c Kerelaan sendiri
Talak yang dijatuhkan oleh suami terhadap istri adalah atas pilihan, kehendak dan kerelaan  sendiri  tanpa  sebarang  paksaan  dari  pihak  manapun  Sepertimana  sabda
Rasulullah s.a.w :
\H F
P   J-ﻡ 1 2.  4_  EJ ﺱ ﻡ 0 C 2   0
“Ketentuan  hukum  dicabut  dari  umatku  yang  melakukan  perbuatannya  karena keliru, lupa dan dipaksa.”
31
Sekalipun seorang laki-laki itu sempurna syarat-syarat kelayakan diri untuk menceraikan  seorang  perempuan  tetapi  akibat  cerai  yang  dijatuhkan  itu  adalah
terikat dengan dua syarat:32 i.
Perempuan yang diceraikan itu adalah istrinya yang sah. ii.
Ia masih didalam kekuasaanya, sekalipun dalam iddah raj’i. Menurut  Dr.  Wahbah  Zuhaili  dalam  kitab  Fiqh  Islam  wa  Adillatuhu
Terdapat tiga syarat bagi suami yang menjatuhkan talak pada istri: i.
Bahwa talak bagi keperluan yang masuk akal. ii.
Bahwa istri dalam keadaan yang suci, tidak disetubuhi iii.
Bahwa talak yang dijatuhkan berlainan dan tidak lebih dari satu.
33
E. Prosedur Talak Dalam Islam
31
Muhammad Jawad Al-Mughniyah, Fiqih Lima Mazhab terjemahan oleh Masykur A.B. dan Afif Muhammad Jakarta, Lentera: 2007, Cet. 19, h. 442.
32
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,   Jakarta, Kalam Mulia: 1990, jilid 8, h.10
33
Wahbah Zuhaili, Al Fiqh Islamiy Wa Adillatuhu,  Beirut Lebnon : Dar Al-Fikr,
Talak  menurut hukum Islam adalah  satu terapi atau satu obat hingga  harus dipandang  talak  sebagai  sebagian  dari  solusi  dan  tidak  dipandang  sebagai
sebagian  problema.  Talak  merupakan  satu-satunya  jalan  untuk  menyelesaikan
masalah rumah tangga apabila terjadi percekokan antara suami dan istri. Bahkan
sebagai  salah  satu  syariat  dari  Allah  s.w.t    yang  mesti  diikuti  oleh  hambanya. Talak  diyakini  mempunyai  tujuan  yang  luhur  disamping  rahasia-rahasia  yang
terkandung di dalamnya. Sabda Rasulullah s.a.w :
ﺏ ,-.ﺱ0 1 2.  .3  4ﺱ
-     5  6  78 ﺏ :
9 1; ﻡ ﺏ 0 =0 =4ﺏ  0
Artinya: “Dari  Ibnu  Umar  Rasulullah  SAW  bersabda:  Perbuatan  yang  halal  yang
sangat dibenci Allah adalah talak.”  HR. Abu Daud dan Ibnu Majah.
34
Dari  hadist  diatas  dapatlah  diambil  intisari  dari  kata
78ﺏ
yang  paling dibenci,  disimpulkan  bahwa  Islam  tidak  menyukai  talak  karena  talak  itu  adalah
perkara yang jelek. Namun dari kata “halal” diambil kesimpulan bahwa talak itu boleh.  Oleh  karena  itu  ungkapan  yang  dimaksudkan  syarak  itu  jelek  tetapi
mengandung maksud satu saat dapat dipergunakan sebagai pintu keluar darurat.
35
Agar  tidak  termasuk  kelompok  yang  di  benci  Allah  dan  RasulNya,  kita harus  menempatkan  talak  pada  posisi  akhir  ketika  sudah  tidak  ada  pilihan.  Itu
34
Abu  Bakar  Muhamad,  Terjemahan  Subulussalam,  Surabaya,  Al-Ikhlas,  1995,  Jilid  3, Cet.1, h 609
35
Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam Jakarta:Cv Pustaka Setia,2000,  h. 149
berarti  harus  melewati  prosedur  yang  diajarkan  dalam  Islam  sesuai  dengan tahapan-tahapan yang telah digariskan. Di dalam Al-Quran sendiri telah memberi
tuntunan secara rinci, suatu idikasi bahwa syariat ini mempunyai komitmen yang tinggi bahwa perkawinan berlangsung sekali untuk selamanya.
Sebagaiman firman  Allah s.w.t:
OJ; v-4Š O h 2
k 6; ` `
BCK]KL 4. — š
V šR 4.
