

Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi”


(19)

1. Majlis taklim mempunyai peranan besar dalam membina pengalaman ibadah pemulung di masyarakat pada umumnya;

2. Setiap kaum muslimin (pemulung) mempunyai kewajiban untuk

meningkatkan pengamalan ibadah;

3. Majlis Taklim Al-Barkah mempunyai potensi yang besar dalam membina

pengamalan ibadah bagi pemulung;

4. Di samping belum adanya penelitian yang membahas dengan judul di atas

yang mengambil lokasi di Majlis Taklim Al-Barkah Kelurahan Bantargebang Bekasi tempat tinggal penulis, sehingga dapat menghemat waktu, tenaga maupun biaya.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Oleh karena permasalahan menyangkut majelis taklim pemulung sangat luas maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas dalam "Peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah Pemulung" pada kegiatan majelis taklim dengan pengamalan ibadah para pemulung .

Melihat dari pembatasan di atas, maka penulis mengambil rumusan-rumusan sebagai berikut :

1. Bagaimana kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina

pengamalan ibadah bagi Pemulung?

2. Bagaimana peranan pemulung pengajian tentang kegiatan Majelis Taklim


(20)

3. Apakah faktor pendukung dan penghambat dalam pembinaan agama para pemulung di Bantargebang Bekasi?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka penulis mempunyai beberapa tujuan di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan pengajian Majlis Taklim Al-

Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung;

2. Untuk mengetahui bagaimana harapan pemulung tentang kegiatan

pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam pengamalan ibadah pemulung;

3. Untuk mengetahui apakah ada kesesuain antara kegiatan pengajian Majelis Al-Barkah dengan harapan pemulung.

Selanjutnya dengan tercapainya tujuan diatas, diharapkan dari hasil penelitian ini diperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Segi akademis

Dengan Penelitian ini berharap dapat memperkaya dari hasil khasanah ilmiah di Fakultas Dakwah dan Komunikasi.

2. Segi praktis

Mengembangkan karya ilmiah yang bermutu untuk menambah wawasan pengetahuan tentang peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah.


(21)

Setelah melakukan penelitian, ada beberapa manfaat yang di dapat oleh penulis yaitu sebagai berikut :

1. Penelitian ini diharapkan dapat membantu pemerintah dalam

pengembangan ilmu dakwah Islam dibumi nusantara ini;

2. Menambah wawasan bagi para pembaca, tokoh dan praktisi dakwah dalam

mengembangkan ilmu dakwah;

3. Masyarakat lebih memahami betapa besar manfaatnya majelis taklim

dalam meningkatkan kualitas keagamaan bagi masyarakat pada umumnya dan pemulung khususnya di Bantargebang Bekasi.

D. Metodolgi Penelitian

Dalam Penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode kualitatif, dengan pendekatan deskriptif analisa terhadap peran pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung Bantargebang Bekasi. Penulis mencoba memaparkan semua data yang diperoleh dari berbagai literatur, wawancara langsung kemudian data-data yang terkumpul dianalisa berpedoman pada sumber-sumber yang tertulis.

1. Subjek dan objek penelitian

Yang menjadi subjek penelitian ini adalah mereka yang bertugas di Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang, yang terdiri dari 1 orang ketua sekaligus ustadz di Majelis Taklim Al-Barkah dan 10 orang jamaah pemulung pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.


(22)

Sedangkan objek penelitian ini adalah Majelis Taklim Al-Barkah yang terletak di Jalan Pangkalan 1B RT.03 RW.05 Kelurahan Bantargebang Kecamatan Bantargebang Kota Bekasi, Kode Pos 17151.

2. Waktu penelitian

Adapun waktu yang digunakan peneliti dalam melakukan selama 3 bulan yang terhitung dari bulan Febuari-Mei 2010. Penelitian ini dilakukan pada saat acara rutinitas pengajian. Hal ini dipilih oleh peneliti karena dianggap lebih memfokuskan peneliti dalam melakukan penelitian dan pengumpulan data sehingga peneliti diharapkan dapat seefisien mungkin dalam penggarapan peneliti

3. Teknik pengumpulan data

Adapun teknik pengumpulan data dengan cara berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan mengunakan wawancara, yakni penulis melakukan wawancara dengan informan, ketua sekaligus ustadz dan 10 ibu-ibu pengajian Majelis Taklim Al-Barkah.

4. Sumber data

Adapun Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sumber data primer adalah data yang diperoleh langsung berupa hasil

penemuan penelitian survey serta hasil wawancara dengan ketua sekaligus ustadz MajelisTaklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi

b. Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber-sumber

tertulis yang terdapat dalam buku ataupun dokumentasi dan literature lain yang berkaitan dengan penelitian tersebut.


(23)

5. Teknik analisa data

Yang dimaksud dengan teknik analisis data adalah proses analisis non statistik, yaitu mengambil keputusan atau kesimpulan- penyerdehanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan.dalam penelitian ini penulis menggunakan kesimpulan yang benar melalui proses pengumpulan,penyusunan,penyajian dan penganalisaan data hasil penelitian dengan berwujud kata-kata.data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara. Penulis menganalisa data dengan menggunakan kata-kata .data dikumpulkan dengan cara observasi dan wawancara.Penulis menganalisa data dengan menggunakan kata-kata kedalam tulisan yang lebih luas.

E. Tinjauan Pustaka

Dari sekian banyak skripsi yang membahas tentang peranan namun tidak satupun peneliti menemukan skripsi yang membahas "Peranan Pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam Membina Pengamalan Ibadah Pemulung Bantargebang Bekasi "

Walaupun ada beberapa skripsi yang membahas tentang majelis taklim tetapi peneliti tidak menemui skripsi yang membahas tentang skripsi yang peneliti tidak menemui skripsi yang peneliti tulis.

Skripsi itu antara lain "Peranan Majelis Taklim Darul Muttaqien dalam Meningkatkan Pengamalan Ibadah Jama'ah Kaum Ibu di Kelurahan Pondok Kacang Timur Tangerang" oleh Suhari (2006), "Peranan Majelis Taklim Ma'hadul Fittyah dalam Pembinaan Keagamaan Remaja" oleh Firmansyah


(24)

(2002), "Peranan Majelis Taklim Hidayatul Mustaqim dalam Meningkatkan Pengamalan Keagamaan Ibu-Ibu di Cinangka Sawangan Depok" oleh Sri Lestari (2004)

Oleh karena itu, peneliti berusaha membandingkan karya tulis terdahulu dengan skripsi yang peneliti kerjakan ini, dalam hal ini tentang peranan majelis taklim.

F. Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II : Landasan Teoritis. Dalam bab ini membahas tentang sekitar

majelis taklim, yaitu berisi pengertian peranan majelis taklim, tujuan majelis taklim, peranan majelis taklim, materi dan metode pengajaran majelis taklim, dan pengertian pengamalan ibadah.

Bab III : Gambaran Umum Majelis Taklim Al-Barkah, membahas

tentang gambaran umum Majelis Taklim Al-Barkah, sejarah berdirinya , tujuan majelis taklim dan struktur organisasi, dan program jangka panjang dan pendek, profil pemulung Bantargebang Bekasi.

Bab IV : Hasil penelitian, membahas tentang analisa hasil penelitian

yang berisi tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah bagi pemulung


(25)

di Bantargebang Bekasi, harapan pemulung tentang kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah, dan kesesuaian antara kegiatan pengajian Majelis Taklim Al-Barkah dengan harapan pemulung di Bantargebang Bekasi.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Peranan

1. Pengertian Peranan

Berbicara mengenai peranan, tentu tidak bisa dilepaskan dengan status (kedudukan), walaupun keduanya berbeda, akan tetapi saling berhubungan erat antara satu dengan yang lainnya, akan tetapi kelekatannya sangat terasa sekali. Seseorang dikatakan berperan atau memiliki peranan karena orang tersebut mempunyai status dalam masyarakat, walaupun kedudukannya itu berbeda antara satu dengan statusnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, peranan adalah bagian dari

tugas utama yang harus dilaksanakan1, bagian yang dimainkan seorang

pemain dan tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.2

Sedangkan Grass Mascan dan A.w.Mc.Eachern sebagaimana dikutip oleh Berry mendefinisikan peranan sebagai seperangkat harapan-harapan yang di kenakan pada individu yang mempunyai kedudukan sosial tertentu. Harapan tersebut masih menurut David Berry, merupakan imbangan dari norma-norma sosial, oleh karena itu dapat dikatakan peran itu di tentukan oleh norma-norma di dalam masyarakat, artinya seseorang

1

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1998), h.667

2

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 1991),h.751


(27)

diwajibkan untuk melakukan hal-hal yang diharapkan oleh masyarakat didalam pekerjaan lainnya3

Dengan pengertian dan penjelasan tersebut di atas terlihat suatu gambaran bahwa yang dimaksud dengan peranan merupakan kewajiban-kewajiban dan keharusan keharusan yang di lakukan. Seseorang karena kedudukannya di dalam status tertentu dalam suatu masyarakat atau lingkungan dimana ia berada.

