vesikel sekretoris. Enzim proteolitik tersebutlah yang akan memecahkan matriks dan beberapa asam yang melarutkan mineral tulang, sehingga mineral tulang seperti kalsium
dan fosfat terlepas ke dalam aliran darah Guyton, 2000; Carter., 1992. Terjadinya peningkatan atau kehilangan massa tulang bergantung kepada
keseimbangan kedua proses tersebut. Hormon sangat berpengaruh dalam proses pembentukan tulang, diantaranya adalah hormon estrogen, testosteron, dan hormon
pertumbuhan yang akan meningkatkan aktifitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang dipercepat selama masa pubertas masa pertumbuhan dimana
kadar hormon pada masa tersebut melonjak. Oleh karena itu diharapkan pertumbuhan tulang dapat terjadi dengan baik selama masa pertumbuhan. Apabila usia telah lanjut dan
telah terjadi menopause maka kadar hormon estrogen turun, hormon pertumbuhan juga berkurang sehingga aktifitas osteoblas menjadi berkurang, yang mengakibatkan
pembentukan tulang berkurang Guyton, 2000 ; Miles, 2004 ; Corwin, 2008.
2.3. Pengaruh Latihan Fisik terhadap Massa Tulang
Latihan fisik menstimulasi osteoblas dengan adanya arus listrik yang dihasilkan ketika stress mengenai tulang, terutama bagian permukaan periosteal tulang. Latihan fisik
juga meningkatkan struktur tulang selama masa pertumbuhan dan mengurangi kehilangan
massa tulang pada individu usia lanjut Corwin, 2008.
Latihan fisik yang berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan massa tulang regional. Faktor nutrisi, terutama asupan kalsium yang cukup sangat menentukan dalam
puncak massa tulang. Penelitian retsospektif menunjukkan bahwa individu dengan asupan kalsium yang tinggi pada masa pertumbuhan memiliki puncak massa tulang yang lebih
tinggi dikemudian hari. Puncak massa tulang merupakan tingkatan tertinggi dari densitas
Universitas Sumatera Utara
mineral tulang, kandungan mineral tulang Bone Mineral Content atau massa tulang Bone Mass. Puncak massa tulang yang rendah akan memudahkan terjadinya osteoporosis
dan fraktur tulang pada saat usia lanjut. Puncak massa tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, setelah itu akan menurun, dimana terjadi proses penuaan, absorpsi kalsium menurun dan
fungsi hormon paratiroid meningkat sehingga kalsium tulang mulai berkurang Karlsson et al., 2008; Johnston, 1993; Masyitha, 2006.
Latihan fisik berupa aktifitas berenang memberikan dampak yang menguntungkan bagi kesehatan tulang pada wanita muda. Sedangkan latihan fisik dengan intensitas yang
sangat rendah tidak dapat menstimulasi osteoblas sehingga tidak akan memberikan dampak pada tulang Duhe, 2003.
2.4. Kalsium dalam Tubuh
Kalsium memiliki berbagai fungsi penting dalam fisiologi tubuh. Fungsi kalsium antara lain merupakan pembentuk utama tulang dan gigi, berfungsi untuk integritas sistem
saraf dan otot, serta mempengaruhi aktifitas sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin Sukandar et al., 2008.
Kalsium masuk ke dalam tubuh melalui saluran gastro-intestinal, dan diabsorpsi terutama dalam usus halus bagian atas dengan difusi pasif dan transport aktif. Agar dapat
diabsorpsi dengan baik oleh tubuh, kalsium hendaklah dalam bentuk larutan dan terioonisasi Sukandar et al., 2008.
Kalsium didistribusi dengan cepat ke jaringan skeletal. Kalsium serum normal berkisar antara 9-10,4 mgdL Sukandar et al., 2008.
Universitas Sumatera Utara
Ekskresi kalsium melalui urine, keringat, dan terutama melalui fases. Ekskresi melalui urine tidak melebihi 150 mghari. Ekskresi melalui urine menurun dengan
bertambahnya usia Nordin, 1997 ; Sukandar et al., 2008.
2.5. Peran Kalsium dalam Tulang