Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ajaran Islam yang dikenal dengan agama yang tidak hanya mengurusi masalah-masalah ibadah saja tetapi ajaran yang begitu kompleks, yang menyeluruh baik masalah aqidah, ibadah, akhlaq sampai kepada masalah muamalah antar sesama. Islam sangat mengatur urusan muamalah antar manusia baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial dan sebagainya. Manusia diciptakan oleh Allah didunia ini sebagai utusan di muka bumi khalifah fil ardh dan karenanya harus mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada Allah SWT. Apabila kita berbicara masalah muamalah, kita tidak terlepas dari masalah yang sangat penting untuk kehidupan kita yaitu permasalahan dibidang ekonomi yang merupakan bidang terpenting dalam kehidupan ini demi terciptanya kehidupan yang sejahtera juga kehidupan yang selalu berkah dibawah naungan Allah SWT. Untuk terciptanya ekonomi yang sesuai dengan aturan main Islam maka diciptakanlah konsep ekonomi syariah yang bertujuan mewujudkan tingkat pertumbuhan ekonomi jangka panjang dan memaksimalkan kesejahteraan manusia falah 1 serta mengharamkan praktek maghrib Maisir, Gharar, Riba yang berlandaskan berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Hadist. Falah berarti terpenuhinya kebutuhan individu masyarakat dengan tidak mengabaikan keseimbangan makro ekonomi kepentingan sosial, kepentingan ekologi dan tetap memperhatikan nilai-nilai keluarga dan norma- norma. 2 Maka dalam ekonomi syariah menciptakan bisnis syariah yang mengedepankan bisnis secara Islam sesuai dengan syariah agar meraih keuntungan tidak menghalalkan segala cara. Di negara Indonesia yang terkenal dengan sebutan negara agraris ternyata tidak sedikit yang melakukan kegiatan ekonomi dengan cara berbisnis. Sekitar tahun 1992, muncullah bank yang kegiatan usahanya sesuai dengan syariah. Pada saat itulah mulai pertumbuhan ekonomi yang berlandaskan syariah mulai berkembang pesat terlebih lagi bukan dilembaga keuangan saja seperti perbankan melainkan lembaga keuangan non bank juga banyak yang muncul di negara agraris ini. Roda perekonomian yang berkembang cukup pesat ternyata tidak juga seimbang dengan masalah-masalah sosial yang terjadi dimasyakarakat dalam suatu 1 Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta, EKONISIA kampus FE UII,2004, edisi 2, h.5. 2 Ibid., h.5 daerah. Untuk mengatasi masalah sosial tersebut maka banyak didirikanlah yayasan yang sudah dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. 3 Yayasan secara mudah dapat dikatakan sebagai lembaga yang didirikan bukan untuk mencari laba semata nirlaba, walaupun dalam perjalanannya ia membutuhkan dana yang diperoleh dari kegiatan bisnis, hal ini tetap berarti bahwa kegiatan bisnis hanya untuk perolehan dana saja bukan kegiatan utama yayasan. Salah satu kategori lembaga nirlaba adalah berdasarkan sumber dana sources of funding. Untuk itu, setiap bentuk lembaga akan terbagi sebagai berikut : 4 a. Lembaga komersial, yaitu lembaga yang dibiayai oleh laba atau keuntungan dari kegiatannya b. Lembaga pemerintahan, yaitu lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat pajak dan retribusi c. Lembaga nirlaba, yaitu lembaga lembaga yang dibiayai oleh masyarakat lewat donasi atau sumbangan Di Indonesia, banyak sekali masalah sosial yang belum teratasi terutama masalah kemiskinan yang melanda negeri ini. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, Negara tidak mungkin hanya mengandalkan dari lembaga komersial dan lembaga pemerintahan tetapi negara ini juga butuh adanya suatu lembaga nirlaba yang bergerak dibidang sosial yang dapat menyelesaikan masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia khususnya. 