termasuk dalam bidang wewenang Peradilan Agama. Selain itu Peradilan Tinggi juga diberi wewenang penuh untuk memutuskan segala kasus-kasus
yang termasuk di bawah bidang wewenangnya dan Peradilan Tinggi Umum tidak mempunyai wewenang untuk menerima permohonan keringanan hukum
terhadap putusan yang sudah dibuat oleh Peradilan Agama dalam kasus-kasus bersangkutan.
D. Talak Menurut Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Perak dan Dasar Hukumnya
Berdasarkan tafsiran dari Enakmen Pentadbiran Mahkamah Syariah, 1984 No. 61984, pasal 2- Tafsiran, ayat 1 “talak” artinya satu cara
perceraian dengan merungkai ikatan perkawinan dengan lafaz talak. Talak dalam Enakmen Undang-undang Keluarga Islam 2004 pada
pasal 47 adalah seorang suami atau seseorang istri yang hendak bercerai hendaklah menyerahkan satu permohonan untuk perceraian kepada
mahkamah dan disertai dengan suatu pengakuan.
82
Manakala talak di luar mahkamah pada pasal 125 adalah Seorang laki-laki yang menceraikan istrinya dengan melafazkan talak
dalam apa-apa bentuk di luar mahkamah dan tanpa kebenaran mahkamah adalah melakukan suatu kesalahan dan hendaklah dihukum
82
Enakmen 6 Tahun 2004 Undang-undang Keluarga Islam Negeri Perak
denda tidak melebihi Satu Ribu Ringgit atau Penjara Tidak Melebihi Empat Bulan atau kedua-duanya denda dan penjara.
83
Adapun dasar hukum yang digunakan oleh Enakmen Undang-undang Keluarga Islam di Malaysia adalah seperti yang telah ditetapkan dalam Islam
yang termaktub di dalam al-Quran, al-Sunnah dan al-Ra’yu yang terkandung di dalamnya Ijma’, Ijtihad, Qiyas, Istihsan, Maslahah Mursalah, Saddu
zari’ah dan Urf. Dan Prosedur ini telah ditetapkan dan diluluskan oleh Pejabat
Agama Islam dan Jabatan Kehakiman di Malaysia dengan mengikuti undang- undang perkawinan dan perceraian yang terdapat dalam perundangan Islam.
Pada umumnya dasar yang digunakan dalam menetapkan undang- undang keluarga Islam di Malaysia adalah hukum Islam mazhab Syafi’ie. Salah
satu referensi aliran Syafi’iyah yang digunakan untuk mengatur Enakmen Undang-undang keluarga Islam di Malaysia ialah Kitab Perundang-undangan
Mazhab Syafie
E. Tatacara penjatuhan talak di hadapan Mahkamah Syariah Negeri Perak.
Untuk memastikan roh dan semangat perceraian yang di benarkan oleh Islam itu dapat dilaksanakan secara ma’ruf, maka hampir keseluruhan Akta Enakmen
undang-undang Keluarga
Islam Negeri-Negeri
di Malaysia
telah memperuntukkan satu pasal khas berkenaan permohonan perceraian, sebagai
contohnya pasal 47 Enakmen Undang-undang Keluarga Islam Negeri Perak 1984
83
Enakmen 6 tahun 2004 Undang-undang Keluarga Islam Negeri Perak
menjelaskan dengan terperinci tatacara yang perlu diikuti oleh pihak-pihak yang ingin memohon perceraian seperti berikut:
1 Seorang suami dan istri yang hendak bercerai, hendaklah mengajukan permohonan untuk perceraian kepada Mahkamah dalam blangko yang ditetapkan,
disertai dengan suatu pengakuan yang sah yang mengandung: a
Butir-butir mengenai perkawinan itu, nama, umur danjenis kelamin anak, jika ada hasil dari perkawinan itu;
b Butir-butir mengenai fakta-fakta yang memberi bidang kuasa kepada
Mahkamah di bawah pasal 42; c
Butir-butir mengenai apa-apa prosiding yang dahulu mengenai hal ihwal suami istri diantara pihak-pihak itu;
d Suatu pernyataan tentang sebab-sebab hendak bercerai;
e Suatu pernyataan tentang apa-apa masalah dan jika ada apakah langkah-
langkah yang diambil untuk mencapai perdamaian; f
Syarat-syarat perjanjian berkenaan dengan nafkah dan tempat kediaman bagi istri dan anak-anak dari perkawinan itu, jika ada peruntukkan bagi
pemeliharaan dan penjagaan anak-anak dari perkawinan itu, jika ada pembagian aset yang diperolehi melalui usaha bersama pihak-pihak itu,
jika ada tiada sesuatu persetujuan tersebut telah tercapai, cadangan pemohon mengenai hal itu, dan;
g Butir-butir mengenai perintah yang diminta.
