2.2.2 Stres pada remaja
Menurut Windle dan Mason 2004 dalam Indri 2007 ada empat faktor yang dapat membuat remaja menjadi stres, yaitu penggunaan obat-obat terlarang,
kenakalan remaja, pengaruh negatif, dan masalah akademis. Menurut Walker 2002, ada tiga faktor yang dapat menyebabkan remaja
menjadi stres, yaitu: 1.
Faktor biologis, yaitu : a.
Sejarah depresi dan bunuh diri di dalam keluarga b.
Penggunaaan alkohol dan obat-obatan di dalam keluarga c.
Siksaan secara seksual dan fisik di dalam keluarga d.
Penyakit yang serius yang diderita remaja atau anggota keluarga e.
Sejarah keluarga atau individu dari kelainan psikiatri seperti skizofrenia, manik depresif, gangguan perilaku dan kejahatan
f. Kematian salah satu anggota keluarga
g. Ketidakmampuan belajar atau ketidakmampuan mental atau fisik
h. Perceraian orang tua
i. Konflik dalam keluarga
2. Faktor kepribadian, yaitu :
a. Tingkah laku impulsif, obsesif, dan ketakutan yang tidak nyata
b. Tingkah laku agresif dan antisosial
c. Penggunaan dan ketergantungan obat terlarang, tertutup
d. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain, menyalahkan diri
sendiri dan merasa bersalah e.
Masalah tidur atau makan
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor psikologis dan sosial, yaitu :
a. Kehilangan orang yang dicintai, seperti kematian teman atau anggota
keluarga, putus cinta, kepindahan teman dekat atau keluarga b.
Tidak dapat memenuhi harapan orang tua, seperti kegagalan dalam mencapai tujuan, tinggal kelas, dan penolakan sosial.
c. Tidak dapat menyelesaikan konflik dengan anggota keluarga, teman
sebaya, guru, pelatih, yang dapat mengakibatkan kemarahan, frustrasi, dan penolakan
d. Pengalaman yang dapat membuatnya merasa rendah diri dapat
mengakibatkan remaja kehilangan harga diri atau penolakan e.
Pengalaman buruk seperti hamil atau masalah keuangan
Sedangkan menurut Needlmen 2004 ada beberapa sumber stres yang dialami remaja :
1. Biological Stress
Tubuh remaja berubah secara cepat, remaja merasa bahwa semua orang melihat dirinya. Jerawat juga dapat membuat remaja stres, terutama bagi
mereka yang mempunyai pikiran sempit tentang kecantikan yang ideal. Saat yang sama, remaja menjadi sibuk di sekolah sehingga dapat membuat remaja
kekurangan tidur. 2.
Family Stress Salah satu sumber stres utama pada remaja adalah hubungannya dengan
orang tua, karena remaja merasa bahwa mereka ingin mandiri dan bebas, tetapi dilain pihak mereka juga ingin diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
3. School Stress
Tekanan dalam masalah akademis cenderung tinggi pada dua tahun terakhir di sekolah, keinginan untuk mendapat nilai tinggi, atau keberhasilan
dalam bidang olahraga, dimana remaja selalu berusaha untuk tidak gagal, ini semua dapat menyebabkan stres.
4. Peer Stress
Stres pada teman sebaya cenderung tinggi pada pertengahan tahun sekolah. Remaja yang tidak diterima oleh teman-temannya biasanya akan
tertutup dan mempunyai harga diri yang rendah. Pada beberapa remaja, agar dapat diterima oleh teman-temannya, mereka melakukan hal-hal negatif, seperti
merokok, minum alkohol, dan menggunakan obat terlarang. 5.
Social Stress Remaja tidak mendapat tempat pada pergaulan orang dewasa, karena
mereka tidak diberikan kebebasan mengungkapkan pendapat mereka, tidak boleh membeli alkohol secara legal.
