Masa Penjajahan Sejarah Munculnya Undang-Undang Keluarga Islam di Malaysia a.

1592-1614 di bawah pengaruh undang-undang Malaka. Dari segi isinya, undang-undang ini terdiri dari 93 pasal. 49 Tentunya isi undang-undang ini lebih banyak dari apa yang terkandung dalam undang-undang Malaka. Di sisi lain, walaupun masih terdapat pengaruh adat Melayu di dalamnya, akan tetapi bila dibedakan dengan undang-undang Malaka, undang-undang Pahang ini lebih banyak dipengaruhi oleh hukum Islam. 50 Oleh karena itu, timbulnya undang-undang Islam di Tanah Melayu adalah berasal dari Kerajaan Islam Malaka. Bahkan undang-undang Islam ini sudah dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam sebagai agama, cara hidup dan kebutuhan masyarakat akan peraturan perundang-undangan pada waktu itu. 51

c. Masa Penjajahan

Dalam sejarah Malaysia, Malaka pernah ditaklukkan oleh Portugis pada tahun 1511. Namun pada tahun 1641 Belanda datang dan menguasai Malaka setelah berhasil mengusir Portugis. Kemudian Inggris datang dengan melakukan intervensi di Pulau Pinang pada tahun 1786 dan menguasai Singapura pada tahun 1918 serta menerima penyerahan Belanda pada tahun 1824. Setelah itu, Inggris 49 Mohd Taib Osman, Kesusasteraan Melayu Lama, Kuala Lumpur: Faderal Publication, 1974, h. 71 50 Mohd Taib Osman, Kesusasteraan Melayu Lama, Kuala Lumpur: Faderal Publication, 1974, h. 72 51 Mohd Taib Osman, Kesusasteraan Melayu Lama, Kuala Lumpur: Faderal Publication, 1974, h. 73 masuk ke Perak, Selangor, dan Negeri Sembilan pada tahun 1874-1886, Pahang pada tahun 1888, Kelantan pada tahun 1910, Johor pada tahun 1914, Terengganu pada tahun 1919, Kedah pada Tahun 1923, dan Perlis pada Tahun1930. 52 Walaupun Portugis telah menaklukkan Malaka lebih seratus tahun, penjajah Portugis tidak banyak mengubah sistem undang-undang Islam. Mereka hanya memberlakukan undang-undang Portugis hanya untuk kalangan mereka sendiri. Sedangkan untuk orang-orang Islam, mereka serahkan kepada pimpinan Islam. Hal yang sama juga dilakukan oleh Belanda, tetapi apa yang dilakukan oleh Inggris berbeda sama sekali. Setelah menjajah Pulau Pinang yang berazaskan satu perjanjian dengan Sultan Kedah pada tahun 1786, mereka sudah memberlakukan undang-undang mereka dengan alasan bahwa di provinsi itu tidak ada lagi sistem undang-undang karena tidak ada yang menjajahnya lagi. Untuk tujuan tersebut, departemen-departemen telah dibentuk dan hakim-hakim sudah dilantik. Puncak dari usaha ini adalah deklarasi Piagam Keadilan pada tahun 1807. 53 Setelah Malaka merdeka dari jajahan Belanda pada tahun 1825 berdasarkan perjanjian 1824, undang-undang Inggris segera diberlakukan. Pada tahun 1826, Piagam Keadilan yang kedua dilaksanakan dengan pengesahan bagian-bagian Selat yang meliputi; Pulau Pinang, Malaka dan Singapura. 54 Berdasarkan piagam 52 Wu Min Aun, Pengenalan Kepada Undang-Undang Malaysia, Kuala Lumpur: H.E.B, 1985, h.10 53 Wu Min Aun, Pengenalan Kepada Undang-Undang Malaysia, Kuala Lumpur: H.E.B, 1985, h. 15 54 Wu Min Aun, Pengenalan Kepada Undang-Undang Malaysia, Kuala Lumpur: H.E.B, 1985, h. 18 tersebut, sebuah Peradilan Tinggi juga telah disahkan dengan ketetapan bahwa undang-undang yang berlaku adalah undang-undang Inggris. Pada tahun 1855 satu piagam lain juga diusulkan oleh penjajah Inggris dengan menetapkan kewenangan undang-undang Inggris di Provinsi-provinsi Selat 55 yang telah disahkan. 