b. Tergantung pada kondisi dan stabilitas udara di suatu lokasi. Tidak bisa mengirim pesan dan informasi secara mendetail.
c. Terdengar selintas, sulit diingat, dan tidak bisa diulangi. Hanya bisa di dengar, tidak bisa didokumentasikan.
D. Eksistensi
Eksistensi bisa kita kenal juga dengan satu kata yaitu keberadaan. Dimana keberadaan yang di maksud adalah adanya pengaruh atas ada atau tidak adanya
kita. Eksistensi ini perlu “diberikan” orang lain kepada kita, karena dengan adanya respon dari orang di sekeliling kita ini membuktikan bahwa keberadaan kita
diakui. Tentu akan terasa sangat tidak nyaman ketika kita ada namun tidak satupun orang menganggap kita ada, oleh karena itu pembuktian akan keberadaan
kita dapat dinilai dari berapa orang yang menanyakan kita atau setidaknya merasa sangat membutuhkan kita jika kita tidak ada.
Masalah keperluan akan nilai eksistensi ini sangat penting, karena ini merupakan pembuktian akan hasil kerja kita performa kita di dalam suatu
lingkungan. Perkuliahan misalnya, dosen akan lebih mengenal dan mengetahui keberadaan kita setelah dosen tahu performa kita baik dengan nilai yang bagus,
aktif, dan komunikatif dan cenderung sedikit memperhatikan orang-orang yang pasif.
Dalam suatu keorganisasian eksistensi hanya perlu dilakukan dengan sebuah apresiasi terhadap kerja seseorang. apresiasi yang sangat sederhana, yaitu
ucapan terima kasih. Hanya itu, hanya sebuah ucapan terima kasih yang mampu membuat seseorang yang merasakan keberadaannya, merasakan eksistensinya.
Namun kadang, ketika semua sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing kita lupa akan masalah kecil ini. Ucapan terima kasih.
Tapi sesungguhnya hanya Allah yang mampu menilai semua hati manusia. dan Pasti Dia akan membalas semua kebaikan yang telah dilakukan oleh hamba-
hamba-Nya.
28
E. Teori Performa Komunikatif
29
Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo menyatakan bahwa anggota organisasi melakukan performa komunikasi tertentu yang berakibat pada
munculnya budaya organisasi yang unik. Performa Performence adalah
metafora yang menggambarkan proses simbolik dari pemahaman akan perilaku manusia dalam sebuah organisasi. Performa organisasi sering kali memiliki unsur
teatrikal, dimana baik supervisor maupun karyaawan memilih untuk mengambil peranan atau bagian tertentu dalam organisasi mereka. Para teoretikus
menjabarkan lima performa: ritual, hasrat, sosial, politik, dan enkulturasi. Performa ini pun dapat dilaksanakan oleh anggota manapun dalam organisasi.
28
http:nadzzsukakamu.wordpress.com20100729eksistensi 28 maret 201117.20 wib
29
Richard WestLynn H Turner, Pengantar Teori Komunikasi AnalisisAplikasi, Jakarta: Salemba Humanika, 2008, hlm.325-328
Performa Ritual
Performa Sosial
Persentasi yang teratur dan berulang di tempat kerja.
Perilaku organisasi yang ditujukan untuk mendemonstrasikan
kerja sama
dan kesopanan denagan orang lain.
Performa Politis
Performa Enkulturasi
Perilaku organisasi
yang mendemonstrasikan
kekuasaan atau
kontrol. Perilaku organisasi yang membantu para
karyawan dalam menemukan apa makna dari menjadi anggota suatu organisasi.
1. Performa Ritual Semua performa komunikasi yang terjadi secara teratur dan berulang
disebut performa ritual ritual performance. Ritual terdiri dari atas empat jenis:
personal, tugas, sosial, dan organisasi. Ritual personal personal ritual mencakup semua hal yang Anda lakukan secara rutin, ditempat kerja. Misalnya, banyak
anggota organisasi ssecara teratur mengecek pesan suara atau email mereka ketika mereka bekerja tiap hari. Ritual tugas task ritual adalah perilaku rutin yang
dikaitkan dengan pekerjaan seseorang. Ritual tugas membantu menyelesaikan pekerjaan. Misalnya, ritual tugas seorang karyawan di Departemen Kendaraan
Bermotor termasuk mengeluarkan ujian mata dan tertulis, mengambil foto dari
calon pengemudi, melaksanakan ujian mengemudi, memverifikasi asuransi mobil dan menerima pembayaran.
Ritual sosial social ritual adalah rutinitas verbal dan nonverbal yang biasanya mempertimbangkan interaksi dengan orang lain. Misalnya, beberapa
anggota organisasi berkumpul bersama untuk menghabiskan waktu bersama di bar pada hari Jum’at, untuk merayakan akhir pekan. Ritual sosial juga dapat
mencakup perilaku nonverbal di dalam organisasi, di dalam organisasi, termasuk Jum’at kasual dan penghargaan karyawan terbaik bulan ini. Yang terakhir, yaitu
ritual organisasi organizational ritual adalah kegiatan perusahaan yang sering dilakukan seperti rapat devisi, rapat fakultas, dan bahkan piknik perusahaan
seperti yang diikuti oleh Fran Callahan.
2. Performa Sosial Performa sosial social performance merupakan perpanjangan sikap
santun dan kesopanan untuk mendorong kerja sama diantara anggota organisasi. Pepatah yang mengatakan “hal kecil memulai hal yang besar” berhubungan
langsung dengan performa ini. Baik dengan senyuman atau sapaan “selamat pagi”, menciptakan suatu rasa kekeluargaan sering kali merupakan bagian dari
budaya organisasi. Akan tetapi, sering kali sangat sulit untuk bersikap sopan. Ketika
suasana sedang tegang, sungguh merupakan hal yang sulit dan terkadang menjadi tidak tulus untuk tersenyum dan mengucapkan “selamat pagi” pada orang lain.