Dari ketentuan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang suami atau istri yang hendak bercerai, hendaklah membuat permohonan ke Mahkamah untuk
penceraian itu agar mahkamah memberi satu perintah penceraian atau membenarkan suami melafazkan cerai atau mengeluarkan perintah mengesahkan
perceraian tersebut. 2 Setelah menerima sesuatu permohonan untuk perceraian. Mahkamah hendaklah
menbuat surat panggilan yang diserahkan kepada para pihak bersama dengan satu salinan permohonan itu dan pengakuan yang sah yang dibuat oleh pemohon, dan
surat panggilan itu hendaklah mengarahkan para pihak itu hadir dihadapan mahkamah ia bagi membolehkan mahkamah memeriksa baik pihak-pihak yang
setuju atau tidak terhadap perceraian itu. 3 Jika pihak satu lagi setuju terhadap perceraian dan mahkamah setuju setelah
dibuktikan bahwa perkawinan itu telah berpecah belah dengan tidak dapat didamaikan, maka mahkamah menetapakan suami untuk melafazkan satu talak di
hadapan mahkamah. Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa, jika pihak-pihak setuju
dengan permohonan perceraian itu dan mahkamah telah setuju bahwa perkawinan itu tidak dapat didamaikan pada peringkat ini, maka mahkamah menetapkan
suami supaya memberi satu talak dihadapan mahkamah. 4 Mahkamah hendaklah mengarsipkan satu talak itu, dan hendaklah menghantar
satu salinan itu yang diakui kepada pendaftar yang berkenaan dan kepada ketua pendaftar untuk didaftarkan.
Ayat diatas menerangkan bahwa tugas mengarsipkan talak itu perlu di buat oleh mahkamah wajib ada satu buku laporan mahkamah yang tertib dan terjamin
kesahannya:
5 Jika salah satu pihak tidak setuju dengan perceraian tersebut dan mahkamah juga berpendapat masih ada kemungkinan kecocokan diantara keduanya . Maka dalam
hal ini mahkamah hendaklah segera mungkin yang boleh melantik suatu kewenangan pendamai, terdiri dari seorang pegawai agama sebagai ketua dan dua
orang lain. Seorang untuk seorang suami dan seorang lagi bagi istri, dan merujukkan itu kepada pihak yang berwenang.
Dari penjelasan ketentuan Undang-undang ayat diatas dapat dirumuskan bahwa jika pihak yang satu lagi tidak setuju dengan perceraian itu karena alasan-
alasan tertentu maka hendaklah dilantik satu kewenangan Pendamai yang terdiri daripada seorang pegawai agama, sebagai pengerusi dan dua orang lain yaitu
seorang bertindak bagi pihak suami dan seorang lagi bertindak bagi pihak istri.kewenangan ini adalah untuk mengambil tindakan terhadap kemungkinan
yang cocok untuk berdamai antara pihak-pihak. 6 Untuk melantik dua orang itu di bawah subpasal 5, mahkamah hendaklah, jika
memungkinkan memberi keutamaan kepada kerabat para pihak yang lebih tahu persoalan yang dihadapi para pihak.
Dari ayat 6 ini dapat difahami bahwa mahkamah memberi keutamaan kepada kerabat para pihak yang lebih tahu akan persoalannya itu dan juga tahu hukum
agama. 7 Mahkamah boleh memberi arahan-arahan kepada pihak yang berwenang sebagai
pendamai itu, dan ia hendaklah menjalankannya menurut arahan-arahan itu. Mahkamah boleh memberi arahan-arahan kepada pihak yang berwenang yang
menangani para pihak yang berperkara.
8 Jika wewenang itu tidak setuju tentang ia menjalankan perdamaian, mahkamah
boleh memecat yang berwenang itu dan melantik yang lain untuk menggantikannya.
9 Yang berwenang itu hendaklah berusaha mencapai perdamaian dalam waktu
enam bulan dari tanggal ia dibentuk atau dalam tempo yang lebih lama menurut seperti yang dizinkan oleh mahkamah.
10 Yang berwenang itu hendaklah meminta pihak-pihak itu hadir dan hendaklah
memberi tiap-tiap seorang dari mereka peluang untuk didengar dan mendengar orang-orang lain dan membuat permeriksaan yang difikirkannya patut dan boleh.