56 Piagam ini hanya bertujuan untuk membentuk lembaga peradilan yang sudah ada pada bagian-bagian yang bersangkutan. Adapun undang-undang Inggris tetap diberlakukan dengan syarat bahwa undang- undang ini tidak membawa kezaliman dan penindasan pada penduduk pribumi. Dengan diberlakukannya undang-undang Inggris ini, undang-undang Islam yang dulunya dilaksanakan sebagai hukum adat telah disisihkan. Namun demikian, undang-undang Islam ini terus dilaksanakan bersama adat daerah masing-masing, hanya saja undang-undang tersebut disesuaikan dengan undang- undang Inggris yang dianggap adil dan bijaksana. Karena tersisihnya undang-undang Islam ini, maka pada tahun 1880, telah dibentuk satu Ordinan 57 Perkawinan Islam sudah diberlakukan di negara bagian tersebut untuk mengatur perkawinan dan perceraian orang Islam. 58 Dengan 55 Negeri-negeri Selat adalah Johor, Malaka, dan Pulau Pinang. 56 Wu Min Aun, Pengenalan Kepada Undang-Undang Malaysia, Kuala Lumpur: H.E.B, 198, h. 19 57 Ordinan adalah undang-undang yang disahkan oleh parlemen yang dibuat setelah Malayan Union pada tahun 1946 hingga kemerdekaan dalam tahun 1957. 58 Rafiah Salim, Undang-Undang Keluarga dan Kebudayaan Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998, ed III, h. 32 Ordinan tersebut, undang-undang Islam sudah secara resmi dipisahkan dari sistem perundangan dengan pembatasan persoalan nikah dan cerai saja. Peraturan pertama yang diperkenalkan dalam undang-undang untuk orang Islam ini ialah Mohamedan Marriage Ordinance 1880 di Provinsi-porovinsi Selat. Ini bertujuan untuk mengatur persoalan nikah dan cerai sesuai dengan hukum Islam, termasuk soal pencatatan dan pelantikan hakim serta harta yang diperoleh dalam perkawinan. Dengan undang-undang tertulis ini, maka perhatian terhadap kehakiman menjadi berkurang. Ordinan ini lebih bersifat pada tatacara yang dibagi menjadi tiga bagian. 59 Pertama, menjelaskan soal pencatatan nikah cerai dengan sukarela. Untuk tujuan pencatatan ini, pendaftar yang terdiri dari orang Islam dilantik. Kedua, mengenai hakim, yang didalamnya telah diatur juga tentang prosedur pelantikan hakim yang diangkat oleh Gubernur, yang juga berwewenang mencabut kembali pelantikan itu. Ketiga , tentang harta gono-gini harta suami istri yang dikumpulkan selama perkawinan. Pada pasal 27 disebutkan bahwa perempuan yang telah bersuami berhak memiliki hartanya, meskipun harta itu miliknya dari awal atau pendapatan pusaka warisan. Selain itu, istri juga berhak untuk menuntut dan mempunyai hak yang sama terhadap orang yang melindungi hartanya. 60 59 Imran Abu Bakar, Pengantar Undang-undang di Malaysia, Selangor: Books Store Entrprise, 1999, cet. II, h. 9 60 Rafiah Salim, Undang-undang Keluarga dan Kebudayaan Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998, ed, III, h. 33 Di Provinsi-provinsi Melayu Bersekutu 61 , undang-undang yang pada awalnya dibentuk sebagai perintah atau Order in Council pada 28 Februari 1880, 62 yang hanya mengatur tentang zakat, namun pada perkembangan berikutnya, dalam undang-undang ini ternyata juga diikuti dengan pelarangan pengibaran bendera di Masjid-masjid. Peristiwa ini terjadi pada 5 Januari 1881. Selanjutnya pada tahun 1884, aturan tentang pencatatan perkawinan, perceraian dan kematian untuk kalangan orang-orang Islam sudah diperkenalkan di Selangor. Berikutnya pada tahun 1894, ternyata juga ditetapkan undang-undang yang mengatur tentang hukuman bagi pezina di Perak dan di Selangor. Semua rangkaian undang-undang tersebut diperuntukkan bagi orang Islam. Di Perak, undang-undang ini disebut sebagai Adultery by Muhammadan yang terkandung dalam Perintah No. 1 1894. 63 Pada tahun 1935, semua undang-undang nikah-cerai yang pernah diperkenalkan di Provinsi-provinsi Melayu Bersekutu dengan amandemennya, perlahan disatukan di bawah undang-undang tersendiri yang dinamakan dengan Muhammadan Marriage and Divorce Registation Enactmen, Chapter 197 of Revised Law of the Federated Malay States 1935. 64 61 Negeri-negeri Melayu Bersekutu adalah negeri-negeri yang mempunyai Sultan 62 Imran Abu Bakar, Pengantar Undang-undang di Malaysia, Selangor: Books Store Entprise, 1999, cet. II, h. 24 63 Imran Abu Bakar, Pengantar Undang-undang di Malaysia, Selangor: Books Store Entprise, 1999, cet. II, h. 28 64 Abu Bakar, Pengantar Undang-undang di Malaysia, Selangor: Books Store Entprise, 1999, cet. II, h. 29 Pada tahun 1949, Provinsi-provinsi Melayu Bersekutu telah mengeluarkan undang-undang untuk melegalkan pendirian Majelis-majelis Agama Islam dan adat istiadat Melayu di Provinsi masing-masing. Pada tahun 1951, Perak juga telah mengeluarkan dua undang-undang lain mengenai pengesahan Baitulmal, pungutan zakat termasuk zakat fitrah dan wakaf. Pada tahun 1952, undang-undang Agama Islam juga telah dikodifikasikan dan diperkenalkan di Provinsi-provinsi Melayu Bersekutu. Undang-undang tersebut merupakan gabungan dari berbagai undang-undang peraturan Agama Islam yang terdahulu yang mencakup segala aspek yang terdapat dalam undang- undang sebelumnya, seperti fungsi Majelis Agama Islam, Peradilan Agama, Baitulmal, wakaf, zakat, pembinaan dan pengurusan Masjid, perkawinan dan perceraian, prosedur masuk agama Islam, sanksi hukum dan sebagainya. 65 Dengan diberlakukannya undang-undang Islam pada tahun 1952 ini, maka FMS. Cap. 197-Muhammadan Marriage and Divorce Registration Enactment 1935, Muhammadan offences Enactmen 1938 dan Council of Regilation and Malay Custom Enactmen 1949 telah tergantikan. Meskipun undang-undang ini mengalami perubahan dari waktu ke waktu, namun tidak banyak perubahan yang bermakna. Undang-undang ini terus menerus diberlakukan sampai kemudian terjadi perubahan yang digunakan pada awal tahun 80-an dan berlanjut sampai dengan tahun 90-an. 66 65 Rafiah Salim, Undang-undang Keluarga dan Kebudayaan Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998, edisi III, h. 36. 66 Rafiah Salim, Undang-undang Keluarga dan Kebudayaan Malaysia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 1998, h. 35 Dengan keterangan di atas, banyak sekali undang-undang untuk orang Islam yang telah dibentuk di Malaysia pada masa penjajahan Inggris. Oleh karena itu, berapapun undang-undang seperti itu dibentuk, namun tetap saja hanya berkisar pada persoalan tertentu saja. Perubahan dari waktu ke waktu nampaknya tidak lebih dari hanya sekadar penyesuaian, terutama dari segi teknik pembuatan undang-undang. Sejak tahun 70-an sampai 90-an, negara-negara bagian di Malaysia telah mengkaji undang-undang untuk orang Islam dengan tujuan agar lebih sistematis dan lebih khusus. Hasilnya, beberapa bagian dari Provinsi yang ada memang sudah melaksanakan enakmen-enakmen 67 baru, baik dengan pembaharuan pada semua bagian enakmen yang ada maupun dengan perkembangan yang sebelumnya sudah ada dalam enakmen terdahulu. Sesuai dengan perubahan-perubahan tersebut, maka undang-undang yang diberlakukan bagi orang Islam di negara-negara bagian di Malaysia sekarang berubah sebagai berikut 68 : 1 Enakmen Peraturan Keluarga Islam. 2 Enakmen Undang-undang Keluarga Islam. 3 Enakmen Peraturan Peradilan Agama. 4 Enakmen Kanun Pidana Syari’ah. 5 Enakmen Peraturan Agama Islam dan Adat Resam Melayu. 67 Enakmen adalah undang-undang yang diperbuat oleh dewan Negeri termasuk yang diperbuat oleh bagian-bagian Tanah Melayu sebelum merdeka. 68 Enakmen undang-undang Keluarga Islam Malaysia 6 Enakmen Kawalan dan Sekatan Pengembangan Agama-Agama Bukan Islam. 7 Enakmen Peraturan Hukum Syari’ah. 8 Enakmen Acara Mal Syari’ah. 9 Enakmen Acara Pidana Syari’ah. 8 Enakmen Keterangan Peradilan Agama. 9 Enakmen Peraturan Perkara Ehwal Agama Islam. 10 Enakmen Zakat dan Fitrah. 11 Enakmen Pengawalan Sekolah-sekolah Agama Islam. 12 Ordinan Majlis Islam pengesahan. 13 Enakmen Acara Sivil Syari’ah. 14 Enakmen Kanun Pidana Syari’ah. 15 Enakmen Kanun Prosuder Mal Syari’ah.

B. Kedudukan Undang-undang Keluarga Islam dalam Mahkamah Syariah di Malaysia