Kebanyakan organisasi mengiginkan untuk mempertahankan perilaku yang professional, bahkan di masa yang sulit, dan performa sosial membantu
tercapainya hal ini.
3. Performa Politis Ketika budaya organisasi mengomunikasikan Performa politis
political performace, budaya ini sedang menjalankan kekuasaan atau kontrol. Mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan dan kontrol merupakan cirri dari
kehidupan korporat di Amerika Serikat. Walaupun demikian, karena kebanyak organisasi bersifat hierarki, harus ada seseorang dengan kekuasaan untuk
mencapai segala sesuatu dan memiliki cukup control untuk mempertahankan dasar-dasar yang ada.
Ketika anggota organisasi terlibat dalam performa politis, mereka mengomunikasikan keinginan untuk memengaruhi orang lain. Hal ini bukanlah
selalu merupakan hal yang buruk. Misalnya, pengalaman sekelompok perawat di Rumah Sakit Spring Valley. Selama bertahun-tahun, para perawat cukup puas
dengan status kelas dua mereka bila dibandingkan dengan para dokter. Baru-baru ini, para perawat memutuskan untuk menyuarakan perlakuan ini. Mereka
berbicara pada para dokter, kepada staf medis lainnya dan kepada pasien. Dalam hal ini, mereka sedang menjalankan lebih banyak kekuasaan terhadap pekerjaan
mereka. Performa politis budaya mereka berpusat pada pengakuan akan kompetensi mereka sebagai tenaga medis professional dan untuk komitmen
mereka terhadap misi dari rumah sakit tersebut. Tujuan mereka adalah untuk dilegitimasi di rumah sakit oleh para dokter, rekan sekerja, dan para pasien.
Performa mereka, tak diragukan lagi, sangat penting dalam membangun budaya organisasi yang berbeda.
4. Performa Enkulturasi Performa enkulturasi enculturation performance merujuk pada
bagaimana anggota mendapatkan pengetahuan dan keahlian untuk dapat menjadi anggota organisasi yang mampu berkontrubusi. Performa-performa ini dapat
berupa Sesuatu
yang berani
maupun hati-hati,dan
performa ini
mendemonstrasikan kompetensi
seorang anggota
dalam sebuah
organisasi.Misalnya,beberapa performa akan dilakukan untuk mengenkulturasi Fran ke dalam posisinya yang baru .Ia akan mengamati dan mendengarkan
kolega-koleganya menampilkan pemikiran dan perasaan mereka terhadap beberapa isu : diantaranya jam kerja, diskon karyawan ,dan newsletter perusahaan,
singkatnya,Fran akan mulai untuk mengetahui budaya organisasi tersebut. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, performa-performa ini
dapat saling tumpah tindih. Sangat mungkin, karenanya, untuk menganggap performa sosial sebagai performa ritual. Misalnya, memberikan salam “Selamat
Pagi” kepada seorang rekan sekerja atau membuatkan kopi untuk seorang yang lain di hari berikutnya. Dalam contoh ini, tindakan kesopanan dianggap personal
dan bahkan tugas ritual. Oleh karenanya, performa tersebut dapat menjadi sosial
maupun ritual. Selain itu, performa dapat muncul dari keputusan yang dibuat secara sadar untuk melakukan apa yang dipikirkan atau dirasakan mengenai suatu
isu, seperti dalam contoh kita mengenai para perawat di Rumah Sakit Spring Valley. Atau performa ini dapat menjadi lebih intuitif, seperti di dalam contoh kita
mengenai Fran Callahan. Jelaslah bahwa Pacanowsky dan O’Donnell Trujillo yakin bahwa performa komunikatif sangat penting bagi budaya suatu organisasi.
26
BAB III GAMBARAN UMUM RADIO DAKTA 107 FM
A. Sejarah Berdirinya
Eksistensi Radio Dakta berawal dari keinginan Bapak H. Iman Loebis, sebagai pemilik PT Java Motors yang bercita-cita untuk membangun sebuah
radio, sebagai sarana menyebarkan informasi dan dakwah ditengah masyarakat. Pada awal tahun 1991 beliau membeli izin Radio Famor yang berlokasi di
Bandung, Jawa Barat. Setelah melalui berbagai proses administrasi dan persiapan teknis maka dipindahkanlah izin penyiarannya ke wilayah Bekasi dengan tujuan
agar daya pancarnya bisa menjangkau wilayah Jabodetabek. Dibawah PT Radio Nada Komunikasiutama, pada 27 Maret 1992
mengudaralah Radio Dakta dengan format radio informasi digelombang FM 92,15 yang dipancarkan dari Jalan KH Agus Salim Nomor 77 Bekasi Timur. Menyusul
adanya penataan frekwensi siaran radio yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, maka sejak 1 Agustus 2004 Radio Dakta pindah
gelombang di jalur FM 107. Dalam perjalanannya Radio Dakta menglami beberapa kali perubahan
format, yaitu beralih ke format radio wanita, radio keluarga hingga akhirnya memantapkan kembali formatnya menjadi radio informasi bernuansa Islami sejak
1 Februari 2005 hingga sekarang. Sejak awal bersiaran Radio Dakta memang dikenal masyarakat sebagai
radio yang telah memberikan kontribusi dan melayani masyarakat luas, khususnya