Teori peran (Role Theory) adalah teori yang merupakan perpaduan berbagai teori, orientasi maupun disiplin ilmu4, dalam teorinya Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peristilahan dalam teori peran dalam empat golongan yaitu istilah-istilah yang menyangkut :

a. Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi tersebut; b. Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut;

c. Kedudukan orang-orang dalam prilaku;

d. Kaitan antara orang dan prilaku.5

Masih menurut Biddle dan Thomas, ada lima istilah tentang prilaku dalam kaitannya dengan peran yakni :

a. Expectation (harapan);

b. Norm (norma);

c. Performance (wujud perilaku);

3

N. Grass, W.S. Massan and A.W.Mc. Eachern, Exploration Role Analisis, dalam

David Berry, Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,

1995), Cet .Ke-1,h.99-100

4

Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-Teori Psikologi Social (Jakarta : PT, Raja Grafindo Persada 2003), Cet ke -8 h.214

5


(28)

d. Evaluation (penilaian);6 e. Sanction (sanksi).

2. Tinjauan Sosiologis Tentang Peranan

Di atas telah disinggung bahwa ada hubungan yang erat sekali antara peranan dengan kedudukan, seseorang mempunyai peranan dalam lingkungan sosial dikarenakan dengan ia mempunyai status akan kedudukan dalam lingkungan sosial (masyarakat).

Tidak dapat dipungkiri pula bahwasanya manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa melepaskan sikap ketergantungan pada makhluk atau manusia lainnya. Maka pada posisi semacam inilah peranan sangat menentukan kelompok sosial masyarakat tersebut, dalam artian diharapkan masing-masing dari sosial masyarakat yang berkaitan agar menjalankan peranannya, yaitu menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya dalam masyarakat (lingkungan) dimana ia tinggal.

Di dalam peranannya sebagaimana dikatakan oleh David Berry terdapat dua macam harapan, yaitu harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan dan harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan terhadap masyarakat.7

Dari kutipan tersebut nyatalah bahwa ada suatu harapan dari masyarakat terhadap individu akan suatu peran, agar dijalankan sebagaimana mestinya, sesuai dengan kedudukannya dalam lingkungan tersebut. Individu dituntut memegang peranan yang diberikan oleh

6

Ibid,h216.

7


(29)

masyarakat kepadanya, dalam hal ini, peranan dapat sebagai bagian dari struktur masyarakat, misalnya peranan-peranan dalam pekerjaan, keluarga, kekuasaan dan peranan-peranan lainnya yang diciptakan oleh masyarakat.

Demikian pula halnya pada majelis taklim yang memiliki tugas untuk dapat memberikan kontribusinya yang berupa kegiatan-kegiatan kepada masyarakat, khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah, di situ ada suatu harapan besar masyarakat khususnya jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al-Barkah, dengan berbagai macam kegiatan tersebut yang ada di Majelis Taklim Al-Barkah, Bisa dipahami dan terealisasikan dalam pola kehidupan. Sehingga dapat meningkatkan pengamalan ibadah jamaah ibu-ibu Majelis Taklim Al Barkah.

B. Majelis Taklim

1. Pengertian Majelis Taklim dan Ruang Lingkupnya

Dalam Kamus Munjid yang dikutip oleh Luis Ma’luf bahwa kata Majelis berasal dari bahasa arab yang berarti ( ) tempat duduk, dari

kata (

-

-

) jadi kata Majelisun merupakan Isim Makan

(kata keterangan tempat) dari kata Jalasa yang berarti tempat duduk yang di dalamnya berkumpul orang-orang. Zukairini mengomentari bahwa majelis yaitu tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk melakukan kegiatan, Tempat dapat berupa mesjid, rumah atau juga tempat khusus yang dibangun untuk suatu kegiatan. Sehingga dikenal sebagai Majelis Syuro atau Majelis Taklim dan sebagainya.


(30)

Bila diperhatikan Majelis Taklim berasal dari kata-kata majelis dan taklim. Ada beberapa arti kata majelis ini yaitu sebagai berikut :

a. Dalam Ensiklopedia Islam dikatakan bahwa Majelis adalah suatu

tempat yang didalamnya berkumpul sekelompok manusia untuk melakukan aktivitas atau perbuatan;10

b. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Majelis adalah pertemuan dan

perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.

Dan kata ( ) berasal dari kata (

ﺎ ْ ْ

-

-

) yang berarti

mengajarkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pengertian Taklim adalah melatih manusia. Jadi dari beberapa pendapat tentang definisi taklim, maka ditarik garis besarnya bahwa taklim adalah suatu bentuk aktif yang dilakukan oleh orang yang ahli dengan memberikan atau mengajarkan ilmu kepada orang lain. Bila kata Majelis dan Taklim dirangkaikan menjadi satu, maka dapat diartikan dengan “Tempat Pengajaran atau tempat memberikan dan mengajarkan ilmu agama”.

2. Fungsi Majelis Taklim

Fungsi majelis taklim menurut Prof. H. M. Arifin, M.Ed, majelis taklim berfungsi sebagai pengokoh landasan hidup manusia Indonesia, khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathiniyah, duniawi dan ukhrowi, secara simultan (bersamaan), sesuai tuntunan agama

10

Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam (ed) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Hoeve ,1994 ), h.121


(31)

Islam yaitu iman dan taqwa yang melandaskan kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya.

Menurut Nurul Huda fungsi majelis taklim sebagai lembaga pendidikan non formal adalah :

a. Memberikan semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh

kegiatan hidup manusia dan alam semesta;

b. Memberikan inspirasi, motivasi, dan stimulasi agar potensi jamaah

dapat dikembangkan dan diaktifan secara maksimal dan optimal, dengan pembinaan pribadi, kerja produktif, untuk kesejahteraan bersama;

c. Memadukan segala kegiatan atau aktifitas sehingga merupakan

kesatuan yang padat dan selaras.

3. Tujuan Majelis Taklim

Mengenai hal yang menjadi tujuan majelis taklim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Dra. Hj. Tuti Alawiyah merumuskan bahwa tujuan Majelis Taklim dari segi fungsi, yaitu : pertama, berfungsi sebagai tempat belajar, maka tujuan majelis taklim adalah menambah ilmu dan

keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman agama. kedua,

berfungsi sebagai tempat kontak sosial, maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, berfungsi mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.13

13

Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majelis Taklim, (Bandung: Mizan,1997), Cet.ke-1 h.78


(32)

Sedangkan sebagaimana telah disebutkan didalam Ensiklopedi Islam, bahwa tujuan majelis taklim adalah :

a. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran beragama di kalangan

masyarakat, khususnya bagi jamaah;

b. Meningkatkan amal ibadah masyarakat;

c. Mempererat silatuhrahmi antar jamaah; d. Membina kader di kalangan umat Islam.14

Senada dengan pendapat di atas, Manfred zimek mengatakan bahwa tujuan dari majelis taklim adalah “Menyampaikan pengetahuan nilai-nilai agama, maupun gambaran akhlak serta membentuk kepribadian

dan memantapkan akhlak".15 Merupakan wadah organisasi masyarakat

yang berbasis politik. Namun majelis taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat.

4. Jenis Jenis Majelis Taklim

Jenis-jenis majelis taklim dapat dibedakan atas beberapa kriteria, di antaranya dari segi kelompok sosial dan dasar pengikat peserta.

Ditinjau dari kelompok sosial peserta atau jamaahnya majelis taklim terdiri atas :

a. Majelis taklim kaum bapak, pesertanya khusus bapak-bapak;

b. Majelis taklim kaum ibu-ibu, pesertanya khusus ibu-ibu;

14

Dewan Redaksi Enksiklpedia Islaam (e) Majelis, Ensiklopedia Islam, (Jakarta : Ichtiar Baru Van Haeve, 1994), h.122.

15

Manfred Zimek, Pesantren dan Perubahan Sosial, (Jakarta : LP3ES, 1986) Cet. Ke-1. H.157


(33)

c. Majelis taklim remaja, pesertanya khusus para remaja baik pria maupun wanita;

d. Majelis taklim campuran, pesertanya merupakan campuran muda-mudi

dan pria wanita.

