untuk mendengarkan cerita yang disajikan yang besar. Mereka menyukai cara para pendongeng dalam menyajikan cerita.
d. Tempat diadakan storytelling
Rumah Cahaya terletak di jalan utama di Depok II Timur. Dengan segala keterbatasan yang ada pada Rumah Cahaya, kegiatan storytelling tetap
diadakan pada setiap hari minggu. Tidak adanya sekat antara tempat koleksi dan ruang untuk kegiatan storytelling maupun kegiatan yang lain. Kegiatan yang
diadakan oleh Rumah Cahaya dilakukan bergantian dikarenakan keterbatasan tempat. Luas ruangan yang digunakan untuk kegiatan storytelling kurang lebih
150 m2.
e. Pelaksanaan storytelling
Storytelling diadakan setelah anak-anak duduk di tempat yang ditentukan. Kemudian storyteller berdiri menghadap anak-anak dengan membawa
buku yang akan diceritakan serta mempersiapkan alat bantu seperti boneka, dan alat permainan lainnya.
“Anak-anak biasanya berebut untuk duduk di dekat pendongeng, agar dapat mendengarkan secara jelas cerita yang disampaikan,” ujar informan DP..
Pada saat observasi, penulis melihat anak-anak tetap berebut untuk duduk di dekat pendongeng, meskipun pendongeng menggunanak mikrofon
dalam menyampaikan cerita. Kemudian storytelling dimulai dengan pengucapan salam dari storyteller kepada anak-anak dengan mimik muka yang lucu.
Kemudian dimulailah dongeng tersebut.
Storyteller membawakan cerita dongeng dengan intonasi yang tidak datar dan bervariasi serta mimik muka yang penuh penghayatan, memainkan
mimik yang sesuai karakter tokoh yang ia bawakan,” ujar informan H.
f. Perubahan Sikap
Aspek perubahan sikap ada tiga, yaitu afektif perasaan, kognitif pengetahuan dan perilaku konatif. Berikut ini adalah hasil wawancara dengan
responden menengai ketiga aspek perubahan sikap tersebut. 1. Afektif
Aspek afektif adalah perasaan yang dialami seseorang terhadap sesuatu. Ditandai dengan perasaanungkapan suka, tidak suka ataupun tidak acuh.
Anak-anak sangat menyukai kegiatan bercerita daripada kegiatan lain karena cara bercerita yang menarik sehingga mampu menarik minat anak untuk
membaca setelah mendengarkan cerita dari guru. Dalam cerita, terdapat berbagai macam pelajaran yang dapat dipetik oeh anak tanpa terkesan menggurui. Bercerita
merupakan cara yang paling tepat untuk menarik anak agar bersedia membaca. Melalui kegiatan ini, banyak alternatif metode yang ditawarkan sehingga gaya
pengajarannya tidak monoton. Setelah mendengarkan cerita anak juga dapat dilatih untuk mempraktekkan bercerita di depan teman-teman dengan jenis cerita
lain. Anak-anak dibimbing untuk membaca jenis cerita yang mereka pilih. Mereka senang dan terhibur tanpa merasa bahwa mereka sedang berlatih untuk membaca.
Jenis cerita yang disukai anak adalah cerita yang berhubungan dengan kegiatan sehari-hari, cerita kepahlawanan dan fabel.
2. Kognitif Aspek kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan
pengetahuan manusia, gambaran seseorang tentang sesuatu dan bagaimana seseorang memandang sesuatu.
Cara bercerita menggunakan alat peraga sangat disukai anak-anak karena mereka menjadi lebih bisa mengimajinasikan para tokoh yang memainkan cerita.
Hal ini disebabkan melalui peraga yang lucu seperti boneka tangan. cerita yang dituturkan lebih merasuk ke dalam jiwa anak.
Beragamnya cerita yang disajikan, banyaknya storyteller yang menyajikan serta alat bantu yang bermacam-macam membuat anak-anak merasa nyaman
dalam mengikuti kegiatan storyteller tersebut. 3. Perilaku
Aspek Perilaku, yaitu bagaimana seseorang akan berperilaku terhadap sesuatu, yang merupakan suatu cara bereaksi yang khas, merupakan aspek yang
berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan untuk bertindak. Dengan bercerita dapat menarik anak-anak agar tertarik untuk membaca
buku, bercerita menumbuhkan hasrat ingin tahu dari anak. Dengan membacakan sebagian cerita anak-anak menjadi ingin tahu dengan kelanjutan kisahnya, rasa
ingin tahu tersebut pada akhirnya mendorong anak untuk suka membaca kemudian mulai mempelajarinya. Kegiatan bercerita lebih memudahkan anak
dalam menghafal tiap huruf dan kata bila dibandingkan dengan teknik pengajaran
dengan cara mengeja kata per kata, karena kegiatan bercerita lebih menghibur sehingga anak-anak tidak cepat bosan
Setelah kegiatan storytelling usai, storyteller menjelaskan bahwa buku tersebut dapat dibaca dan dibawa pulang. Buku tersebut ia meletakkan di bagian
koleksi buku anak-anak. Dan tidak lama kemudian anak-anak berebut untuk mendapatkan buku tersebut. Mereka ingin mengetahui dan menyelesaikan akhir
cerita dari buku tersebut. Biasanya buku yang digunakan dalam storytelling memiliki lebih dari 3 eksemplar per judul. “Ini untuk mengantisipasi anak-anak
dalam mendapatkan buku tersebut. Kami tidak pernah menyelesaikan cerita yang kami sajikan, karena kami ingin menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar pada
anak-anak sehingga tanpa mereka sadari menumbuhkan minat membaca,” menurut pendapat informan Y.
g. Peningkatan Jumlah Anak