BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman tembakau yang ditanam PTPN II Sampali terkenal dengan nama tembakau Deli yang memiliki kualitas, rasa dan aroma khas yang sudah terkenal dan bahkan
terbaik di dunia. Tembakau jenis ini ditanam dan dihasilkan dari areal perkebunan PTPN II yang terletak di wilayah Kabupaten Deli Serdang, yaitu Kebun Kwala
Bingei, Tandem, Tandem Hilir, Bulu Cina, Klumpang, Klambir Lima, Helvetia, Sampali, Bandar Klippa, Saentis, dan Batang Kwis http:www.bpk.go.iddocpdf.
PT. Perkebunan Nusantara PTPN II Sampali dalam menjalankan usahanya lebih memfokuskan menanam 2 jenis tanaman perkebunan secara bergiliran dengan
sistem rotasi, yaitu tanaman tembakau Nicotiana tabaccum L. dan tebu Saccharum officinarum L. ditanam pada areal seluas ± 2500 ha yang terdiri atas 2 afdeling,
masing-masing afdeling terdiri dari 2 kongsi, dimana dalam 1 kongsi terdiri dari 25-30 ladang dengan luas satu ladang sekitar 0,8 ha PTPN II, 2008.
Sistem rotasi yang dilakukan PTPN II antara tanaman tembakau dan tebu, disebabkan karena tanaman tembakau untuk mendapatkan kualitas yang baik hanya
bisa ditanam dalam waktu 1 kali dalam 5 tahun, karena kebutuhannya akan unsur hara sangat besar, padahal usia tanaman mulai dari pembibitan sampai panen hanya ± 100
hari. Setelah tanaman tembakau panen, lahan dibersihkan kemudian ditanam dengan tanaman tebu selama 3 tahun. Pada tahun keempat lahan bekas tebu dibersihkan
kembali dan ditanami dengan tanaman Mimosa sp, hal ini bertujuan untuk menekan pertumbuhan bakteri penyakit layu pada tanaman tembakau, kemudian awal tahun
kelima lahan dibersihkan kembali PTPN II, 2008. Pengolahan lahan yang dilakukan ini akan berpengaruh terhadap keberadaan fauna tanah, diantaranya makrofauna tanah.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wallwork, 1970 fauna tanah dalam melakukan aktivitas hidupnya sangat ditentukan oleh faktor-faktor lingkungan, baik faktor abiotik maupun biotik
dimana dia berada hidup, seperti kondisi-kondisi fisik, kimia, biotis, dan ketersediaan makanannya, serta cara pengelolaan tanah yang secara umum dapat
mempengaruhi populasi fauna tanah, baik kahadiran, penyebaran, kelimpahan maupun keanekaragaman spesiesnya. Perbedaan pengelolaan dan penggunaan lahan akan
mempengaruhi populasi dan komposisi makrofauna tanah. Pengolahan tanah secara intensif, pemupukan dan penanaman secara monokultur pada sistem pertanian
konvensional dapat menyebabkan terjadinya penurunan secara nyata biodiversitas makrofauna tanah Crossley et al., 1992; Paoletti et al., 1992; Pankhurst, 1994 dalam
Maftu’ah et al 2005. Selanjutnya dijelaskan bahwa keberadaan fauna tanah pada suatu areal dapat digunakan sebagai bioindikator tentang kualitas tanah secara biologi.
Fauna tanah memegang peranan penting dalam ekosistem tanah, karena proses dekomposisi material organik dalam tanah ikut ditentukan oleh adanya makrofauna
tanah di habitat tersebut sehingga bermanfaat bagi kesuburan tanah Buckman Brady, 1982. Makrofauna tanah sangat besar peranannya dalam proses dekomposisi,
aliran karbon, redistribusi unsur hara, siklus unsur hara, bioturbasi dan pembentukan struktur tanah Anderson, 1994.
Pada saat ini, informasi mengenai komposisi komunitas fauna tanah khususnya makrofauna tanah yang terdapat di Perkebunan Tembakau PTPN II Sampali Deli
belum ada, sehingga perlu diketahui seberapa besar faktor lingkungan mempengaruhi keberadaan dan jenis makrofauna tanah serta pengaruhnya terhadap tanah di
Perkebunan Tembakau PTPN II Sampali Deli ini. Sehubungan dengan uraian-uraian tersebut, maka dilakukanlah penelitian tentang “Komposisi Komunitas Makrofauna
Tanah untuk Memantau Kualitas Tanah Secara Biologis pada Areal PTPN II Kecamatan Percut Sei Tuan”.
Universitas Sumatera Utara
1.2 Permasalahan