™ŸO5 ; CK]e
V ¡OG
eKO z
Q¢–
`
Artinya: “......dan Bagaimana kamu mengambilnya kembali  padahal kamu telah bergaul  satu  sama  lain  sebagai  suami  istri.  Dan  mereka  istri-istrimu
telah mengambil perjanjian yang kuat ikatan pernikahan dari kamu. An-Nisa’: 21
Oleh  karena  itu,  hanya  karena  hal  yang  memang  sulit  dihindari  saja  maka sebuah  rumah  tangga  ini  boleh  diakhiri  dengan  talak.  Dalam  mengharungi
kehidupan  di  alam  perkawinan  perlu  disadari  bahwa  tidak  semuanya menyenangkan. Namun, terkadang terperangkap  dalam  kesulitan dan kesusahan.
Hidup  ini  seperti  roda  di  dalam  kehidupan,  semuanya  datang  dan  pergi  silih berganti.
36
Karena  itu,  hendaklah  kita  hadapi  semua  dinamika  hidup  ini  dengan menerimanya sebagai filosofi kehidupan bahwa segala suatu itu akan berganti dan
segala  sesuatu  itu  tidak  kekal.  Untuk  itu,  dibutuhkan  kearifan  dan  kewajaran dalam  menerima  keadaan.  Jadi,  jika  marah  terhadap  istri  wajar-wajar  saja  dan
36
Ibid., h.150
jangan  berlebihan  seperti  merusak  benda-benda  yang  payah  diusahakan, menyakiti dan melukai istri, bahkan sampai menjatuhkan talak hanya karena hal-
hal  yang  sepele  dan  hanya  karena  timbul  kebencian  pada  satu  perbuatan  si  istri, pelayanan yang kurang dan lain-lain. Dan telah disebut di dalam Al-Quran bahwa
telah diingatkan untuk bertindak  bijaksana dalam  menghadapi  situasi  yang tidak menyenangkan  dalam  kehidupan  rumah  tangga,  bersabar  sambil  berharap  suatu
kebaikan akan timbul sesudahnya. Sepertimana firman Allah s.w.t:
01 23 4 5,6 7
89:4 ;
= ?4 A
BC 8 DEF
;7 G:
HIBFJ =;
+, I8  KL 8IO4P
QR 4 .
7 4
+, I8 ST ;
U V
4WX 24
Y4Z[ .
Y:\G 4]1 +, I [_
49; [
9F S .
+, I8 STIEFJ ` a
8 I4F Hb O
=  0 A; c7
-d eBF5
eFf=g Q–L
9 `
Artinya:“Wahai  orang-orang  yang  beriman..tidak  halal  bagi  kamu  mewarisi perempuan  dengan  jalan  paksa  dan  janganlah  kamu  menyusahkan  mereka
karena  hendak  mengambil  kembali  sebagian  dari  apa  yang  telah  kamu berikan kepadanya, kecuali apabila mereka melakukan perbuatan keji yang
nyata,  dan  bergaullah  dengan  mereka  dengan  cara  yang  patut.  Jika  kamu tidak  menyukai  mereka,  maka  bersabarlah  karena  boleh  jadi  kamu  tidak
menyukai  sesuatu,  padahal  Allah  menjadikan  kebaikan  yang  banyak kepadanya.”                       An-Nisa’: 19
Ayat  di  atas  mengingatkan  kepada  kita,  bagaimana  cara  menghadapi  situasi yang sukar dan untuk tidak berlebihan serta tidak terburu-buru menjatuhkan talak.
Setiap peristiwa itu ada hikmah dibaliknya.
Islam mengajar suami supaya memberi nasihat dan mengadakan penyelesaian yang  terlebih  baik  terlebih  dahulu  terhadap  istri  sebelum  perceraian  dilakukan.
Sebagaimana firman Allah s.w.t:
9•6,E•F ™Ÿ89 i 8 6
— 49
7 G:
S .
=jL c7
D 0=L 4. —
49 šR 4.
7 S
.; 8KVŠ
, BC 0
i;8 K•
£• •• 4Pe
6 •
K - \
O4 ‰
S .
- c7
`\l ;
4 8 …† Iy8KZ ¤
…† I8‘K +, I 9FK¥I
; —
W †•[o
=LS +, I8.