3 Pahala Nainggolan, Akuntansi Keuangan Yayasan dan Lembaga Nirlaba Sejenis, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005, Edisi Pertama, h.1 4 Ibid., h.1-2 Lembaga nirlaba ternyata mempunyai peranan penting dalam mengatasi masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran dan sebagainya. Contoh salah satu lembaga nirlaba yang sangat penting berperan aktif mengatasi masalah sosial di negara ini yaitu Organisasi Pengelola Zakat OPZ yang didirikan dan dikelola oleh pemerintah dan swasta. Organisasi yang mengurusi pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqoh yang dikelola oleh pemerintah yaitu berbentuk Badan Amil Zakat BAZ, sedangkan organisasi pengelola dibawah pemerintah yang didirikan oleh swasta atau mesyarakat yaitu Lembaga Amil Zakat LAZ. Lembaga ini merupakan lembaga yang hanya ada dalam sistem keuangan Islam, karena Islam mendorong umatnya untuk menjadi sukarelawan dalam beramal volunteer. 5 Dana lembaga ini berasal dari dana zakat yang hanya boleh dialokasikan untuk kepentingan sosial. Lembaga ini berdiri dengan tujuan sebagai fasilitator bagi masyarakat yang ingin menginfakkan hartanya, bersedekah dan yang lebih utamanya lagi sebagai fasilitas untuk mengeluarkan zakat. Zakat merupakan salah satu tiang utama ajaran Islam yang memiliki keunikan tersendiri, selain merupakan rukun Islam yang ketiga yang memiliki dimensi ibadah yang kuat, pengaruh zakat juga sangat besar dalam aktifitas sosial ekonomi kemasyarakatan. Zakat merupakan suatu mekanisme yang mengontrol keseimbangan atau stabilitas dalam dinamika masyarakat, baik secara ekonomi maupun secara sosial. Zakat juga menjaga stabilitas hubungan golongan kaya dan miskin, sebagai 5 Heri, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 9. alat sosialisasi bagi setiap individu dalam Islam dan tentu saja fungsi utamanya berperan sebagai ibadah bagi manusia sesuai dengan tuntunan Allah SWT. 6 Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa ajaran Islam sangat mewajibkan seorang muslim untuk mengeluarkan hartanya dalam bentuk zakat, sebagaimana Allah telah menerangkan didalam Al-Qur’an yang sangat banyak sekali ayatnya memerintahkan kewajiban umat muslim dalam membayar zakat. Contohnya salah satu ayat Al – Qur’an yang mewajibkan umat Islam untuk berzakat yaitu dalam surat Al – Baqarah 2 : 110 yang berbunyi : ☺ ☺ ☺ ةﺮﻘﺑﻟا : Artinya : ”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan”. Dari uraian diatas mengenai kewajiban berzakat, maka kewajiban seorang muslim adalah membuat organisasi yang terstruktur untuk mengumpulkan dan juga mengelola kemudian menyalurkan dana zakat. Organisasi yang telah berdiri saat ini yang mengurusi dana zakat dinamakan Organisasi Pengelola Zakat OPZ yang terdiri dari BAZ dan LAZ. 6 Mustafa Edwin Nasution, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Seminar “Potensi Lembaga Keuangan, Universitas Islam Negeri, Rabu 17 Januari 2007 Organisasi Pengelola Zakat OPZ merupakan organisasi sosial yang menjalankan aktivitasnya tidak berorientasi menghasilkan keuntungan semata atau organisasi nirlaba Tabarru. Kegiatan utama organisasi jenis ini tidak ditujukan untuk meraih keuntungan secara materi. Kelangsungan hidup organisasi sangat tergantung dari berbagai sumbangan yang diberikan oleh pihak – pihak yang percaya kepada organisasi tersebut. Keterikatan antara para donatur dan organisasi