BAB III TINJAUAN UMUM RUMAH CAHAYA
A. Sejarah Forum Lingkar Pena FLP
Bermula dari sebuah acara temu kangen alumnus Fasultas Sastra Universitas Indonesia pada tahun 1997. Forum Lingkar Pena FLP adalah wujud
dari asa yang terangkai dari obrolan di pelataran masjid kampus UI. Kala itu bukannya tidak ada organisasi penulis di tanah air. Kalau dihitung jumlahnya
mungkin seperti limpahan air yang membajiri sungai-sungai di Jakarta pada musim hujan. FLP yang resmi berdiri pada 22 Februari 1997 memilih bentuk
organisasi kader bagi penulis-penulis muda. Secara aklamasi memilih Helvy Tiana Rosa, penulis yang sangat berbakat, sebagai ketua umum. Dengan
mengambil lambang pena yang melingkari bumi FLP memiliki semboyan : berbakti, berkarya dan berarti.
Sesuai dengan bentuknya FLP banyak menyelenggarakan pelatihan penulisan untuk penulis-penulis muda FLP seperti menyiram kompos pada benih-
benih kepenulisan yang tertanam pada diri anggotanya. Dalam perkembangannya organisasi kaderisasi penulis muda ini cukup membanggakan. Saat berdiri anggota
FLP tidak lebih dari 50 orang. Itupun dari teman-teman dekat Helvy Tiana Rosa yang terpilih sebagai ketua umum dan salah satu penggagas forum ini.
Anggota FLP kini yang mencapai lebih dari 5000 orang tampaknya mendapat lahan dalam menuangkan ekspresi mereka. kerja sama yang digalang
April 2000 bersama Ummi Group penerbit majalah Ummi, Annida, Saksi membuahkan hasil positif. Majalah Annida bahkan menyediakan ruang khusus
seputar FLP dan membuka pendaftaran. Kerjasama dijalin pula dengan penerbit Mizan, Asy Syamil, Era, Intermedia, Gunung Agung, FBA Press, Lingkar Pena
Publishing House, DAR, Beranda Hikmah, Gramedia, Zikrul Hakim, Majalah Muslimah, Wisata Hati.
B. Sejarah Rumah Cahaya
Salah satu sumber ilmu adalah buku. Darinya diperoleh berbagai pengetahuan. Jadi tidaklah salah jika buku dapat dijadikan sebagai jendela dunia.
Dan satu-satunya cara mengetahui isi buku hanya dengan membacanya. Akan tetapi ternyata, menjadikan kegiatan ini sebagai kebutuhan hanyalah dimiliki oleh
beberapa orang saja. Bukan dikarenakan tidak adanya minat. Melainkan, seringkali infrastruktur yang kurang lengkap menyebabkan aktifitas tersebut
terhambat. Salah satunya adalah penyediaan sarana perpustakaan atau taman bacaan yang akan menstimulus kebiasaan membaca.
Selama ini banyak taman bacaaan didirikan. Namun taman bacaan itu hanya dijadikan tempat membaca. belum ada taman bacaan yang sekaligus
menjadi tempat membaca dan menulis. Yang juga diharapkan menjadi ruang pendidikan serta kreatifitas. Karena itulah Forum Lingkar Pena FLP
menawarkan konsep baru berupa Rumah Baca dan Hasilkan Karya Rumah
Cahaya. Rumah Cahaya adalah badan otonom FLP yang mewadahi kegiatan
sosial kemasyarakatan di seluruh Indonesia dan manca negara. Rumah Cahaya merupakan salah satu program FLP yang bekerja sama
dengan lembaga atau organisasi lain. Program ini merupakan wujud dari visi FLP
yaitu Membangun Indonesia Cinta Membaca dan Menulis. Rumah Cahaya
adalah kegiatan sosial nonprofit. Anak-anak, remaja dan dewasa bisa datang ke Rumah Cahaya untuk membaca secara gratis.
Lebih dari itu, Rumah Cahaya direncanakan bukan hanya sebagai rumah baca semata, melainkan sebagai rumah yang mampu membidani lahirnya
para penulis baru yang yang berasal dari pembaca di pondok tersebut. Rumah Cahaya juga men-support kalangan dhuafa yang berminat dalam bidang tulis-
menulis, sehingga diharapkan kualitas kehidupan mereka kelak bisa lebih baik. Saat ini terdapat Rumah Cahaya di beberapa wilayah di Indonesia. Di
Jakarta dan sekitarnya ada tiga Rumah Cahaya, yaitu di Penjaringan Jakarta Utara yang merupakan kerjasama FLP dan FOJIS Forum Pengajian Subuh, di Depok
Timur yang merupakan kerjasama FLP dan Dompet Dhuafa Republika, dan Rumah Cahaya di Kelurahan Jati Padang, Tanjung Barat. Latar belakang
didirikannya Rumah Cahaya adalah sebagai bentuk kampanye gemar membaca, mengingat FLP merupakan komunitas menulis yang pastinya tidak bisa terlepas
dari kegiatan membaca.
C. Rumah Cahaya Depok