Menurut Gunarsa dan Gunarsa 1995, mahasiswa yang berada di masa remaja lanjut menghadapi berbagai kesulitan penyesuaian dan tidak semua mampu
mengatasinya sendiri sehingga cenderung untuk mengalami stres. Kesulitan penyesuaian tersebut berkisar pada:
1. Perbedaan sifat pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas SLTA dengan
Perguruan Tinggi PT a.
Kurikulum Isi kurikulum PT biasanya lebih sedikit tetapi lebih mendalam. Jika
kebetulan senang dengan bidang yang dipilih, kelanjutan dan kegairahan belajar akan lebih lancar. Sebaliknya jika tidak sesuai, kegairahan akan
menurun, bahkan bisa menimbulkan gangguan pada kepribadian.
Universitas Sumatera Utara
b. Disiplin
Di PT biasanya tidak sedisiplin di SLTA karena dianggap sudah lebih dewasa dan tanggung jawab diserahkan kepada mahasiswa yang
bersangkutan. Hal ini mengubah cara belajar dan bisa menyebabkan kesulitan tersendiri.
c. Hubungan dosen mahasiswa
Pola hubungan sangat berbeda dibandingkan ketika di SLTA. Dialog langsung pada tingkat awal yang jumlah mahasiswanya besar, cenderung
jarang dilakukan di ruangan. Karena itu mahasiswa harus menyesuaikan cara dosen memberi kuliah yang masih banyak mempergunakan cara
tradisional yakni dosen menerangkan tanpa memperdulikan apakah mahasiswa mengerti atau tidak.
2. Hubungan sosial
Pada remaja lanjut, pola pergaulan sudah bergeser dari pola pergaulan yang homoseksual ke arah heteroseksual sehingga masalah pergaulan bisa menjadi
masalah yang penting, baik mengenai percintaan, kesulitan penyesuaian diri, dan keterlibatan terhadap pengaruh kelompok pergaulan yang bisa bersifat
negatif. 3.
Masalah ekonomi Sekalipun mahasiswa sudah bisa melepaskan diri dari ketergantungan psikis,
ketergantungan ekonomi masih ada karena pada umumnya belum berpenghasilan. Kelonggaran untuk mempergunakan uang tidak sebebas
menetukan tingkah laku dan sikap. 4.
Pemilihan jurusan Antara bakat dan minat dengan kesempatan sering tidak sejalan sehingga
merasa salah pilih jurusan. Tahap mencoba-coba dan memilih jurusan sesuai dengan keinginan orang tua sering dialami mahasiswa tahun pertama.
Universitas Sumatera Utara
Masalah yang dihadapi oleh mahasiswa Gunarsa dan Gunarsa, 1995: 1.
Bersumber pada kepribadian Aspek motivasi penting agar gairah untuk belajar dan menekuni ilmu bisa
berlangsung lancar. Kegairahan yang ditandai oleh disiplin diri yang kuat dan ditampilkan dalam ketekunan belajar dan menyelesaikan tugas-tugas.
2. Prestasi akademik
Kegagalan dalam prestasi akademik bisa disebabkan karena kemampuan dasarnya tidak menyokong atau bakatnya kurang menunjang. Kegagalan juga
bisa disebabkan mahasiswa yang kurang bisa mempergunakan cara belajar yang tepat atau kurangnya fasilitas.
3. Kondisi yang kurang menunjang
Keadaan lingkungan perumahan yang tidak mendukung mahasiswa belajar dengan baik, misalnya penerangan, ventilasi, meja belajar, bising. Demikian
pula keadaan psikologis di rumah, baik dalam hubungan dengan orang tua maupun dengan saudara-saudara. Bahkan juga lingkungan sosial dengan
tuntutan yang memaksa untuk menyesuaikan diri. Kampus dengan ketersediaan fasilitas bisa menjadi sumber yang menghambat kelancaran belajar mahasiswa.
2.3 Hassles Assessment Scale for Student in College HASSCol