Dari Tabel 4.2 terlihat nilai kepadatan total jenis tertinggi didapatkan pada
lokasi II dengan nilai 248,84 individum
2
, kemudian diikuti kepadatan total jenis pada lokasi I yaitu 123,54 individum
2
dan selanjutnya diikuti kepadatan total jenis pada lokasi III dengan nilai 122,24 individum
2
. Tingginya nilai total kepadatan individu makrofaua tanah yang terdapat pada lokasi II, walaupun dengan jumlah jenis paling
sedikit 10 genus disebabkan adanya jenis genus makrofauna yang mendominasi, yaitu yang memiliki jumlah individu lebih banyak bila dibandingkan dengan yang
terdapat pada lokasi I dan 3, seperti dari genus Irydomyrmex 126,80 individum
2
, Parcoblatta 26,54 individum
2
, dan Gryllus 1 72,98 individum
2
. Adanya jenis yang mendominasi disebabkan kondisi lingkungan, baik faktor fisik-kimia lingkungan
Tabel 4.3, maupun ketersediaan bahan makanan berupa sisa-sisa bongkol-bongko l
tebu yang mengandung glukosa dapat mendukung kehidupan dan
perkembangbiakannya dengan baik.
Jumar 2000, hlm: 92 menyatakan bahwa faktor fisik seperti suhu, kelembaban, pH, dan kadar air yang sesuai dapat mendukung keberadaan dan
populasi serangga pada suatu areal. Selanjutnya Adianto, 1993 menyatakan bahwa Irydomyrmex termasuk serangga tanah yang bersifat omnivora yaitu pemakan daging
hewan-hewan lain yang telah mati, makan jamur, makan tanam-tanaman yang mati atau hidup, dan makan cairan tumbuh-tumbuhan yang mengandung glukosa. Menurut
Borror et al. 1992, Hlm: 914 serangga dari famili Formicidae sebagian besar bersifat karnivora, yaitu makan daging hewan-hewan lain, baik yang masih hidup atau yang
telah mati, dan beberapa jenis diantaranya ada yang memakan tanaman, jamur dan cairan tumbuh-tumbuhan, bakal madu, embun madu dan zat-zat yang mengandung
glukosa.
4.3 Faktor Fisik-Kimia Tanah pada Masing-masing Lokasi PTPN II Sampali
Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan terhadap faktor fisik kimia tanah pada areal PTPN II Sampali didapatkan nilai faktor fisik kimia tanah, seperti yang terlihat
pada Tabel 4.3 di bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.3 Nilai Faktor Fisik-Kimia Tanah pada Masing-masing Lokasi PTPN II Tembakau Deli Sampali
No Lokasi
Kelembaban pH
Suhu
o
Kadar Air C
Kadar Organik
1. 2.
3. Tanaman tembakau
Tanaman tebu Semak
57-67 56-62
56-68 5,2-5,6
5,4-6,6 4,6-6
24-26 26-27
22-24 19,54-19,76
16,29-16,50 19,17-20,3
1,46 2,08-2,37
1,75-2,03
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa faktor fisik-kimia tanah cukup bervariasi antar
lokasi, namun perbedaan yang sangat mencolok didapatkan pada kadar organik tanah. Dimana kadar organik tanah yang paling tinggi didapatkan pada lokasi II dari pada
lokasi I dan 3. Hal ini disebabkan lokasi II merupakan areal tanaman tebu, dimana areal ini merupakan areal bekas penghutanan lahan semak, dimana tentunya areal ini
banyak mengandung bahan-bahan organik dari sisa-sisa tumbuhan dan organisme yang telah mati dan membusuk membentuk materi organik bagi tanah.
Dari Tabel 4.3 juga terlihat kondisi kelembaban tanah antar ketiga lokasi
memiliki nilai kisaran yang cukup berbeda, kisaran yang paling tinggi didapatkan pada lokasi III 56-68, hal ini disebabkan lokasi ini ditutupi dengan rapat oleh
vegetasi semak, sehingga areal ini lebih terlindung dari sinar matahari langsung, disamping itu juga menyebabkan areal ini dapat meresap air dengan baik karena
adanya vegetasi yang dapat menyimpan air tanah, keadaan ini sejalan dan terlihat pada kondisi kadar air tanah yang cukup tinggi, suhu tanah relatif rendah, dan pH
tanahnyajuga relatif rendah. Kondisi kelembaban yang paling rendah didapatkan pada lokasi II 56-62, hal ini disebabkan lokasi ini lebih terbuka dari tutupan vegetasi
tebu, sehingga meyebabkan intensitas cahaya matahari dapat langsung sampai kepermukaan tanah, keadaan ini sejalan dengan kondisi kadar air yang relatif rendah,
dan suhu relatif tinggi.
4.4 Frekuensi Kehadiran Masing-masing Genus Makrofauna Tanah pada Lokasi Penelitian