biasanya disebabkan adanya kesamaan visi dan misi dari kedua belah pihak tersebut. Termasuk dalam jenis ini antara lain organisasi sosial, dakwah, dan organisasi pemberdayaan masyarakat. Organisasi pengelolaan zakat didalamnya BAZ dan LAZ termasuk dalam kategori jenis ini. 7 Keberadaan zakat sebagai sebuah instrumen sosial ekonomi, memiliki aspek historis tersendiri pada masa kejayaan Islam. Zakat sebagai sebuah elemen dalam dimensi perekonomian telah memainkan peranan penting dalam membentuk aspek fiskal dalam struktur perekonomian sebuah negara, bahkan dalam sejarah pemerintahan Islam bagi individu yang tidak membayar zakat dianggap telah melakukan kejahatan pada sistem keuangan dalam sebuah pemerintahan. Semenjak tahun 1999 Indonesia telah memiliki Undang-Undang tentang zakat yaitu UU No. 38 tahun 1999 yang secara subtansi UU tersebut memberikan aturan dan pola hubungan antara lembaga amil zakat baik yang dikelola masyarakat ataupun oleh pemerintah. Sekitar 6 tahun pasca UU zakat tersebut disahkan, perkembangan 7 Hertanto Widodo, AK., dan Teten Kustiawan, AK., Akuntansi dan Manajemen Keuangan Untuk Organisasi Pengelola Zakat, Jakarta: Institusi Manajemen Zakat, 2001, h.3-4 pengelolaan dana zakat dan pemanfaatannya dirasakan belum optimal jika dilihat dari potensi yang dimilikinya. 8 Hal ini dikarenakan oleh beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, salah satunya adalah dari sisi manajemen pengelolaan dana zakat dan manajemen SDM OPZ. Organisasi yang berbentuk sosial seperti Organisasi Pengelola Zakat OPZ agar tetap eksis keberadaannya di tengah-tengah masyarakat maka organisasi ini sangat membutuhkan sekali kepercayaan penuh dari masyarakat. Agar masyarakat memiliki kepercayaan terhadap organisasi pengelola zakat OPZ maka kewajiban OPZ harus bekerja penuh dengan amanah dan profesional terutama dalam pengelolaan dan penyaluran dana zakat dengan melakukan trasparansi dan akuntabilitas. Untuk itu OPZ harus benar-benar dapat mengembangkan organisasinya atau lembaganya agar dapat berkembang dan memiliki kepercayaan yang baik dari masyarakat. Dari uraian di atas telah kita ketahui bahwa betapa pentingnya dana zakat yang terkumpul untuk dikelola secara baik melalui organisasi pengelola zakat dan juga diharapkan zakat ini sebagai solusi untuk mengatasi kemiskinan yang masih terjadi dinegara ini. Apalagi sekarang sudah banyak berkembang dan berdiri organisasi pengelola dana zakat baik berbentuk lembaga maupun yayasan yang didirikan oleh masyarakat untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial khususnya menghapus kemiskinan. 8 Muhammad Amin Suma, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Seminar “Potensi Lembaga Keuangan Sosial Dalam Sistem Keuangan Syariah Di Indonesia” Universitas Islam Negeri, Rabu 17 Januari 2007. Potensi zakat di Indonesia sungguh berpeluang besar bagi perekonomian umat. Hal ini terbukti dari jumlah penduduk muslim terbesar di dunia. Yang wajib zakat sekitar 80 juta penduduk. 9 Dari data sebuah penelitian bahwa Bank Dunia IDB mengeluarkan pernyataan bahwa 49 dari seluruh penduduk Indonesia hidup dalam kondisi miskin atau berpotensi menjadi miskin. Kalau dihitung perkepala, artinya ada 108,78 juta penduduk Indonesia hidupnya susah dari kurang lebih 220 juta. Memang sudah tidak bisa dipungkiri lagi bahwa, kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar yang dihadapi bangsa Indonesia mengawali tahun 2007. 