Pengertian Gadai Syariah Gadai Syariah

19 tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. 11 Gadai dalam bahasa Arab disebut Rahn. Secara bahasa, rahn berarti tetap dan lestari, seperti juga dinamai al-habsu, artinya penahanan. Umpamanya kita mengatakan: ni’matun rahimah, artinya nikmat yang tetap lestari. 12 Allah berfirman: ≅ä. ¤§øtΡ yϑÎ ôMt6|¡x. îπoΨ‹Ïδu‘ ∩⊂∇∪ Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” QS. Al-Mudatstsir 74:38 Sebagaimana kita ketahui dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1150 disebutkan, Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seseorang berutang atau orang lain atas namanya dan yang memberikan kekuasaan kepada yang berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang untuk melelang barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk 11 Muhammad, Lembaga Ekonomi Syariah, Jogjakarta: Graha Ilmu, 2007, h. 64. 12 Muhammad Firdaus NH.dkk, Cara Mudah Memahami Akad-Akad Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005, h. 90. 20 menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya yang mana harus didahulukan. 13 Secara etimologi, kata al-rahn berarti tetap, kekal, dan jaminan. Akad al-rahn dalam istilah hukum positif disebut dengan barang jaminan atau agunan. Ada beberapa definisi al-rahn yang dikemukakan para ulama fiqh. Ulama Malikiyah mendefinisikannya dengan: Harta yang dijadikan pemiliknya sebagai jaminan utang yang bersifat mengikat. Ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: Menjadikan sesuatu barang sebagai jaminan terhadap hak piutang yang mungkin dijadikan sebagai pembayar hak piutang itu, baik seluruhnya maupun sebagian. Sedangkan ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinisikan ar-rahn dengan: Menjadikan materi barang sebagai jaminan utang, yang dapat dijadikan pembayar utang apabila orang yang berutang tidak bisa membayar utangnya itu. Definisi ini mengandung pengertian bahwa barang yang boleh dijadikan jaminan agunan utang itu hanya yang bersifat materi, tidak termasuk manfaat sebagaimana yang dikemukakan ulama Malikiyah. Barang jaminan itu boleh dijual apabila dalam waktu yang disepakati kedua belah pihak, utang tidak dilunasi. Oleh sebab itu, hak pemberi piutang hanya terkait 13 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, Jakarta: Kencana, 2009, h. 383. 21 dengan barang jaminan, apabila orang yang berutang tidak mampu melunasi utangnya. 14 Dari begitu banyaknya definisi-definisi tentang rahn penulis dapat menyimpulkan bahwa rahn adalah menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai ekonomis untuk diberikan kepada seseorang atau badan usaha sebagai jaminan utang. Dan jika sudah jatuh tempo orang yang berutang tidak melakukan kewajibannya maka barang tersebut dilelang sesuai dengan syariah.

2. Dasar Hukum Gadai Syariah

Pada dasarnya, gadai adalah salah satu yang diperbolehkan dalam islam. Adapun dalil-dalil yang menjadi landasan diperbolehkannya gadai adalah: 15 a. Al-Qur’an Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan dasar hukum pelaksanaan ar-rahn terdapat paa surat Al-Baqarah ayat 283 yang berbunyi: βÎuρ óΟçFΖä. 4’n?tã 9xy™ öΝs9uρ ρ߉Éfs? Y6Ï?x. Ö≈yδ̍sù ×π|Êθç7ø¨Β ÷βÎsù zÏΒr Νä3àÒ÷èt VÒ÷èt ÏjŠxσã‹ù=sù “Ï© zÏϑè?øτ …çµtFuΖ≈tΒr 14 A.H Azharudin Lathief, Fiqh Muamalat, Jakarta: UIN Press, 2005, h. 154. 15 Muhammad Syafei Antonio, Bank Syariah dan Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2001, Cet. 1, h. 128. 22 Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan dan bermu’amalah tidak secara tunai sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang”. QS. Al-Baqarah: 283 Ayat tersebut secara eksplisit menyebutkan “barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang”. Dalam dunia finansial, barang tanggungan biasa dikenal sebagai jaminan. b. Hadits ﺔﺸﺋﺎﻋ ﻦﻋ ، ﱃﺇ ﺎﻣﺎﻌﻃ ﻱﺩﻮﻬﻳ ﻦﻣ ﻯﺮﺘﺷﺍ ﻢﻠﺳﻭ ﻪﻴﻠﻋ ﷲﺍ ﻰﻠﺻ ﱯﻨﻟﺍ ﻥﺃ ﻞﺟﺃ ، ﻪﻋﺭﺩ ﻪﻨﻫﺭﻭ . ﻪﺟﺎﻣ ﻦﺑﺍ ﻩﺍﻭﺭ ١٦ Artinya: “Aisyah r.a. berkata bahwa Rasulullah membeli makanan dari seorang Yahudi dan menjaminkan kepadanya baju besi.” HR. Ibn Majah. Dari hadits diatas dapat dipahami bahwa agama islam tidak membeda-medakan antara orang muslim dan orang non muslim dalam bidang muamalah, maka seorang muslim tetap wajib membayar utangnya sekalipun kepada non-muslim. 17 c. Ijma Ulama Para ulama fiqh mengemukakan bahwa akad ar-rahn dibolehkan dalam islam berdsarkan al-Qur’an dan Hadits. Dalam Al-Qur’an mereka sepakat menyatakan bahwa ar-rahn boleh dilakukan dalam perjalanan 16 Ibnu Majah, Sunan Ibnu Majah, Beirut: Daar Al-Fikr, 1995, Juz. 2, h. 18. 17 Suhendi Hendi, Fiqh muamalah Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2002, h. 107.