Dimana : T = Volume titrasi FeNH
4 2
SO
4 2
S = Volume titrasi FeNH 0,5 N dengan tanah
4 2
SO
4 2
0,003 = 1 ml K 0,5 N blanko tanpa tanah
2
Cr
2
O
7
0,1 N + H
2
SO
4
10,77 = metode ini hanya 77 C. Organik yang dapat dioksidasi mampu mengoksidasi 0,003 gram C. Organik
BCT = Berat Contoh Tanah.
Muklis, 2007
3.7 Analisis Data
Jenis makrofauna tanah dan jumlah individu masing-masing jenis yang didapatkan dihitung nilai: Kepadatan Populasi, Kepadatan Relatif, Frekuensi
Kehadiran konstansi, Distribusi dengan tujuan agar diketahui keberadaan jenis dan komposisi komunitas makrofauna tanah dengan menggunakan rumus menurut
Wallwork 1976 dan Krebs 1985 sebagai berikut :
a. Kepadatan populasi
Jml. individu suatu jenis =
Jml. unit sampel
b. Kepadatan Relatif KR
Kepadatan suatu jenis =
X 100 Jml. kepadatan semua jenis
c. Frekuensi Kehadiran FK
Jml. plot sampel yang ditempati suatu jenis =
X 100 Jml. total unit sampel
keterangan :
Universitas Sumatera Utara
0-25 = frekuensi kehadiran sangat jarang 25-50 = frekuensi kehadiran jarang
50-75 = frekuensi kehadiran sering 75
= frekuensi kehadiran sangat sering Suin,1998
d. Komposisi Komunitas
Komposisi komunitas ditentukan dengan cara mengurutkan nilai kepadatan relatif tertinggi hingga yang terendah.
e. Indikator Biotik
Indikator biotik ditentukan terhadap makrofauna tanah yang memiliki nilai KR 10 dan FK 25 yang menunjukkan bahwa makrofauna tanah ini karakteristik
didapat di areal tersebut, karena dapat hidup dan berkembangbiak dengan baik Suin, 2002.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada areal PTPN II Sampali Kecamatan Percut Sei Tuan di dapatkan 18 genus makrofauna tanah yang termasuk ke dalam 5
kelas, 12 ordo, dan 15 famili, seperti yang terlihat pada Tabel 4.1 dibawah ini : Tabel 4.1 Makrofauna Tanah yang Ditemukan pada Tiga Lokasi Penelitian
Kelas Ordo
Family Genus
Nama Daerah Lokasi
I II
III
1. Annelida Oligochaeta
Megascolecidae Pheretima
Cacing tanah -
+ +
Megascolex Cacing tanah
+ +
+ Moniligastriae
Drawida Cacing tanah
- +
+ Glossoscolecidae
Pontoscolex Cacing tanah
+ +
+ 2. Chilopoda
Geophilomorpha Geophilidae
Geophilus Lipan
+ +
+ Scolopendromorpha
Scolopenridae Scolopendra
Lipan -
- +
3. Diplopoda Julida
Julidae Julus
Kaki seribu -
- +
4. Gastropoda Pulmonata
Helicidae Helix
Keong tanah +
- +
Neotaenioglossa Pomatiopsidae
Pomatiopsis Keong tanah
+ -
- Stylommatophora
Helicodiscidae Helicodiscus
Keong tanah -
- +
5. Insekta Blattaria
Blattellidae Parcoblatta
Kecuak kayu +
+ +
Coleoptera Carabidae
Philopaga Kumbang tanah
+ -
+ Dermaptera
Forficulidae Forficula
Cocopet +
- +
Hymenoptera Formicidae
Irydomyrmex Semut hitam
+ +
+ Orthoptera
Gryllidae Gryllus 1.
Cengkrik lapangan +
+ +
Gryllus 2. Cengkrik lapangan
+ +
+ Gryllus 3.
Cengkrik lapangan +
+ +
Gryllotalpidae Gryllotalpa
Anjing tanah +
- -
Jumlah 13
10 16
Keterangan: Lokasi I = lahan ditanam tembakau; lokasi II = lahan ditanam tebu; lokasi III = lahan semak; + = ditemukan; - = tidak ditemukan.
Pada Tabel 4.1 dapat dilihat bahwa makrofauna tanah yang paling banyak
didapatkan adalah pada lokasi III areal semak, yaitu sebanyak 16 genus, kemudian diikuti pada lokasi I areal kebun tembakau, yaitu sebanyak 13 genus dan pada lokasi
II areal kebun tebu didapatkan sebanyak 10 genus. Banyaknya jumlah genus yang
Universitas Sumatera Utara
ditemukan pada Lokasi III disebabkan karena pada lokasi ini memiliki lebih beragamnya jenis vegetasi dasar sebagai habitat dalam melangsungkan dan memenuhi
berbagai kebutuhan hidupnya. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan John et al., 2001 bahwa jenis makrofauna tanah pada umumnya lebih banyak didapatkan pada
arel semak, bila dibandingkan areal perladangan dan perkebunan yang terdapat disekitarnya. Selanjutnya Suin, 1982 menyatakan bahwa pada tanah yang vegetasi
dasarnya rapat, fauna tanah akan banyak ditemukan, karena fisik tanah lebih baik dan sumber makanan yang banyak.
4.2 Kepadatan individum