 ;
 BCK];e  
= 8B
+,qB 49
O ]¦
} V
7 ™Ÿ6J
d 49
eF ]=g
QE
` :
`
Artinya: “Laki-laki suami itu pelindung bagi peremouan  istri karena Allah relah melebihkan  sebagian  mereka  laki-laki  atas  sebagian  yang  lain
perempuan, dan karena mereka laki-laki telah memberikan nafkah dan hartanya.  Maka  perempuan-perempuan  yang  saleh  adalah  mereka  yang
taat  kepada  Allah  dan  menjaga  diri  ketika  suaminya  tidak  ada,  karena Allah  telah  menjaga  mereka.  Perempuan-perempuan  yang  kamu
khawatirkan  nusyuz,  hendaklah  kamu  beri  nasihat  kepada  mereka, tinggalkan  mereka  di  tempat  tidur  pisah  ranjang,  dan  kalau  perlu
pukullah  mereka.  Tetapi  jika  mereka  mentaatimu,  maka  janganlah  kamu mencari-cari  alasan  untuk  menyusahkannya.  Sesungguhnya  Allah  Maha
Tinggi lagi  Maha Besar.”                                                       An-Nisa’: 34
Dari  keterangan  dalil  diatas  dan  apa  yang  di  sarankan  oleh  hukum  syarak dapat dibuat penjelasan bahwa prosedur talak dalam Islam adalah seperti berikut:
1 Berusaha untuk damai atau islah
Di dalam surat An-Nisa’ ayat 128,  Allah s.w.t berfirman:
V; z 5 B
• 6 h J,
 4. y8KZŠ
 e–
h 9 V =
:9o 7
SqB 4{
•9 S{•;e 4.
¨ x
• ;
BF5 C;[©-t;
ª¨KŠTh +—Z
V; 89e[ 
8KVŒP ;
…Ÿ 7
™Ÿ6J S
. ™Ÿ8  S
eF ]5
Q–¢ `
: a
Artinya:  “...dan  jika  seorang  perempuan  khawatir  suaminya  akan  nusyuz  atau bersikap tidak acuh, maka keduanya dapat mengadakan perdamaian yang
sebenarnya,  dan  perdamaian  itu  lebih  baik  bagi  mereka  walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu memperbaiki bergaul
dengan  istrimu  dan  memelihara  dirimu  dari  nusyuz  dan  sikap  acuh  tak acuh,  maka  sesungguhnya  Allah  Maha  teliti  terhadap  apa  yang  kamu
kerjakan..”                                       An-Nisa’:128
Apa  yang  dapat  kita  ambil  pengajaran  dari  ayat  tersebut  adalah  bagaimana istri  bertindak  menghadapi  suami  yang  marah.  Dia  harus  berusaha  mencari  titik
temu dan jalan damai atau bermusyawarah untuk mencari penyelesaian .
37
Di samping  itu,  istri  harus  introspeksi diri,  mungkin kesalahan  itu datangnya daripada  istri  menyebabkan  si  suami  marah,  kurang  memperhatikan  suami,  atau
terlalu  sibuk  dengan  kegiatan  sosial  atau  ekonomi.  Mungkin  juga  ada  tindakan atau perbuatannya yang tidak berkenan di hati suami atau perlakuan yang kurang
baik  terhadap  mertua  dan  lain-lain.  Untuk  itu  istri  perlu  berusaha  memperbaiki kesalahannya,
melunakkan hatinya
suaminya dan
menyenangkannya, mendinginkan suasana, bertutur sopan, berhias diri dan cara lainnya. Pertengkaran
37
Ibid., h. 152
juga dapat terjadi akibat adanya kesalahan pada pihak suami sehingga memancing kemarahan istri
Jadi  untuk  memperbaiki  situasi  seperti  ini,  salah  seorang  daripada  mereka harus  mengakui  kesalahan  atau  pura-pura  mengaku  salah.  Kalau  salah  seorang
mengambil  inisiatif  dengan  mengaku  kesalahan,  situasinya  akan  lain  yaitu menjadi  agak  dingin.  Kalau  salah  satu  tidak  melayani  yang  lain,  bersikap
mengalah  atau  diam,  yang  lain  akan  berhenti  sendiri,  dan  apalagi  kedua-duanya mengaku kekhilafan.
2 Mengisolasikan dan memberi pelajaran fisik
Apabila  cara  pertama  tidak  berhasil,  dapat  menggunakan  cara  kedua  yaitu  al- hajru, mengisolasi istri, seperti yang telah disebut dalam firman Allah s.w.t :
9•6,E•F ™Ÿ89 i 8 6
— 49
7 G:
S .
=jL c7
D 0=L 4. —
49 šR 4.
7 S
.; 8KVŠ
, BC 0
i;8 K•
£• •• 4Pe
6 •
K - \
O4 ‰
S .
- c7
`\l ;
4 8 …† Iy8KZ ¤
…† I8‘K +, I 9FK¥I
; —
W †•[o
=LS +, I8.