Ditinjau dari dasar pengikat peserta majelis taklim terdiri atas :

a. Majelis taklim yang diselanggarakan oleh masjid atau musholla

tertentu. Pesertanya terdiri dari orang-orang yang berada disekitar masjid atau mushola tersebut. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah masjid atau mushala.

b. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh Rukun Warga (RW) atau

Rukun Tetangga (RT) tertentu. Dengan demikian dasar pengikatnya adalah persamaan administrative.

c. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh kantor atau instansi tertentu dengan peserta yang terdiri dari para pegawai atau karyawan beserta keluarganya dasar pengikatnya adalah persamaan kantor atau instansi yang bekerja

d. Majelis Taklim yang diselanggarakan oleh organisasi atau

perkumpulan tertentu dengan peserta yang terdiri dari pada anggota atau simpatisan dari organisasi atau perkumpulan tersebut. Jadi dasar pengikatnya adalah keanggotaan atau rasa simpati peserta terhadap organisasi atau perkumpulan tertentu.


(34)

5. Peranan Majelis Taklim

Majelis taklim adalah lembaga Islam non formal. Dengan demikian majelis taklim bukan lembaga pendidikan formal seperti Madrasah, sekolah atau perguruan tinggi majelis taklim bukanlah merupakan wadah organisasi masyarakat yang berbasis politik. Namun, majelis taklim mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat Peranan majelis taklim antara lain :

a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan

beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah;

b. Taman rekreasi rohaniyah, karena penyelenggaraannya bersifat santai; c. Wadah silaturahim yang menghidupkan syi’ar Islam;16

d. Media penyampaian gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan

umat Islam.

Secara strategis majelis taklim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang Islami coraknya yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan pada kualitas pada hidup umat Islam sesuai tuntutan ajaran Islam. Di samping itu guna menyadarkan umat Islam.Disamping itu guna menyadarkan umat Islam dalam rangka mengahayati dan mengamalkan ajaran agamanya yang konteksual kepada lingkungan hidup sosial budaya dan alam sekitar mereka, sehingga dapat menjadikan umat Islam sebagai Ummatan Washatan yang meneladani kelompok umat lain.

16


(35)

Jadi peranan secara fungsional majelis taklim adalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan bathaniyah, duniawiyah dan ukhrowiyah secara bersamaan, sesuai tuntutan ajaran agama islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi, dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sesuai dengan pembangunan nasional kita. 17

6. Materi dan Metode Pengajaran Majelis Taklim

a. Materi

Materi atau bahan adalah apa yang hendak diajarkan dalam majelis taklim. Dengan sendirinya materi ini adalah ajaran Islam dengan segala keluasannya. Islam memuat ajaran tentang tata hidup yang meliputi segala aspek kehidupan, maka pengajaran Islam berarti pengajaran tentang tata hidup yang berisi pedoman pokok yang digunakan oleh manusia dalam menjalani kehidupannya didunia dan untuk menyiapkan hidup yang sejahtera di akhirat nanti. Dengan demikian materi pelajaran agama Islam luas sekali meliputi seluruh aspek kehidupan.

Secara garis besar ada 2 kelompok pelajaran dalam majelis taklim, yaitu kelompok pengetahuan agama dan kelompok pengetahuan umum.

17

H.M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam (Islam dan Umum), (Jakarta : Bumi Aksara, 1995) Cet. Ke-1, h.120


(36)

1) Kelompok Pengetahuan Agama

Bidang pengajaran yang masuk kelompokini antara lain, :

a) Tauhid adalah, mengesahkan Allah dalam hal mencipta,

menguasai, mengatur, dan mengikhlaskan peribadahan hanya kepadanya;

b) Akhlakul karimah, materi ini meliputi akhlak yang terpuji, dan akhlak yang tercela. Akhlak terpuji antara lain ikhlas, tolong menolong, sabar dan sebagainya. Akhlak tercela meliputi sombong, kikir, sum’ah dan dusta, bohong dan hasud.

c) Fiqih. Adapun isi materi fiqih meliputi tentang shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Di samping itu juga dibahas hal-hal yang berkaitan dengan pengalaman sehari-hari, yang meliputi pengertian wajib, sunah, halal, haram, makruh dan mubah. Diharapkan setelah mempunyai pengetahuan tersebut jamaah akan patuh dengan semua hukum yang diatur oleh ajaran Islam;

d) Tafsir, adalah ilmu yang mempelajari kandungan Al-Qur'an

berikut penjelasannya, makna dan hikmahnya;

e) Hadits adalah segala perkataan, perbuatan, dan ketetapan dan persetujuan Nabi Muhammad yang dijadikan ketetapan atau hukum dalam agama Islam.

2) Kelompok Pengetahuan Umum

Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema yang disampaikan hendaknya hal-hal yang langsung ada kaitannya dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan


(37)

agama artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut hendaknya jangan dilupakan dalil-dalil agama, baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an atau hadist-hadist maupun contoh dari kehidupan

Rasullah SAW.18

Menurut Tuti Alawiyah bahwa kategori pengajian itu diklasifikasikan menjadi lima bagian :

a) Majelis taklim tidak mengajarkan secara rutin tetapi hanya

sebagai tempat berkumpul, membaca shalawat, berjamaah dan sebulan sekali pengurus majelis taklim mengundang seorang guru untuk berceramah, itulah isi majelis taklim.

b) Majelis taklim mengajarkan ilmu pengetahuan dan

keterampilan dasar ajaran agama seperti belajar mengaji Al-Qur’an atau penerangan fiqih.

c) Majelis taklim mengajarkan tentang fiqih, tauhid, atau akhlak yang diajarkan dalam pidato-pidato mubaligh yang kadang-kadang dilengkapi dengan tanya-jawab.

d) Majelis taklim seperti butir ke-3 menggunakan kitab sebagai

pegangan, ditambah dengan pidato atau ceramah.

e) Majelis taklim dengan atau ceramah dengan pelajaran pokok

yang diberikan teks tertulis. Materi pelajaran disesuaikan dengan situasi hangat berdasarkan ajaran Islam.19

Penambah dan pengembangan materi dapat dilakukan di Majelis Taklim seiring dengan semakin majunya zaman dan semakin

18


(38)

kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar Majelis Taklim tidak terkesan kolot dan terbelakang.

b. Metode

Metode berasal dari dua kata yaitu “Meta dan Hodos” Meta

artinya melalui dan Hodos artinya jalan, maka pengertian metode adalah jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.20

Metode adalah cara, dalam hal ini cara menyajikan bahan pengajaran dalam majelis taklim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih, makin efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya, namun bagi majelis taklim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar dikelas yang tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar dikelas yang tidak dapat dipakai dalam majelis

taklim Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi

sekolah dengan majelis taklim.21

Adabeberapayang digunakan di Majelis Taklim, diantaranya:

1) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode ceramah.

Metode ini dilakukan ini dilaksanakan dengan dua cara : pertama, ceramah umum, dimana pengajar atau ustadz bertindak aktif dengan memberi pelajaran atau ceramah, sedangkan peserta pasif,

20

H.M.Arifin, Ilmu PendidikanIslam, (Jakarta: Bumi Aksara,1993), Cet. Ke-2,h.10

21


(39)

yaitu hanya mendengar atau menerima materi yang diceramahkan. Kedua, ceramah terbatas, dimana biasanya terdapat kesempatan untuk bertanya jawab. Jadi, baik pengajar atau ustadz maupun peserta atau jamaah sama-sama aktif.

2) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode halaqoh.

Dalam hal ini pengajar atau ustadz memberikan pelajaran biasanya dengan memegang suatu kitab tertentu.

3) Majelis taklim yang diselenggarakan dengan metode mudzakarah

metode ini dilaksanakan dengan cara tukar menukar pendapat atau diskusi mengenai suatu masalah pendapat atau diskusi mengenai masalah yang disepakatyang suatu masalah yang disepakati untuk dibahas.

4) Majelis taklim yang diselanggarakan dengan metode campuran

artinya majelis taklim menyelanggarakan kegiatan pendidikan atau pengajian tidak dengan satu macam metode saja , melainkan denganberbagai metode secara berselang-seling.22.

C. Pengertian Dakwah

Dilihat dari segi bahasa, kata dakwah berasal dari kata Arab da’wah, merupakan bentuk mashdar dari kata kerja da’a (madhi), yad’u (mudhari), berarti seruan, ajakan, atau panggilan. Seruan dan panggilan ini dapat dilakukan dengan suara, kata-kata, atau perbuatan. Dikatakan, orang yang adzan (mu’adzin) telah memanggil dan menyeru manusia untuk melaksanakan


(40)

shalat. Seorang nabi, disebut da’i, orang yang mengajak manusia untuk beriman kepada Allah dan mengesakan-Nya (tauhid).23

Sedangkan dakwah ditinjau dari segi terminology, mengandung beberapa arti yang beraneka ragam yang merupakan pendapat dari banyak ahli ilmu dakwah, mereka memberikan pengertian yang berbeda-beda seseuai dengan sudut pandang masing-masing di dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut, sehingga antara definisi yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan, yaitu sebagai berikut :

HSM. Nasarudin Latif mendefinisikan dakwah: "Setiap usaha aktivitas dengan tulisan maupun lisan yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia lainnya untuk beriman dan menaati Allah SWT. Sesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah".24

Masdar Helmy mengatakan bahwa dakwah adalah, "Mengajak dan menggerakkan manusia agar mentaati ajaran-ajaran Allah (Islam) termasuk amr ma’ruf nahi munkar untuk bisa memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat."

Prof. Toha Yahya omar, mendefinisikan dakwah menurut Islam ialah : "Mengajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat".25

Dari definisi di atas, ada beberapa prinsip yang menjadi substansi, sebagai berikut :

23

A. Ilyas Ismail, Paradigma Dakwah Sayyid Quthub (Jakarta : Penamadani, 2006) Cet, ke-1. h,144

24

Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah (Jakarta, Prenada Media, 2004). Cet,ke-1.h.5

25


(41)

1. Dakwah merupakan proses penyelanggaraan suatu usaha atau aktivitas yang dilakukan dengan sadar dan sengaja.

2. Usaha yang diselenggarakan itu adalah berupa :

a. Mengajak orang untuk beriman dan mentaati Allah SWT, atau

memeluk agama Islam;

b. Amar ma’ruf, perbaikan dan pembangunan masyarakat;

c. Nahi munkar.

3. Proses usaha penyelenggaraan tersebut dilakukan untuk mencapai tujuan

tertentu, yaitu kebahagiaan dan kesejahteraan hidup yang diridhai oleh Allah SWT.

Islam adalah agama dakwah, dan mempertahankan kebebasan berdakwah itu secara konsekwen.26

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas pula dapat ditegaskan bahwa pengertian dakwah ialah mengajak mad’u untuk melakukan kebaikan dan menjauhi larangan sesuai dengan ajaran Islam.

26

K.H.M. Isa Anshari. Mujahid Dakwah (Bandung: CV, Di ponegoro,1995), Cet, ke-V. hal.17


(42)

D. Unsur-unsur Dakwah 1. Subyek Dakwah

Berdasarkan masalah dakwah, maka tidak dapat dipisahkan dari subjek dakwah dan objek dakwah. Karena kedua komponen ini merupakan satu rangkaian yang tidak dapat di pisahkan dari sudut prosesnya.

Namun penulis akan menjelaskan terlebih dahulu tentang subjek dakwah. Subjek dakwah dinamakan da’i, juru penerang, mubaligh, dan lain sebagainya. Da’i merupakan salah satu unsur penting dalam proses dakwah. Sebagai pelaku dan penggerak kegiatan dakwah, da’i menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan dakwah.

Adapun pengertian da’i adalah ”orang yang menyeru, memanggil,

mengundang, atau mengajak”.27 Pada dasarnya da’i adalah penyeru ke

jalan Allah, pengibar panji-panji Islam, dan pejuang (Mujahid) yang

mengupayakan terwujudnya sistem Islam dalam realitas kehidupan umat manusia.28 Sebagai penyeru ke jalan Allah, da’i tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan tidak bisa tidak, harus memiliki pemahaman yang luas mengenai Islam sehingga ia dapat menjelaskan ajaran Islam kepada masyarakat dengan baik dan benar, ia juga harus memiliki semangat dan ghirah keislaman yang tinggi yang menyebabkan ia setiap saat dapat menyeru manusia kepada kebaikan dan

27

A.H. Hasanudin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan.

(Surabaya: Usaha Nasional , 1983). Cet, ke-1. h. 33

28


(43)

mencegah mereka dari kejahatan, meskipun untuk itu ia harus menghadapi tantangan yang berat.29

Menyeru ke jalan Allah tersebut merupakan tugas dan kewajiban setiap muslim di manapun mereka berada menurut kadar kemampuannya. Jadi, setiap muslim adalah da’i sebagaimana Allah berfirman :

فْوﺮْ ْﺎ

نْوﺮ ْﺄ

ﺾْ

ءﺂ ْوا

ْ ﻬﻀْ

تﺎﻨ ْﺆ ْاو

نْﻮﻨ ْﺆ ْاو

ْا

نْﻮﻬْﻨ و

ﷲا

نْﻮ ْﻄ و

ةﺎآﱠﺰ ا

نْﻮ ْﺆ و

ةﻼﱠﺼ ا

نْﻮ ْﻘ و

ﺮﻜْﻨ

ْﻜ

ﺰْﺰ

ﷲا

ﱠنا

ﷲا

ﻬ ْﺮ

ﻚﺌ وا

ﻪ ْﻮ رو

Artinya : ”Dan orang-orang yang beriman, lelaki atau perempuan,

sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.(QS. AT Taubah 9:71)

Namun, kalau kita melihat realita kehidupan, bahwa yang ditangani manusia bukan hanya satu bidang, maka perlu pembagian tugas dan kewajiban sesuai dengan bakat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan masing-masing dalam rangka pengabdian kepada Allah untuk mendapatkan ridho-Nya.

Untuk melakukan aktivitas dakwah, seorang da’i perlu mempunyai syarat-syarat dan kemampuan tertentu agar bisa berdakwah dengan hasil yang baik dan sampai pada tujuannya. Persyaratan dan kemampuan yang perlu dimiliki oleh da’i secara umum bisa mencontoh kepada Rasullulah

29


(44)

SAW. Karena ”Kehidupan Rasululoh SAW. Merupakan uswah bagi umatnya, maka tentunya hal ini pun berlaku dalam dakwah Islam.30

Adapun syarat-syarat dan kemampuan secara teoritis yang harus di miliki da’i yaitu :

a. Kemampuan berkomunikasi;

b. Kemampuan menguasai diri;

c. Kemampuan pengetahuan psikologis;

d. Kemampuan pengetahuan pendidikan;

e. Kemampuan pengetahuan dibidang umum;

f. Kemampuan dibidang Al-Qur’an;

g. Kemampuan membaca Al-Qur’an dengan fasih;

h. Kemampuan pengetahuan di bidang hadist;

i. Kemamampuan di bidang agama secara umum31.

Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh para da’i sehingga dalam melaksanakan aktivitas dakwahnya dapat tepat sasaran.

2. Objek Dakwah

Oleh karena sasaran dakwah ini bermacam-macam, baik dari segi usia, psikologi serta yang lebih penting dari segi tingkat pengetahuan sang mad’u yang sangat mempengaruhi dalam menangkap isi pesan yang disampaikan oleh da’i tersebut. Maka hendaklah seorang da’i harus mampu menguasai siapa yang akan menjadi sasaran dakwahnya dari segi

30

H. Nawawie Rambe. Sejarah Dakwah Islam. (Jakarta : Widjaya, 1985). Cet, ke-3. h.10

31

Slamet Muhaemin Abda. Prinsip-Prinsip Metodelogi Dakwah (Surabaya : Usaha Nasional, 1994) Cet. ke-1, h. 69-77


(45)

aspek kehidupannya secara utuh dari keseluruhan, baik sebagai makhluk pribadi, makhluk sebagai makhluk lainnya.

”Sesungguhnya seorang da’i membutuhkan pemahaman yang benar terhadap dakwah, metode yang baik dalam menyampaikannya dan sungguh-sungguh dalam mentarbiyah para pengikutnya. Kegagalan salah satu dari ketiga hal tersebut akan mendatangkan bahaya besar bagi amal Islami secara keseluruhan”. Oleh karena itu, seorang da’i harus mendekati mad’u benar-benar dimulai dari titik taraf pemahaman mad’u, bukan dari titik pemahaman sang da’i.

Kita melihat dewasa ini ada sebagian dari saudara kita yang muklisin, tetapi sering kali kurang memperhatikan prinsip ini, seluruh perhatiannya dicurahkan untuk meluruskan aqidah umat dengan cara yang membuat kebanyakan manusia lari dari padanya. Mereka berbicara kepada seseorang tanpa membedakan antara orang yang berpendidikan dengan orang yang tidak sekolah dan lain sebagainya.

3. Tujuan Dakwah

Pada dasarnya dakwah dimaksudkan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan (sa’adah) bagi umat manusia baik dalam kehidupan mereka didunia maupun di akhirat kelak.

