Kehidupan Penduduk Jatinegara di Bidang Kesehatan
37 dalam mencari barang-barang pulungan guna menambah pendapatan mereka, agar
dapat terpenuhi semua kebutuhan keluarganya sehari-hari. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibu NT:
“Sekarang ini kan sering hujan, jadi pendapatan berkurang. Kalo saya gak nyari, gimana buat makan besok. Kalo ngandelin bapake itu gak cukup
untuk keperluan semuanya. Kalo dia dapet hasil banyak, kalo gak gimana. Anak segini kan suka minta jajan mulu. Entar kalo gak dikasih gimana,
nangis terus. Tapi kan sekarang lagi musim hujan dan anake juga lagi gak enak badan Ibu NT, 23 tahun, 15 Juni 2013.
” Sebagian besar para pemulung dalam kedua lapak tersebut memiliki
pendidikan yang rendah ataupun tidak merasakan sekolah sama sekali tidak sekolah.
Berdasarkan wawancara di lapangan menunjukkan bahwa para anggota
pemulung di kedua kelompok lapak tersebut menunjukkan bahwa para pemulung tersebut berpenampilan kumuh dan kotor, sewaktu mereka mencari barang-barang
bekas. Dengan beban gerobak yang mereka tarik dari tempat satu ketempat yang lain, bau busuk dari sampah serta sifat buruk seperti mengutil yang kadang kala
dilakukan oleh beberapa pemulung mengakibatkan mereka banyak dicaci dan dipandang negatif oleh sebagian masyarakat sekitar. Sebagaimana yang dituturkan
oleh Ibu TU salah satu anggota kelompok lapak II: “….Senang gak senanglah kerja begini, yang penting halal buat makan.
Nista dan hina sering banget didapatin, malah pernah jadi sasaran maling, karena ada warga yang kehilangan barang-barang yang ada di luar rumah
mereka. Wawancara Pribadi dengan Ibu TU, 48 Tahun, 28 Agustus 2013
.” Berikut tabel di bawah ini akan menguraikan karakteristik pemulung
berdasarkan Usia, Status Perkawinan, Jumlah Anak, lama bermukim, baik yang berada di lapak tersebut maupun di gubuknya masing-masing dan pendidikan
yang mereka miliki, sebagaimana yang terlihat pada tabel di bawah ini:
38
Tabel II.C.1 Karakteristik Pemulung Berdasarkan Usia, Status Perkawinan,
Jumlah Anak, Lama Bermukim, Baik Yang Tinggal Di Lapak Maupun Di Gubuknya Masing-masing dan Pendidikannya
No. Informan
Usia Status
Perkawi nan
Jumlah Anak Lama
Bermukim Pendidikan
I Kelompok
I Ketua Kelompok Lapak I dan Pemilik lahan lapak Ibu WT, Istri Pak KS
1 Pak KS
31 Tahun
Menikah 1 SD
6 Tahun SD
2 Pak WN
adik Pak KS
35 Tahun
Menikah 1 SMP Kelas VII
10Tahun SMP
3 Ibu MR
48 Tahun
Janda meningg
al 5 3 Perempuan, 1
laki-laki dan sisanya sudah pada pindah
tidak tinggal disitu. 5Tahun
Tidak sekolah
4 Pak SN
49 Tahun
Bercerai 2 20Tahun dan 15
Tahun 1Tahun
SD 5
Ibu NT 23
Tahun Menikah
1 20 Tahun 5Tahun
SD 6
Ibu KP 25
Tahun Menikah
1 1 Tahun 2Tahun
SMP 7
Ibu ID anak ke
3Ibu MR 27
Tahun Janda
di tinggal
nikah 2 1 dan 7 Tahun
5Tahun SD
II Kelompok
II Ketua Kelompok Lapak II Sekaligus Penyewa Lahan Lapak Ibu HW, Istri
Pak AN 1.
Pak AN Bos
43 Tahun
Menikah SMP
10Tahun SMP
2. Ibu IT
20 Tahun
Menikah Belum punya anak
3Tahun Tidak Lulus
SD 3.
Ibu DS 35Tah
un Menikah
2 9 Bulan dan 4 Tahun
12Tahun Tidak
sekolah 4.
Ibu TU 48
Tahun Menikah
3 salah satu anaknya kerja
sebagai pemulung dan tinggal
bersamanya 3Tahun
Tidak sekolah
5. Pak TA
28 tahun
Belum menikah
- 2Tahun
SMP 6.
Pak AB 35
tahun Menikah
2 1 Tahun dan 6 Tahun
9Tahun SD
Sumber: Wawancara langsung dengan ketua kelompok lapak I dan II
39
TABEL II.C.2 Nama-nama Informan Kelompok lapak I beserta Keterangan
No Nama-nama
Informan Keterangan
1. Pak KS
Suami ketua kelompok lapak I, tinggal di lapak. 2.
Pak WN Adik suaminya ketua kelompok lapak I, tinggal di lapak.
3. Ibu MR
Orang tuanya Istri dari kakak suaminya ketua kelompok lapak I, tinggal di lapak.
4. Pak SN
Tinggal di lapak. 5.
Ibu NT Tinggal di lapak.
6. Ibu KP
Istri dari sepupunya ketua kelompok lapak I, tinggal di lapak. 7.
Ibu ID Adik perempuannya Istri dari kakak suaminya ketua kelompok lapak
I, tinggal di lapak. Sumber Wawancara Pribadi dengan suami ketua kelompok lapak I Pak KS, 01 Maret 2013
TABEL II.C.3 Nama-nama Informan Kelompok Lapak II beserta Keterangan
No. Nama
Keterangan
1. Pak AN
Suami ketua kelompok lapak II, tinggal di lapak 2.
Ibu IT Keponakan dari suami ketua kelompok lapak II, tinggal di
lapak 3.
Pak AB Kerja di lapak II, tinggal di gubuknya sendiri
4. Ibu TU
Kerja di lapak II, tinggal di gubuknya sendiri 5.
Pak TA Sepupu dari suami ketua kelompok lapak II
6. Ibu DS
Kerja di lapak II, tinggal di gubuknya sendiri
Sumber: Wawancara Pribadi dengan suami ketua kelompok lapak II Ibu Wat, Istri Pak KS, 03 Maret 2013
Lapak kelompok pemulung yang pertama ini berada di belakang pasar Pulo Jahe. Kelompok tersebut berukuran 16 m², berbentuk persegi. Di dalam
lapak kelompok pemulung yang pertama ini terdapat sepuluh gubuk, satu gubuk yang berada khusus buat bujangan, dua gubuk yang berada di bagian kanan, satu
gubuk yang berada di kiri, tujuh gubuk yang berada sejajar dan suatu ruangan yang kecil hanya bertutupan seng untuk kamar mandi dan di belakang lapak ini
masih ada kebun kosong yang mereka buat untuk WC umum. Masing-masing gubuk tersebut terkadang di dalamnya berisi 2-3 keluarga. Jumlah penghuni lapak
ini berjumlah 15 – 20 keluarga. Hanya 1 keluarga saja yang tinggal dan bekerja
sebagai pengamen, 12 orang telah bekeluarga dan sisanya 2 orang bujangan
40 belum bekeluarga yang tinggal sekaligus bekerja di lapak tersebut dan di lapak
ini setiap anggota pemulung yang mencari barang-barang bekas diberikan masing- masing gerobak, satu alat pencungkil ganco dan 3 karung bekas untuk
menempati hasil dari mereka mulung oleh ketua lapak pertama ini. Lapak kelompok pemulung pertama ini dibangun sejak 2008. Lahan lapak pertama ini
sebelumnya adalah lahan kosong kepunyaan warga penduduk Jakarta yang tinggal di Penggilingan, namun saat ini keluarga pemilik lahan tersebut sudah pindah di
daerah Bogor. Ketua lapak kelompok pertama itu mendapatkan informasi dari orang satu kampung mengenai lahan ini ingin di jual cepat karena kebutuhan
mendesak dari keluarga pemilik lahan tersebut. Menurut penuturan yang dikemukakan ketua kelompok pertama ini Ibu
Wat, Istri Pak KS ia membeli lahan tanpa surat seharga 100.000.000,- secara kredit. Dia telah membayar uang muka 15.000.000,-. Namun dia diperbolehkan
membayar angsurannya 5.000.000tahun selama 20 tahun. Angsuran pertama ia bayar dari uang hasil jual warisan tanah di kampung kepunyaan Istrinya dan uang
pinjaman dari Kakak dari Istrinya Ibu Watiah, Istri Pak KS. Sementara Lapak kelompok pemulung yang kedua ini berada di Rawa
Badung, samping SDN Jatinegara, Cakung. Kelompok ini berukuran 20m² yang berbentuk persegi panjang, kanan dan kiri dibangun gubuk-gubuk kecil, di tengah-
tengah gubuk tersebut dikasih jalan untuk umum, di pinggir kiri lapak tersebut terdapat sawah kepunyaan orang lain dan di pinggir kanannya terdapat kali yang
cukup besar secara kontrak. Di lapak tersebut terdapat 10 gubuk, terdiri dari 6 gubuk di bawah, 1 gubuk diatas dan 3 gubuk punya pemilik yang hanya bekerja
atau menimbang barang pulungannya di lapak itu. Jumlah penghuni di lapak II ini baik yang tinggal sekaligus kerja di lapak tersebut maupun yang hanya kerja
41 menjual atau menimbang barang-barang hasil pulungannya ke lapak tersebut
berjumlah 20 – 25 keluarga. 1 orang bujangan, 3 orang duda berusia tua, 13 orang
telah bekeluarga yang tinggal sekaligus kerja di lapak tersebut serta 3 keluarga yang hanya bekerja saja di lapak tersebut. Kadang di dalam gubuk-gubuk tersebut
terdapat 2 – 3 keluarga. Di lapak kelompok pemulung yang kedua ini hanya
