Tabel 4.3 Nilai Faktor Fisik-Kimia Tanah pada Masing-masing Lokasi PTPN II Tembakau Deli Sampali
No Lokasi
Kelembaban pH
Suhu
o
Kadar Air C
Kadar Organik
1. 2.
3. Tanaman tembakau
Tanaman tebu Semak
57-67 56-62
56-68 5,2-5,6
5,4-6,6 4,6-6
24-26 26-27
22-24 19,54-19,76
16,29-16,50 19,17-20,3
1,46 2,08-2,37
1,75-2,03
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa faktor fisik-kimia tanah cukup bervariasi antar
lokasi, namun perbedaan yang sangat mencolok didapatkan pada kadar organik tanah. Dimana kadar organik tanah yang paling tinggi didapatkan pada lokasi II dari pada
lokasi I dan 3. Hal ini disebabkan lokasi II merupakan areal tanaman tebu, dimana areal ini merupakan areal bekas penghutanan lahan semak, dimana tentunya areal ini
banyak mengandung bahan-bahan organik dari sisa-sisa tumbuhan dan organisme yang telah mati dan membusuk membentuk materi organik bagi tanah.
Dari Tabel 4.3 juga terlihat kondisi kelembaban tanah antar ketiga lokasi
memiliki nilai kisaran yang cukup berbeda, kisaran yang paling tinggi didapatkan pada lokasi III 56-68, hal ini disebabkan lokasi ini ditutupi dengan rapat oleh
vegetasi semak, sehingga areal ini lebih terlindung dari sinar matahari langsung, disamping itu juga menyebabkan areal ini dapat meresap air dengan baik karena
adanya vegetasi yang dapat menyimpan air tanah, keadaan ini sejalan dan terlihat pada kondisi kadar air tanah yang cukup tinggi, suhu tanah relatif rendah, dan pH
tanahnyajuga relatif rendah. Kondisi kelembaban yang paling rendah didapatkan pada lokasi II 56-62, hal ini disebabkan lokasi ini lebih terbuka dari tutupan vegetasi
tebu, sehingga meyebabkan intensitas cahaya matahari dapat langsung sampai kepermukaan tanah, keadaan ini sejalan dengan kondisi kadar air yang relatif rendah,
dan suhu relatif tinggi.
4.4 Frekuensi Kehadiran Masing-masing Genus Makrofauna Tanah pada Lokasi Penelitian
Frekuensi kehadiran sering pula dinyatakan sebagai konstansi. Dari konstansi atau frekuensi kehadiran itu hewan tanah dikelompokkan atas empat kelompok, yaitu jenis
Universitas Sumatera Utara
aksidental sangat jarang bila konstansinya 0-25, jenis assesoris jarang bila konstansinya 25-50, jenis konstan sering bila konstansinya 50-75 dan jenis
absolut sangat sering bila konstansinya lebih dari 75 Suin, 1997.
Frekuensi kehadiran masing-masing genus makrofauna tanah pada lokasi
penelitian didapatkan cukup bervariasi, seperti terlihat pada Tabel 4.4 di bawah ini. Tabel 4.4 Frekuensi Kehadiran Masing-Masing Genus Makrofauna Tanah pada
Petak Penelitian
No. Genus
Lokasi I Lokasi II
Lokasi III Fk
Ko Fk
Ko Fk
Ko
1 Pheretima
- -
6,67 aksi
6,67 aksi
2 Megascolex
20,00 aksi
33,33 asse
20,00 aksi
3 Drawida
- -
13,33 aksi
6,67 aksi
4 Pontoscolex
33,33 asse
33,33 asse
33,33 asse
5 Julus
- -
- -
13,33 aksi
6 Geophilus
13,33 aksi
10,00 aksi
6,67 aksi
7 Scolopendra
- -
- -
6,67 aksi
8 Helix
6,67 aksi
- -
6,67 aksi
9 Pomatiopsis
6,67 aksi
- -
- -
10 Helicodiscus
- -
- -
6,67 aksi
11 Parcoblatta
6,67 aksi
73,33 kons
13,33 aksi
12 Philopaga
20,00 aksi
- -
13,33 aksi
13 Forficula
13,33 aksi
- -
20,00 aksi
14 Irydomyrmex
20,00 aksi
56,67 kons
26,67 asse
15 Gryllus 1.
80,00 abs
93,33 abs
73,33 kons
16 Gryllus 2.
53,33 kons
13,33 aksi
20,00 aksi
17 Gryllus 3.
53,33 kons
33,33 asse
33,33 asse
18 Gryllotalpa
6,67 aksi
- -
- -
Ket : Fk = Frekuensi kehadiran; Ko = Konstansi; aksi = aksidental 0-25; asse = assesoris 25-50; kons = kostan 50-75; abs = absolut
≥ 75
Dari Tabel 4.4 terlihat bahwa pada lokasi I ditemukan 9 genus yang bersifat
aksidental, 1 genus bersifat assesoris, 2 genus bersifat konstan, 1 genus bersifat absolut, kemudian pada lokasi II ditemukan 4 genus bersifat aksidental, 3 genus
bersifat assesoris, 2 genus bersifat konstan dan 1 genus bersifat absolut dan pada lokasi III ditemukan 12 genus bersifat aksidental, 3 genus bersifat assesoris dan 1
genus bersifat konstan. Dari tabel di atas juga dapat dilihat bahwa makrofauna tanah yang bersifat absolut sangat sering didapatkanditemukan adalah dari genus Gryllus
1, yaitu pada lokasi I dan II, sedangkan pada lokasi III tergolong konstan sering, Jenis lainnya yang bersifat konstan pada lokasi I ditemukan dari jenis Gryllus 2 dan
Gryllus 3, pada lokasi II dari genus Parcoblatta dan Irydomyrmex. Sangat sering dan
Universitas Sumatera Utara
seringnya genus tersebut ditemukan pada lokasi ini menunjukkan bahwa daerah ini memiliki daya dukung yang baik bagi kehidupan dan keberadaannya, hal ini sesuai
dengan yang dinyatakan oleh Suin, 1997 dan John, 1998 bahwa kondisi fisik dan ketersediaan makanan yang memiliki daya dukung bagi jenis fauna tanah, maka fauna
tanah tersebut akan sering hingga sangat sering ditemukan di daerah tersebut.
4.5 Komposisi Genus Makrofauna Tanah pada Masing-masing Lokasi Penelitian