Suatu kegiatan tidak akan bermakna apabila tidak ada arah tujuan yang jelas. Maka tujuan dari dakwah adalah mengubah pandangan hidup seseorang, dari perubahan pandangan hidup ini akan berubah pola pikir dan pola sikap, Allah SWT berfirman :


(46)

Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, perkenankanlah seruan dari Allah dan seruan dari Rosul, apabila Rasul menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepada kamu”. (Q.S.Al Anfal : 24)

Adapun yang dimaksud dengan tujuan dakwah adalah sebagaimana yang dirumuskan oleh Abu A’la Maududi bahwa yang ingin dicapai melalui dakwah Islam adalah, "menghidupkan manusia baik daya observasinya, daya rasa, dan daya cipta, serta menghidupkan dhamir hati nurani dan basyirah".

M. Syafa’at Habib merinci tujuan dakwah Islamiyah itu sebagai usaha untuk :

a. Membentuk masyarakat yang konstruktif menurut ajaran Islam;

b. Mengadakan koreksi terhadap situasi atau tindakan yang menyimpang

dari ajaran agama;

c. Menembus hati nurani seseorang sebagai sarana untuk membentuk

masyarakat yang diridhai Allah;

d. Menjadikan manusia dari segala bentuk frustasi, kejahilan dan

kebekuan pikiran.32

Berdasarkan pendapat di atas jelaslah yang menjadi tujuan dakwah dalam berbagai bentuknya tidaklah lain dari suatu usaha yang dilakukan menciptakan pribadi muslim yang mampu serta bertanggung jawab melaksanakan ajaran islam. Baik pribadi muslim itu telah mampu

32

Abu A’la Maududi, Petunjuk Untuk Juru Dakwah (Terj), Media Dakwah, (Jakarta 1982), h.4


(47)

melaksanakan ajaran Islam maka yang diharapkan adalah sejahtera lahir dan batin serta mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat.

Demikian tujuan dakwah Islam yang pada intinya adalah merubah sikap dan prilaku seseorang atau kelompok supaya kembali pada pola dasarnya, bahwa manusia pada dasarnya hidup di dunia ini agar mengabdi kepada Allah SWT.

4. Metode Dakwah

Dari segi bahasa metode berasal dari dua perkataan, yaitu ”meta”(melalui) dan ”hodos” (jalan, cara). Dengan demikian kita dapat artikan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Sumber yang lain mengatakan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodika artinya ajaran tentang metode. Arti secara bebas metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu maksud.

Dari pengertian di atas dapat diambil pengertian bahwa, metode dakwah adalah cara-cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i (komunikator) kepada mad’u untuk mencapai suatu tujuan atas dasar hikmah dan kasih sayang.33

Sumber-sumber pokok metode dakwah yang dijadikan pedoman para da’i antara lain : Al-Qur’an, As-Sunnah, Sirah (sejarah), Salafusshaleh dari kalangan sahabat, tabi’in dan ahli ilmu serta iman.

33

Said Bin Ali Al-Qohthani. Dakwah Islam Dakwah Bijak ( Jakarta : Gema Insani Press, 1994). Cet ke-1.h 101


(48)

Metode dakwah yang bijak umumnya didasarkan pada hal-hal berikut :

a. Memeriksa dan mendiagnosis pasien (kalau da’i diumpamakan dokter)

Seorang dokter ahli berpengalaman sebelum mengobati ia akan melakukan pemeriksaan dan mengetahui penyakitnya terlebih dahulu. Setelah itu, melakukan pengobatannya berdasarkan penyakit tersebut. Seorang da’i adalah dokter rohani. Penyakit rohani antara lain kufur dan maksiat. Dalam hal ini, seorang dai harus memberikan obat yang sesuai dengan penyakit yang di derita pasien. Obat kufur adalah iman kepada Allah dan ajaran yang di bawa Rasullulah SAW, sedangkan obat maksiat adalah bertaubat kepada Allah dan memperbanyak taat. Bagi Allah setiap penyakit ada obatnya.

b. Menghilangkan syubhat

Tujuan dari menghilangkan syubhat ini adalah agar audiens tidak sempat sempat melihat penyakit apalagi merasakan. Tidak diragukan lagi bahwa syubhat bisa melahirkan keraguan (syak) pada kejujuran seorang da’i dan hakikat ajakannya.

c. Memberikan semangat kepada audiens agar selalu menggunakan

”obat” dan menerima yang hak.

d. Membimbing audiens dengan al qu’ran, as sunnah, dan sirah kaum

salafus shaleh

e. Menyampaikan cara-cara di atas dengan bijak. Yakni melalui nasihat


(49)

kekuatan. Namun cara terakhir ini khusus bagi mereka yang menentang Islam dan zhalim.34

Adapun tindakan-tindakan dakwah yang telah dirumuskan akan efektif bilamana dilaksanakan dengan mempergunakan cara-cara yang tepat, cara-cara ini dirumuskan dalam surat An- Nahl ayat 125 :

ه

ْ ﺘﱠﺎ

ْ ﻬْدﺎ و

ﺔﻨ ﺤْا

ﺔﻈ ْﻮ ْاو

ﺔ ْﻜﺤْاﺎ

ﻚﱢر

ْ

ﻰ ا

عْدا

ْ ا

Artinya : "Serulah (ajaklah) manusia kepada jalan Allah dengan cara bijaksa dan nasehat yang baik, dan bertukar pikiranlah, (bantahlah) dengan cara yang lebih baik”.

(Q.S. An-Nahl :125) Dari ayat di atas dapat kita ringkas bahwa menurut ayat di atas metode dakwah itu meliputi tiga bagian yaitu :

a. Hikmah (bijaksana);

b. Mau’izhoh hasanah (nasihat yang baik); c. Mujadalah bilati hiya ahsan (bertukar pikiran).

5. Materi Dakwah

Materi dakwah adalah hal-hal yang akan disampaikan kepada obyek dakwah Materi dakwah secara prinsipil berpangkat pada al qur’an dan Sunah Rasul. 35Kedua materi itu dinamakan materi primer. Sedangkan materi sekundernya adalah sebagaimana diungkapkan oleh A. H. Hasanudin sebagai berikut: ”materi dakwah kalau dianggap perlu bisa

ditambah dengan hasil ijtihad para ulama, atau sarjana muslim yang

34

Ibid h.101-102

35


(50)

terpercaya dan kuat”. 36Selain itu materi dakwah primer dan sekunder juga bisa diambil dari berbagai sumber lain seperti, buku-buku agama atau umum, media informasi, pengalaman dan sebagainya.

Materi dakwah menurut Muhammad Natsir dalam bukunya "Fiqhud Dakwah" dibagi dalam tiga pokok, yaitu :

a. Menyempurnakan hubungan manusia dengan khaliqnya;

b. Menyempurnakan hubungan dengan makhluk-makhluk Allah lainnya;

c. Mengadakan keseimbangan antara keduanya dan mengaktifkan

kedua-duanya sejalan dan berjalin.

Sedangkan menurut Asmuni Syukir, materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:

a. Masalah keimanan (aqidah); b. Masalah keislaman (syari’ah);

c. Masalah budi pekerti (akhlaquk karimah)36.

6. Media Dakwah

Istilah Media dilihat dari asal katanya berasal dari bahasa latin, yaitu”median”yang berarti perantara. Kata media merupakan jamak dari kata median itu sendiri. Dari arti semantiknya media berarti segala sesuatu yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu.37. Dengan Demikian Media dakwah dapat di artikan dengan sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan dakwah yang

36

M..Natsir, Fiqhud Dakwah, ( Jakarta: Yayasan Cipta Selecta,2000) cet ke-11, h. 36

36

Asmuni Syukur, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam

37


(51)

ditentukan. Media dakwah tersebut dapat berupa barang, orang, tempat, kondisi tertentu dan sebagainya.

Dalam Usaha menyampaikan ajaran islam media menjadi peran yang sangat penting, karena media menjadi urat nadi kegiatan dakwah. Selain itu, media juga dapat digolongkan menjadi tiga bagian, yaitu : a. Media lisan;

b. Media tulisan; c. Media elektronik.

Media atau sarana adalah hal yang mengantarkan manusia kepada sesuatu. Adapun sarana dakwah adalah yang membantu mubaligh untuk menyampaikan pesan ajaran Islam. Untuk itu mubaligh harus memilih media yang sesuai dengan kondisi dan situasi pelaksanaan dakwah.

E. Pengamalan Ibadah

1. Pengertian Pengamalan Ibadah

Pengamalan berasal dari kata "amal" yang berarti perbuatan yang baik. Kata "amal" itu sendiri mendapatkan awalan “Peng” dan akhiran “an” menjadi pengamalan yang berarti hal, cara, hasil, atau proses kerja mengamalkan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah proses, cara, perbuatan, mengamalkan, melaksanakan dan pelaksanaan, penerapan.38

Sedangkan Ibadah secara bahasa (terminology) berarti

merendahkan diri serta tunduk. Sedangkan menurut Istilah (terminology),

38

Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai Pustaka, 2001), edisi 111 h.34


(52)

ibadah adalah kepatuhan atau ketundukan pada Dzat yang memiliki puncak keagungan yaitu Tuhan Yang Maha Esa. Ibadah mencakup segala bentuk perbuatan dan perkataan yang dilakukan pada setiap mukmin muslim dengan tujuan untuk mencari keridhaan Allah SWT.

Selain definisi di atas, Ibadah juga mempunyai beberapa definisi antara lain :

a. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya

melalui lisan para rasul-Nya;

b. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla yaitu

tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi;

c. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan

diridhai Allah Azza Wa Jalla, baik berupa ucapan atau pun perbuatan, yang dzahir maupun yang bathin.39

Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa pengamalan ibadah adalah proses dari suatu prilaku dalam mengamalkan perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran Islam sebagai bukti ketaatan kepada Allah SWT, yang disadari dengan mengerjakan perintahnya dan menjauhi larangannya.

39


(53)

2. Ruang Lingkup Pengamalan Ibadah

Ibadah pada dasarnya mencakup seluruh aspek kehidupan manusia sebagaimana yang di syariatkan dalam Islam. Itulah yang kita amalkan dalam hidup kita sehari-hari asalkan tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Sunnah Allah SWT, menginginkan segala yang kita lakukan dalam hidup menjadi ibadah, yaitu cara kita berpakaian, cara kita mengatur rumah tangga, bentuk perjuangan kita, pergaulan kita, percakapan dan perbincangan kita, semuanya menjadi ibadah, sekalipun kita berdiam diri juga dapat berbentuk ibadah.

Di samping itu aspek-aspek lain seperti pendidikan dan pelajaran, perekonomian dan cara-cara menjalankan ekonomi, soal-soal kenegaraan dan hubungan antar bangsa pun, semua itu mesti menjadi ibadah kita kepada Allah SWT. Itulah yang dikatakan ibadah dalam seluruh aspek kehidupan kita baik yang lahir maupun batin.

Menurut Abdul Rahman Ritonga dalam bukunya "Fiqih Ibadah", ditinjau dari segi bentuknya, Ibadah di bagi menjadi dua macam yaitu :40

a. Ibadah "khashshah" adalah ibadah yang ketentuan dan cara

pelaksanaannya secara khusus ditetapkan oleh Nash Al-Qur’an dan Hadist, seperti shalat, zakat, puasa, dan haji.

b. Ibadah "Ammah" adalah semua perbuatan yang dilakukan dengan niat baik dan semata-mata karena Allah SWT. seperti makan dan minum,

40

A. Rahman Ritonga, M.A, Fiqh Ibadah, ( Jakarta : Gaya Media Pratama:


(54)

amar ma’ruf-nahi munkar, berlaku adil, berbuat baik kepada orang dan sebagainya.

Sedangkan menurut Al-Habsy dan Muhammad Baqir, ibadah menurut bentuk dan pengamalannya terdiri dari :41

c. Ibadah yang terdiri atas perbuatan atau ucapan lidah seperti berdzikir, bertasbih, bertauhid, bertahlil, bersholawat, dan sebagainya;

d. Ibadah yang terinci perkataan dan perbuatan, seperti shalat, zakat,

puasa dan haji;

e. Ibadah yang ditentukan teknik pelaksanaannya seperti menolong

orang lain, berjihad membela diri, mendirikan madrasah atau yayasan, mesjid, rumah sakit dan sebagainya;

f. Ibadah yang bentuk pelaksanaanya menahan diri seperti puasa, ihram

dan I’tikaf;

g. Ibadah yang bentuknya mengugurkan hak seperti menggugurkan hak

seperti membebaskan seorang dari kewajiban membayar hutang, memaafkan kesalahan dan sebagainya.

Ibadah dalam Islam adalah bentuk perbuatan tertentu yang telah digariskan dalam Islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, bentuk peribadatan tersebut telah ditentukan waktunya, pelaksanaannya, dan tata caranya. Yang dimaksud ibadah-ibadah tersebut adalah shalat, zakat, puasa dan haji.

Sebagaimana muslim pada umumnya, pemulung juga mempunyai kewajiban yang sama dalam pelaksanaan ibadah tersebut, tidak ada perbedaannya dalam pelaksanaannya maupun tata caranya. Maka dari itu

41

Al Habsy dan Muhammad Baqir, Fiqh Praktis Menurut Al-Qur’an, As sunnah


(55)

peneliti dalam melakukan penelitian ini memfokuskan diri pada pengamalan ibadah dan aktifitas dakwah lainnya yang dilakukan oleh Majelis Taklim Al-Barkah Bantargebang Bekasi.


(56)

BAB III

GAMBARAN UMUM MAJELIS TAKLIM AL-BARKAH

A. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya

Segala sesuatu yang hidup di dunia ini, apakah itu makhluk yang bernyawa maupun mahkluk yang tidak bernyawa, pasti mempunyai latar belakang atau sejarahnya masing-masing. Begitu juga dengan berdirinya Majelis Taklim Al-Barkah ini yang mempunyai sejarah yang tidak kalah menarik dengan sejarah kelahiran yang lain.

Majelis Taklim Al-Barkah tidak didirikan di atas keserba-adaan dan bukan bertahta di atas singgasana serba berkecukupan, melainkan ia lahir dan berkembang berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta adanya bimbingan dan dukungan sepenuhnya dari para dermawan yang tulus dan ikhlas mengorbankan sebagian hartanya dan menyumbangkan pikiran serta tenagannya dengan niat ibadah.

Beberapa tahun yang silam, tepatnya pada tahun 1985 terdapatlah suatu kisah tentang masyarakat Bantargebang Bekasi, di mana masyarakat ini tingkat keagamaannya masih sangat rendah sekali. Mereka belum mengetahui bagaimana caranya shalat, bagaimana rukun-rukunnya puasa, bagaimana cara membaca Al-Qur’an dan lain-lain, khususnya kaum ibu rumah tangga, di mana hari-harinya banyak disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga, mengurus anak dan suami, sehingga hampir tidak ada waktu untuk belajar agamadan seluk beluknya.


(57)

Menyadari akan kekurangan ini, maka akhirnya muncullah ide yang sangat bagus dari seorang KH. Nasir Thabroni, untuk mendirikan suatu lembaga pendidikan keagamaan yang biasa disebut dengan Majelis Taklim dengan nama Majelis Taklim Al-Barkah. Majelis Taklim Al-Barkah ini berdiri pada tahun 1982-1985 dengan pendirinya Almarhum H. Thabroni1. Modal awalnya uang pribadi yang dibantu swadaya masyarakat Bantargebang dan sekitarnya. Majelis Taklim ini oleh warga Bantargebang Bekasi digunakan untuk menunaikan ibadah shalat lima waktu dan tempat ini pula oleh para pemulung warga Bantargebang digunakan untuk menimba ilmu agama.2

B. Tujuan Berdirinya Majelis Taklim Al Barkah

Majelis Taklim Al Barkah didirikan dengan tujuan berbuat sesuatu demi orang lain yaitu :

1. Meningkatkan keimanan dan ketakwaan masyarakat kepada Allah SWT; 2. Masyarakat menjadi tahu tentang perkembangan agama Islam;

3. Terciptanya kerukunan antar warga3;

4. Masyarakat dapat mencari ilmu pengetahuan di Majelis Taklim Al-Barkah;

1

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi,

Bekasi, Senin 8 Maret 2010.

2

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi,

Bekasi, Senin 8 Maret 2010.

3

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi,


(58)

5. Membekali Pemulung dengan pengetahuan umum dan agama sehingga dapat diharapkan dan digunakan kepentingan dunia dan akhirat dalam hidup mereka menjadi serasi dan seimbang;

6. Mempererat silatuhrahmi.

Dengan terbentuknya rumusan tujuan-tujuan di atas, Majelis Taklim Al-Barkah berharap di dalam Perjalanannya (memberi pengajaran-pengajaran agama kepada masyarakat) menjadi yakin, mantap dan terarah.