Jika ia fikirkan dia perlu menangguhkan prosedurnya dari waktu ke waktu. Wewenang kedua boleh bertindak meminta pihak-pihak yang hadir dan
memberi peluang kepada seseorang dari mereka untuk memberi pandangan dan fikiran.
11 Jika wewenang pendamai itu tidak dapat mencapai perdamaian dan tidak dapat
membujuk pihak-pihak itu supaya kembali bersama sebagai suami istri, jawatan kuasa itu hendaklah mengeluarkan suatu pengakuan tentang hal yang demikian itu
dan tidak boleh melampirkan pada pengakuan itu. Alasan yang difikirkannya berkaitan dengan nafkah dan pemeliharaan anak-anak belum dewasa dari
perkawinan itu. Jika berhubungan dengan pembahagian harta dan hal-hal lain berhubungan dengan perkawinan itu. Selanjutnya jika jawatan kuasa pendamai itu
gagal mencari penyelesaian, jawatankuasa boleh mengemukakan alasan yang difikirkan yang patut berkenaan dengan nafkah, muta’ah, hadhanah dan harta
bersama dan pengakuan itu dikemukakan kepada mahkamah.
12 Tiada seorang pembela atau pengacara boleh hadir atau bertindak bagi pihak-
pihak dalam satu prosedur dihadapan sesuatu jawatankuasa pendamai dan tiada sesuatu pihak boleh diwakili oleh siapapun juga, selain dari seorang ahli
keluarganya yang karib, tanpa keizinan pihak berwenang pendamai itu. 13
Jika jawatan kuasa itu melaporkan kepada mahkamah bahwa perdamaian telah tercapai dan pihak-pihak itu rukun kembali bersama sebagai suami istri dan
mahkamah hendaklah menolak permohonan untuk perceraian itu. Jika jawatan kuasa yang kedua ini dapat mencapai persetujuan kedua-
dua pihak ini untuk hidup kembali sebagai suami istri maka jawatankuasa itu hendaklah membuat laporan kepada mahkamah dan mahkamah hendaklah
menolak perceraian seperti dalam blangko permohonan ini. 14
Jika jawatankuasa mengemukakan kepada mahkamah suatu pengakuan bahwa ia tidak dapat mencapai perdamaian dan tidak dapat membujuk pihak-pihak
supaya rukun kembali bersama sebagai suami istri, mahkamah hendaklah menyuruh suami yang berkenaan itu melafazkan talaq satu dihadapan mahkamah,
jika mahkamah tidak mendapatkan si suami tidak hadir di depan mahkamah untuk melafazkan talak satu, atau jika suami itu enggan melafazkan talak satu, maka
mahkamah hendaklah merujuk kasus itu kepada hakam untuk tindakan menurut subpasal 45. timbang tara oleh hakam.
15 Kehendak subpasal 5 tentang rujukan kepada suatu jawatankuasa pendamai
tidak terpakai dalam sesuatu kasus. a.
Dimana pemohon bahwa dia telah ditinggalkan langsung oleh pihak yang satu dan tidak tahu dimana pihak yang satu lagi itu berada.
b. Dimana pihak yang satu lagi itu berdomosili di luar Malaysia Barat dan
yang lain tidak mungkin masuk ke dalam wewenang c.
Mahkamah berkenaan dalam masa enam bulan setelah tanggal permohonan itu.
d. Dimana pihak yang satu sedang dipenjara selama waktu tiga tahun atau
lebih. e.
Dimana pemohon mengatakan bahwa pihak yang satu sedang mengidap penyakit otak yang tidak dapat disembuhkan atau;
f. Dimana mahkamah setuju bahwa ada hal keadaan yang luar biasa yang
menyebabkan rujukan kepada suatu jawatan kuasa pendamai tidak berhasil. 16
Sesuatu talak raj’i yang di lafazkan oleh suami melainkan dibatalkan terlebih dahulu, sama ada secara nyata atau tafsiran, atau dengan perintah
mahkamah, tidak boleh berkuat kuasa untuk membubarkan perkawinan itu sehingga tamatnya tempoh iddah.
17 Jika istri hamil pada masa talak itu dilafazkan atau pada masa perintah itu
dibuat, talak atau perintah itu tidak boleh berkuat kuasa untuk membubarkan perkawinan itu sehingga berakhir kehamilan.
BAB IV
GAMBARAN UMUM MENGENAI KASUS TALAK DI NEGERI PERAK
A. Faktor-faktor yang menyebabkan berlakunya talak di Negeri Perak.