 ;
 BCK];e  
= 8B
+,qB 49
O ]¦
} V
7 ™Ÿ6J
d 49
eF ]=g
QE
` :
`
Artinya:  “Laki-laki  suami  itu  pelindung  bagi  peremouan  istri  karena  Allah relah  melebihkan  sebagian  mereka  laki-laki  atas  sebagian  yang  lain
perempuan, dan karena mereka laki-laki telah memberikan nafkah dan hartanya.  Maka  perempuan-perempuan  yang  saleh  adalah  mereka  yang
taat  kepada  Allah  dan  menjaga  diri  ketika  suaminya  tidak  ada,  karena Allah  telah  menjaga  mereka.  Perempuan-perempuan  yang  kamu
khawatirkan  nusyuz,  hendaklah  kamu  beri  nasihat  kepada  mereka, tinggalkan  mereka  di  tempat  tidur  pisah  ranjang,  dan  kalau  perlu
pukullah  mereka.  Tetapi  jika  mereka  mentaatimu,  maka  janganlah  kamu mencari-cari  alasan  untuk  menyusahkannya.  Sesungguhnya  Allah  Maha
Tinggi lagi  Maha Besar.”                                                       An-Nisa’: 34
Maksudnya  adalah  menahan  diri  untuk  tidak  tidur  bersama  istri,  sampai muncul  gejala  perbaikan,  dengan  harapan  timbulnya  penyesalan  dan  tentunya
timbulnya  kerinduan.  Kalau  memang  ada  seberkas  harapan  yang  mengarah kepada  kebaikan,  suami  tidak  boleh  mencari-cari  jalan  untuk  menyusahkan
istrinya. Dalam  kebiasaan  masyarakat,  isolasi  dilakukan  dengan  menyerahkan  istri
kepada  orang  tuanya,  supaya  suasana  lebih  dingin.  Walaupun  fungsinya  sama, tindakan  yang  terakhir  ini  dapat  mengundang  masalah  lain  yang  mengeruhkan
suasana. Dengan isolasi istri pada rumah sendiri, hal itu akan lebih dekat ke arah kemaslahatan.
Bila dengan cara ini tidak berkesan atau belum berhasil, suami dapat memberi pengajaran  yang  fisik,  memukul  istri  menurut ash-San’any   yaitu bukan pukulan
seperti  memukul  hamba  atau  hewan.  Oleh  karena  itu,  kita  harus  ingat  esensi tindakan  tersebut.  Kalau  esensinya  mencari  kebaikan,  pukulannya  tidak  boleh
membahayakan  ,  apalagi  menimbulkan  luka  cacat  fisik.  Dengan  demikian  kalau kedua  pihak  baik  kembali,  hal  itu  tidak  menjadi  beban  ekonomis,  apalagi  kalau
marahnya istri tadi karena alasan ekonomi.
3  Mengangkat hakamain dua juru rundingan
38
Kalau tingkat keruwetan ini sudah sedemikian tinggi dan kondisi emosi yang sudah  berlebihan  sehingga  sulit  bagi  mereka  mengatasi  masalah  sendiri,  maka
undanglah  juru  runding  hakam  dari  kedua  belah  pihak  keluarga.  Hakam diperlukan  jika tidak dapat  lagi  berfikir  jernih tingkat egoistis sudah  memuncak,
hati  sudah  masing-masing  panas  maka  pada  hal  situasi  yang  semrawut  tersebut hanya mungkin diatasi dengan cara ini.
Al-Quran  menyebut  juru  runding  ini  sebagai  hakamaini  dua  hakam  dan pencegahan perselisihan. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam al-Quran:
OJ ™Ÿ 9FK
b7 .
BCP:Kg; : i;8
BCK] ;d- 2 C D
BCPOS9 C D
BCOO 4A C D
- d V
™Ÿ89 oBF Q¢
` :
Artinya:  “dan  jika  kamu  khawatir  terjadi  persengketaan  antara  keduanya,  maka kirimlah  seorang  juru  damai  dari  keluarga  laki-laki  dan  seorang  juru
damai dari keluarga perempuan jika keduanya juru damai itu bermaksud mengadakan  perbaikan,  niscaya  Allah  memberi  taufik  kepada  suami  istri
itu. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi maha teliti.                         An- Nisa’:35
Menurut  imam  Malik  apabila  permasalaham  tersebut  sudah  sampai  tingkat hakamain,  keputusan  digantung  padanya.  Hal  ini  karena  pada  hakikatnya  kedua
belah pihak telah menyerahkan secara sepenuhnya seluruh perkara tersebut. Imam Syafi’e berpendapat bahwa, namun mensyaratkan bahwa mereka ynag berperkara
memang  menyerahkan  seluruh  perkaranya  kepada  hakamain  termasuk  untuk memisahkannya.  Kalau  menurut  hakamain  tadi,  perpisahan  adalah  jalan  terbaik,
38
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,   Jakarta, Kalam Mulia: 1990, jilid 8, h.34
biarpun  pahit,  perpisahan  tetap  dilakukan  karena  itu  adalah  jalan  penyelesaian yang sebaiknya untuk kedua belah pihak.
F. Hikmah Talak