Hal ini sejalan dengan hadist Nabi Muhammad SAW yang artinya : "Barangsiapa yang menghendaki dunia maka ia harus menguasai ilmunya, dan barangsiapa yang menghendaki akhirat maka ia harus menguasai ilmunya dan barangsiapa yang menghendaki keduanya, maka harus pula menguasai ilmu-ilmunya.”

C. Struktur Organisasi Majelis Taklim Al-Barkah

Suatu Organisasi seperti Majelis Taklim Al-Barkah tidak akan berjalan dengan baik, tanpa adanya orang-orang yang mengurusi ataupun bertanggung jawab di majelis taklim tersebut, maka harus dibuat suatu struktur kepengurusan atau struktur organisasi.

Soetmina mengatakan bahwa “Struktur organisasi adalah suatu kerangka yang menunjukkan semua tugas kerja untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi tersebut serta wewenang dan


(59)

tanggung jawab setiap anggota organisasi yang melakukan tiap-tiap tugas kerja tersebut.”4

Berangkat dari tulisan di atas, maka dapat dipahami bahwa struktur organisasi dapat dilakukan sebagai kerangka kerjasama di mana orang-orang akan bertindak, menyusun tenaga kerja dan tugas-tugas serta menyusun bagian-bagian sedemikian rupa dengan penuh rasa tanggung jawab, sehingga dalam sistem organisasi terwujud apa yang dicita-citakan.

Yang dimaksud dengan kerangka yaitu ruang lingkup, jalur koordinasi, kegiatan dan fungsi-fungsi yang dijalankan oleh masing-masing bagian yang ada dalam struktur organisasi yang bersangkutan. Untuk mencapai misi yang diemban oleh pengurus Majelis Taklim Al-Barkah, seperti yang dituturkan oleh ketua pengajian yaitu Bapak KH. Nasir Thabroni, maka disusunlah sebuah struktur organisasi sebagai berikut :

1. Ketua Majelis Taklim

Jabatan ini dipegang oleh KH. Nasir Thabroni. Pada umumnya tugas seorang ketua atau pemimpin sama halnya Majelis Taklim Al-Barkah adalah mengusahakan agar yang dipimpinnya dapat merealisasikan tujuannya dengan sebaik-baiknya dalam kerjasama yang produktif. Seorang Ketua Majelis Taklim harus bisa mengintegrasikan pandangan-pandangan anggota kelompok majelis taklim, baik mengenai situasi di dalam maupun di luar kelompok yang bersangkutan. Selain itu, harus bisa mengawasi tingkah laku anggotanya berdasarkan rumusan bersama yang

4

Soetmina, Perpustakaan, Kepustakaan dan Pustakawan, (Yogyakarta :


(60)

telah ia rumuskan itu dan harus menyadari dan merasakan kebutuhan-kebutuhan, keinginan-keinginan dan cita-cita anggota serta mewakilinya ke dalam maupun ke luar anggotanya.

2. Wakil Ketua

Jabatan Wakil Ketua ini dipegang oleh Ibu Hj. Maryam Umroh. Tugas seorang wakil ketua adalah bertanggung jawab membantu apa yang menjadi tugas dari ketua majelis taklim. Jabatan ini sama beratnya dengan jabatan ketua majlis taklim, karena di sini juga diperlukan tenaga ekstra dalam membantu apa yang diperintahkan oleh seorang ketua serta menjadi penyalur aspirasi dari anggota kepada ketuanya.

3. Sekretaris

Jabatan Sekretaris ini dipegang oleh ibu Euis Fatimah. Sekretaris bertugas mencatat siapa saja yang menabung, mencatat siapa saja yang menyumbang untuk anak yatim dan sebagainya. Jabatan ini diperlukan suatu ketelitian agar tidak terjadi kesalahan dalam pembukuannya dan catatannya.

4. Bendahara

Jabatan Bendahara ini dipegang oleh Ibu Hj. Aswasih. Ia bertugas memegang keuangan yang ada di Majelis Taklim A-Barkah. Sifat yang sangat jujur diperlukan dalam tugas ini, karena banyak orang yang terjerat dosa karena korupsi dengan ekonomi. Di sinilah saatnya ia berusaha keras untuk mengamalkan apa yang diajarkan oleh ustadz tentang amanah dan kejujuran.


(61)

Selain jabatan-jabatan di atas, dalam tugasnya mereka juga dibantu oleh seksi-seksi di antaranya sebagai berikut :

1. Seksi Dakwah

Jabatan Seksi Dakwah ini dipegang oleh Ibu Neneng Asti bertugas memimpin wiridan dan pembacaan Surah Yasin dan mencari guru pengajar atau ustadz/ustadzah dari luar. Maka dia juga harus membagi waktu antara ustadz/ustdzah yang akan mengajar agar tidak bentrok. Seorang Seksi Dakwah juga siap mengaji atau memimpin jalannya pengajian apabila sang Ustadz/Ustadzah tidak hadir.

2. Seksi Perlengkapan

Jabatan Seksi Perlengkapan ini dipegang oleh Ibu Fitria Husni Thamrin. Dalam hal ini ia bertugas melayani atau melengkapi segala kebutuhan di majelis taklim. Adapun hal-hal yang dilakukannya selama ini adalah membeli Al-Qur’an untuk majelis taklim, menyediakan minum untuk ibu-ibu pengajian dan masih banyak lagi.

3. Seksi Informasi

Jabatan Seksi Informasi ini dipegang oleh Ibu Neneng. Seksi informasi ini bertugas memberi informasi apapun tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan majelis taklim dan menyampaikan informasi dari luar, misalnya mengumumkan tentang adanya perayaan hari besar agama Islam, memberi informasi tentang undangan pengajian dari luar untuk para ibu-ibu pengajian dan lain-lain.5

5

KH. Nasir Thabroni, Ketua Majelis Taklim Al-Barkah, Wawancara Pribadi,


(62)

Jabatan–jabatan yang diberikan di atas bagi ibu-ibu bukan merupakan anugerah, akan tetapi jabatan tersebut merupakan beban tanggung jawab yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Mengenai tugas-tugasnya memang terasa berat, namun demi kelancaran jalannya majelis taklim dalam mengemban amanah amar ma’ruf nahi munkar, mereka harus tetap istiqomah dalam memegang amanah.

D. Program Jangka Pendek dan Program Jangka Panjang

Program adalah suatu deretan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan rencana kegiatan atau kebijakan (policies) dalam mencapai tujuan (objective). Suatu program menentukan kegiatan-kegiatan secara bertahap atau suatu rentetan kegiatan, yang menjadi tuntunan dalam pelaksanaan suatu kebijakan.

Adapun program jangka pendek dan program jangka panjang Majelis Taklim Al-Barkah yaitu :

1. Mengadakan perayaan hari-hari besar Islam; 2. Mengadakan tabungan;

3. Mengadakan pengajian mingguan; 4. Menyelenggarakan manasik haji; 5. Pengelolaan zakat;

6. Mengadakan shalat sunnah tasbih; 7. Meningkatkan sarana dan prasarana;

8. Membuat taman bermain sederhana untuk para jama’ah yang membawa anak kecil.


(63)

E. Hambatan dan Upaya Mengatasinya

Mulus, lancar dan sukses merupakan sesuatu yang sangat diharapkan setiap kali kita melakukan suatu kegiatan. Tetapi hambatan-hambatan dalam menggerakkan sesuatu itu tidak bisa dipungkiri. Artinya, setiap kegiatan yang dilakukan tidak selamanya berjalan seperti apa yang diharapkan, seperti peranan Majelis Taklim Al-Barkah dalam membina pengamalan ibadah pemulung di Bantargebang Bekasi.

Adapun yang menjadi faktor penghambat : 1. Adanya modernisasi dan perkembangan teknologi.

Menonton televisi, mendengarkan radio ataupun pergi ke mall walaupun hanya sekedar melihat-lihat saja, itu lebih menarik bagi sebagian pemulung daripada menghadiri pengajian di majelis taklim yang menurut mereka membosankan, mengantuk atau tidak asyik. Mereka lebih memilih sinetron-sinetron, kuis-kuis, acara musik ataupun gosip-gosip tentang artis daripada mendengarkan ceramah seorang ustadz ataupun berdzikir.

2. Adanya image bahwa pengajian itu kuno

Selain modernisasi dan perkembangan teknologi sebagai salah satu hambatan dalam perkembangan Majelis Taklim Al-Barkah, ada pula hambatan lain yaitu adanya pendapat atau kesan bagi sebagian masyarakat bahwa menghadiri pengajian itu adalah aktivitas jaman dahulu alias kuno. Menurut mereka, Pengajian sudah tidak pantas lagi berada pada jaman modern ini. Mereka merasa enggan atau malu jika harus menghadiri pengajian, memakai kerudung, memakai pakaian tertutup atau harus


(64)

berkumpul dalam satu wadah dengan ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua dari mereka atau lazim disebut nenek-nenek.

3. Kurangnya dukungan dari suami

Ada sebagian suami yang tidak atau kurang mendukung istri mereka untuk mengikuti pengajian, karena mereka mengganggap istri ditakdirkan hanya untuk menjaga atau mengurus rumah dan anak-anak. Mereka tidak mengijinkan istrinya untuk beraktivitas di luar rumah karena tidak dapat lagi mengurus rumah dan anak-anak.

4. Perbedaan pendapat karena perbedaan usia.

Seringkali dalam satu perencanaan kegiatan terdapat perbedaan pendapat atau keinginan dikarenakan perbedaan usia. Dalam merencanakan suatu kegiatan, para ibu muda biasanya memiliki pembaharuan dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Mereka ingin melaksanakan kegiatan dengan menambah unsur modernisasi tanpa meninggalkan tradisi, sementara ibu-ibu yang usianya jauh lebih tua tidak mau mencampur modernisasi, mereka tetap berpegang pada tradisi saja. 5. Faktor mencari nafkah

Tidak bisa menghadiri pengajian karena bersamaan waktunya dengan jam kerja sebagian pemulung yang terpaksa bekerja mencari nafkah untuk membantu suami ataupun karena sudah tidak memiliki suami sehingga pagi hari mereka harus berangkat bekerja dan tidak bisa menghadiri pengajian. Ada pula beberapa ibu yang memang berkarir sesuai profesinya masing-masing sesuai keinginan sendiri.


(65)

1. Membuat program kegiatan dengan memadukan unsur modern dan tradisional yang mengubah image bahwa pengajian membuat mengantuk, membosankan dan tidak menarik;

2. Menyelanggarakan pengajian pada komposisi waktu yang tepat, yaitu memulai pengajian tidak terlalu pagi dan berakhir tidak terlalu siang, sehingga cukup waktu bagi ibu-ibu untuk mengurus dan merapihkan rumah tangga mereka;

3. Lebih giat lagi berdakwah dan meyakinkan masyarakat untuk menyeimbangkan kehidupan duniawi dengan ukhrowi dan tidak lebih mementingkan kepentingan duniawi daripada kepentingan ukhrowi.

F. Profil Pemulung Di Bantargebang Bekasi

Kota Bekasi terkenal dengan kesemrawutan lalu lintas dan kemacetan yang terjadi setiap hari, juga padatnya lahan perumahan dan pertokoan. Bantargebang yang bermasalah sebagai TPA Sampah warga DKI Jakarta, padahal Bantargebang bisa dibilang menjadi urat nadi perekonomian kota. Kota Bekasi menjadi kota yang supersibuk, karena selain harus melayani warga dari daerah sendiri, juga dari wilayah-wilayah yang mengelilinginya seperti DKI Jakarta, Kabupaten Bogor, dan Kabupaten Bekasi.

Luas wilayah Kecamatan Bantargebang Bekasi adalah adalah 4.478.803 Ha yang terdiri dari lahan perumahan dan permukiman 1.640.899 Ha, lahan sawah seluas 1.206.036 Ha, pertanian darat 1.336.735 Ha, dan penggunaan lain-lain seluas 295.131 Ha. Dari delapan desa yang ada di tiga


(1)

Saya juga pengen shalat sunnat tasbih itu dilaksanakan

Seminggu sekali.

Hari /Tgl : Selasa 13 April 2010

Interview : Ibu kiki (28 Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah

Tempat : TPST Bantargebang Bekasi

Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya

Pengajian?

Jawaban : ketentraman hati kami dapatkan setelah mengikuti pengajian meskipun pun Hidup dilingkungan tebilang keras

Pe rta nya a n : Ap a ka h Ib u rutin me ng ikuti p e ng a jia n? Ja wa b a n : ya

Pertanyaan : Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?

Jawaban : kalo buat saya sendiri tujuan saya ngaji di Majelis Taklim

Al Barkah ini pengen ibadah saya lebih baik lagi .

Pertanyaan : Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai

Dengan keinginan ibu?

Jawaban : iya. Kalo tidak sesuai saya ga bakalan ngaji di Majelis


(2)

Taklim dalam membina Ibadah?

Jawaban : harapan saya ngikutin di Majelis Taklim Al Barkah ini

Bisa dapet nasehat dari guru-guru ngaji saya bisa lebih

Bagus buat nambah amal buat nanti di akhirat.

Pertanyaan : Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?

Jawaban : klo semua kegiatan di pengajian ini udah, emang rencana

Ketua pengajian Majelis Taklim klo saya tinggal ikutin aja.

Pertanyaan : Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis

Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup

Berhasil?

Jawaban : Al Hamdulilah selama saya ngikutin pengajian di Majelis

Taklim Al Barkah ini ibadah saya meningkat

Pertanyaan : Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?

Jawaban : Saran saya pengen klo waktu pengajiannya di tambah jadi


(3)

Hari : Rabu 13 April 2010

Interview : Ibu Camhay (28 Thn)

Tempat : TPST Bantargebang Bekasi

Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya

Pengajian?

Jawaban :

Pe rta nya a n : A p a ka h Ib u rutin m e ng ikuti p e ng a jia n?

Ja wa b a n : A lha m d ulila h, se la m a tid a k a d a ha la ng a n sa ya rutin m e ng ikuti p e ng a jia n d isini.

Pertanyaan : Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?

Jawaban : tujuannya tidak lain untuk menuntut ilmu dan juga menggugurkan kewajiban serta mengharap ridho allah

Pertanyaan : Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai

Dengan keinginan ibu?

Jawaban : melihat dari banyaknya kegiatan-kegiatan yang ada di majelis taklim ini sangat sesuai.


(4)

Jawaban : dengan adanya kegiatan-kegiatandi majelis taklim ini saya sangat berharap agar saya bisa menjadi orang yang bertaqwa dan menjadi lebih semangat lagi beribadah.

Pertanyaan : Apakah kegiatan tersebut merupakan keinginan ibu?

Jawaban : tidak semua keinginan saya,karena ada beberapa yang sudah ada dan dilaksanakan sebelum mengaji disini

Pertanyaan : Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis

Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup

Berhasil?

Jawaban : menurut saya pribadi berhasi, karena saya melihat para ibu-ibu jama’ah sangat antusias dalam mengikuti kegiatan ini.dan jumlah jama’ahnya sangat banyak dari hari-kehari

Pertanyaan : Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?

Jawaban : saran saya kegiatan majelis taklim ini harus dipertahankan jangan sampai ada yang hilang kalau perlu ditambah lagi, misalnya tadarus al qur’an atau mengkaji kitab-kitab gundul.


(5)

Hari /Tgl : Minggu 11April 2010

Interview : Ibu Titi( 46 Tahun )Salah Satu guru di Majelis Taklim Al Barkah

Tempat : TPST Bantargebang Bekasi

Pertanyaan : Apa perbedaan yang Ibu rasakan setelah adanya

Pengajian?

Jawaban :

Pe rta nya a n : Ap a ka h Ib u rutin me ng ikuti p e ng a jia n? Ja wa b a n : ka d a ng -ka d a ng

Pertanyaan : Apa tujuan ibu mengikuti pengajian ?

Ja wa b a n : untuk m e na m b a h p e ng e ta hua n a g a m a d a n m e ng isi wa ktu lua ng d e ng a n m e ng ikuti p e ng a jia n ini se hing g a tid a k te rb ua ng sia - sia

Pertanyaan : Menurut ibu, apakah kegiatan Majelis Taklim disini sesuai

Dengan keinginan ibu?

Jawaban :alhamdulilah sesuai


(6)

kewajiban kita kepada allah yang harus dijalankan sehingga kita perlu memperdalam ilmunya.

Pertanyaan : Apakah kegiatan yang selama ini di lakukan oleh Majelis

Taklim dalam rangka membina ibadah telah cukup

Berhasil?

Jawaban : bila saya lihat jama’ahnya yang semakin hari semakin banyak sih saya rasa cukup berhasil.

Pertanyaan : Apa saran dari ibu terhadap kegiatan ini?

Jawaban : menurut saya ,kegiatan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan ibadah adalah ceramah, agama dan bimbingan shalat, karena melalui ceramah agama para jama’ah diberi ilmu-ilmu mengenai bagaimana tata cara ibadahdan lain lain. Kemudian setelah diberi teori-teorinya perlu diadakan bimbingan shalatnya sehingga para jama’ahnya tidak hanya bisa teori tetapi juga mampu mempraktekkannya dengan benar sesuai syariat islam.