Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.
Sedangkan menurut Daili 2007, selain disebabkan oleh agen-agen di atas, infeksi menular seksual juga dapat disebabkan oleh jamur, yakni jamur
Candida albicans.
2.1.3. Cara Penularan Infeksi Menular Seksual
Cara penularan infeksi menular seksual Karang Taruna, 2001, sesuai dengan sebutannya, terutama melalui hubungan seksual yang tidak terlindungi,
baik pervaginal, anal, maupun oral. Cara penularan lainnya adalah:
a. Perinatal, yakni dari ibu ke bayinya, baik selama kehamilan, saat
kelahiran ataupun setelah lahir.
b. Melalui transfusi darah atau kontak langsung dengan cairan darah atau
produk darah.
Menurut Depkes RI 2006, penularan infeksi menular seksual dapat melalui beberapa cara, yakni bisa melalui hubungan seksual, berkaitan dengan
prosedur medis iatrogenik, dan bisa juga berasal dari infeksi endogen. Infeksi endogen adalah infeksi yang berasal dari pertumbuhan organisme yang berlebihan
yang secara normal hidup di vagina dan juga ditularkan melalui hubungan seksual. Sedangkan infeksi menular seksual akibat iatrogenik disebabkan oleh
prosedur-prosedur medis seperti pemasangan IUD Intra Uterine Device, aborsi
dan atau proses kelahiran bayi.
Infeksi menular seksual tidak ditularkan bila seseorang duduk di samping orang yang terinfeksi, penggunaan kamar mandi umum, kolam renang umum,
bersalaman, bersin-bersin dan keringat Dinkes Surabaya, 2009.
2.1.4. Manifestasi Klinis dan Diagnosa Infeksi Menular Seksual
Terkadang infeksi menular seksual tidak memberikan gejala, baik pada pria maupun pada wanita. Beberapa infeksi menular seksual baru menunjukkan
gejalanya berminggu-minggu, berbulan-bulan, maupun bertahun-tahun setelah terinfeksi Lestari, 2008. Mayoritas infeksi menular seksual tidak memberikan
gejala asimptomtik pada perempuan 60-70 dari infeksi gonore dan klamidia.
Linda Chiuman : Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja SMA Wiyata Dharma Medan Terhadap Infeksi Menular Seksual, 2009.
Pada perempuan, konsekuensi infeksi menular seksual sangat serius dan kadang- kadang bersifat fatal misalnya kanker serviks, kehamilan ektopik dan sepsis.
Konsekuensi juga terjadi pada bayi yang dikandung jika perempuan terinfeksi
pada saat hamil bayi lahir mati, kebutaan Kesrepro, 2007.
Gejala infeksi menular seksual bisa berupa gatal dan adanya sekret di sekitar alat kelamin, bejolan atau lecet di sekitar alat kelamin, bengkak di sekitar
alat kelamin, buang air kecil yang lebih sering dari biasanya, demam, lemah, kulit menguning dan rasa nyeri sekujur tubuh, kehilangan berat badan, diare, keringat
malam, pada wanita bisa keluar darah di luar masa menstruasi, rasa panas seperti terbakar atau sakit saat buang air kecil, kemerahan di sekitar alat kelamin, rasa
sakit di bawah perut pada wanita di luar masa menstruasi, dan bercak darah setelah berhubungan seksual Lestari, 2008; Murtiastutik, 2008. Menurut
American Academy of Family Physician 2007, selain gejala-gejala diatas, juga dijumpai gejala berupa sakit tenggorokan pada orang yang melakukan hubungan
seks secara oro-genital dan sakit di sekitar anus pada orang yang melakukan
hubungan seks ano-genital.
Diagnosa infeksi menular seksual dilakukan melalui proses anamnesa, diikuti pemeriksaan fisik dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
laboratorium Daili, 2007; Murtiastutik, 2008. Untuk menegakkan diagnosa infeksi menular seksual, diperlukan anamnesa yang akurat mengenai riwayat
sosial dan seksual seseorang, termasuk faktor-faktor yang mempengaruhi seksualitas, seperti penyalahgunaan obat-obatan Handsfield, 2001.
2.1.5. Komplikasi Infeksi Menular Seksual