diberikan alat pencungkil sampah ganco dan karung-karung bekas. Lapak kelompok pemulung kedua ini dibangun sejak 2003. Lahan lapak kedua ini
sebelumnya adalah kontrak dari warga asli Jakarta yang tinggal di Penggilingan, namun saat ini keluarga pemilik lahan sekaligus pemilik lahan lapak di kelompok
pertama tersebut sudah pindah di daerah Bogor. Namun, sayangnya dia tidak memiliki modal banyak untuk membeli lahan tersebut. Akhirnya pada saat
keluarga Pak KS membeli lahan tersebut lahan lapak kelompok pertama dan kedua, ia akhirnya membayar uang sewa ke Pak KS. Sebelum lahan tersebut
dibeli oleh Pak KS, ia bayar sewaan lahan tersebut seharga 50.000, namun saat lahan tersebut sudah dibeli Pak KS, mengalami kenaikkan harga sewaan lahan
menjadi Rp100.000,-bulan. Namun, saat ini seiring dengan harga-harga kebutuhan pokok yang melunjak, harga sewaan tersebut juga mengalami
kelunjakan sampai Rp200.000,- bulan. Sebagian besar keluarga yang diwawancarai adalah keluarga yang sudah
menetap di Jatinegara selama bertahun-tahun, pindahan dari suatu tempat maupun dari kampung. Baik itu angota pemulung yang tinggal dilapak itu dan bekerja
disitu, tinggal dilapak tersebut namun tidak bekerja di lapak tersebut maupun anggota pemulung yang tidak tinggal disitu namun bekerja di lapak tersebut.
Selain itu dalam satu keluarga pemulung yang tinggal di lapak tersebut tidak semua bekerja namun hanya beberapa saja. Salah satu kekhasan lapak-lapak
42 kedua ini adalah menerima barang-barang bekas dari warga sekitar lapak tersebut
dan sebagian besar bagi para istri di kedua lapak ini juga ikut memulung untuk membantu ekonomi keluarganya maupun ikut membantu menyortir hasil barang
pulungan suaminya dan bagi para istri yang tidak memiliki suami janda mereka ikut membantu menyortir barang pulungan hasil dari ibu mereka.
Dengan kata lain pemulung dapat diartikan sebagai orang yang bekerja mengumpulkan barang-barang bekas yang sudah tidak layak lagi terpakai dengan
membawa peralatan, seperti: Ganco, karung maupun gerobak sampah. Setelah itu para pemulung tersebut menjualnya ke bos mereka masing-masing. Sebagaimana
yang dituturkan oleh Ibu MT Istri Pak WN: “Setelah dapat hasil mulungnya, saya lapor ke WT, lalu dikasih surat
penanda karung saya, terus sorenya ditimbang dan langsung dibayar mba. Kalo gak dibayar, makannya besok apa Wawancara Pribadi dengan Ibu
Mastari, Istri Pak WN, 32 tahun, 13Juni 2013.
”
Tabel II.C.4
Perbandingan Harga Hasil Barang Pulungan Antara Kelompok Pemilik Lahan dengan Penyewa Lahan Kelompok lapak I dengan Kelompok Lapak II
No. Jenis barang pulungan
Harga perkilo Rp Lapak Ibu WT
Lapak Ibu HW
1 Kardus bekas
1.300 1.000
2 Kertas putih
2.000 1.000
3 Koran
1.500 1.000
4 Majalah
1.000 1.000
5 Bekas gelas air Aqua
7.500 7.000
6 Bekas gelas air warna
5.000 3.000
7 Bekas botol air mineral
2.000 3.000
8 Tutup botol air mineral
3.000 -
9 Plastik yang bunyi
500 1.500
10 Plastik yang tidak bunyi
1.000 1.000
11 Bekas botol kecap
300 500
12 Bekas botol bir
500 1.000
13 Kaleng
1.200 1.500
14 Besi, tembaga, aluminium
2.500 2.500
Sumber: Wawancara langsung dari Masing-masing Ketua Kelompok Lapak I dan II
43 Perbedaan harga-harga barang pulungan pada setiap lapak tersebut hanya
berkisar selisih antara sekitar 500 atau 1.000 perkilonya. Segi pembayaran upah dalam lapak pemilik lahan sekaligus ketua kelompok lapak I Ibu WT dan
penyewa lahan sekaligus ketua kelompok lapak II Ibu HW. Pembayaran upah di lapak Ibu WT Istri Pak KS ini diadakan di sore hari setelah mereka pulang dari
mencari pulungan, lalu dipilah-pilah barang pulungannya, ditimbang baik dalam keadaan masih kotor belum disortir maupun keadaan bersih sudah disortir, dan
mendapatkan bayaran upah. Sedangkan pembayaran upah di lapak Ibu HW ini dilakukan kapan saja, baik di pagi, sore maupun malam hari. Yang penting barang
hasil pulungan yang telah ia pilah-pilah itu disortir juga. Seperti wawancara diatas yang telah diungkapkan oleh Ibu MT Hal.42.