10 Semakin seringnya pemerintah merancang program pengentasan kemiskinan, semakin bertambah angka kemiskinan itu sendiri artinya implementasi dari hasil program sangat jauh dari yang diharapkan. Pemerintah menggembor-gemborkan akan memfasilitasi dan mengembangkan bisnis sektor riil menengah kebawah namun nyatanya malah ada dana macet sekitar 200 triliyun yang terdaftar di Sertifikat Bank Indonesia. Itu artinya apa? Terdapat dana mandek dengan jumlah 200 triliyun. Siapa yang harus bertanggung jawab. Ternyata dunia perbankan lebih senang menggenggam uangnya daripada mendistribusikan untuk pengembangan bisnis mikro. 11 Untuk mengatasi masalah tersebut dan mencari solusi riil untuk mengatasi kemiskinan itu sendiri, maka dengan gencar-gencarnya organisasi sosial terutama organisasi pengelola zakat untuk menghapus kemiskinan. Tetapi pada kenyataannya 9 ”Potensi Zakat Di Indonesia”, Republika, 17 Oktober 2006, h.23. 10 “Islamic Development Bank,” Media Cetak Media Indonesia, 7 desember 2006, h.14 11 Ibid., bukannya angka kemiskinan semakin turun malah justru semakin bertambah. Padahal indeks penggalangan dana ZIS dari waktu kewaktu terus menanjak. Hal mana yang menjadi penting bagi OPZ untuk ikut berkontribusi dalam menghadapi era zakat 2008 dan bagaimana OPZ menciptakan konsep untuk meningkatkan kapasitas perzakatan kedepan terutama menciptakan manajemen yang efektif. Untuk mengurangi ledakan ketidaksejahteraan hidup yang merata, tentu saja akan butuh banyak Sumber Daya Manusia SDM yang kompeten terkait dengan berbagai kebutuhan operasional dan managerial pengentasan kemiskinan. Untuk mengembangkan SDM OPZ, maka OPZ juga harus melakukan pengembangan organisasi secara keseluruhan. Kebutuhan yang paling mendasar dalam rangka mengisi era zakat 2008 adalah mempersiapkan Sumber Daya Manusia SDM yang kompeten dibidang ZIS agar dana zakat dalam terkumpul dan tersalurkan dengan baik. Kompetensi amil zakat ditunjukkan dari kemampuan, keahlian dan penguasaannya terhadap bidang kerja yang digeluti. Kesiapan SDM OPZ yang profesional dalam menyongsong era zakat 2008 merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar lagi. Untuk itu, Organisasi Pengelola Zakat OPZ harus berupaya untuk mengembangkan SDMnya agar kompeten dalam bidang mengelola dana ZIS karena SDM merupakan potensi yang menjadi motor penggerak organisasi atau perusahaan. 12 Bukan hanya SDM saja yang dikembangkan tetapi seluruh aspek dalam organisasi juga harus dikembangkan. 12 H. Hadari Nawawi, Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit Kompetitif Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2003, h.38. Pengembangan SDM merupakan kebutuhan yang mendasar bagi lembaga sehingga harus menjadi prioritas dalam program-programnya karena hal ini merupakan salah satu kunci sukses utama dalam pencapaiannya visi, misi dan tujuan lembaga. Upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional harus terus dilakukan. Profesionalisme seperti inilah yang seharusnya tetap dijaga untuk meneguhkan lembaga. 13 Dan juga diperlukan strategi yang matang dan tepat untuk mengembangkan organisasi pengelola zakat agar ke depan semakin baik. Dari hasil penjelasan singkat uraian diatas, maka perlu mengkaji dan membahas bagaimana strategi pengembangan Organisasi Pengelola Zakat OPZ dan upaya yang dilakukan OPZ khususnya pada LAZ PKPU dalam mengembangkan organisasinya dibidang zakat. Untuk itu, penulis tertarik untuk membahas dan mengkaji permasalahan tersebut dalam skripsi yang berjudul : “Strategi Pengembangan Organisasi Pengelola Zakat OPZ : Studi pada LAZ Pos Keadilan Peduli Ummat”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah