Objek Pelaku Taklif KLASIFIKASI PENYEBUTAN BERDASARKAN

25 سفݏت dan yatanâfasu سفاݏتي. Dalam bentuk tanaffasa artinya bernafas, menarik nafas dan bersenang diri. 19 Ibn Mandhûr memaknai kata tanaffasa dengan padanan kata minum syariba, terbit thala, atau menyinari nawwara. 20 Sedangkan dalam bentuk yatanâfasu سفاݏتي maknanya adalah بغر يف menyukai. 21 Adapun kata nafs yang mengalami perubahan bentuk hanya satu kata yaitu al-Mutanâfisûn ݌وسفاݏت݋لا kata jadian ini terdapat dalam surat al-Muthaffifin ayat 26. Secara leksikal kata tersebut merupakn bentuk ism fail dan fiil mâdhi سفاݏت سفاݏتي jadi kata al-Mutanâfisûn bermakna orang yang menyukai. 22 Walaupun kata itu berasal dari kata nafasa dan nafisa tetapi kata jadian tersebut terlalu jauh dari makna kata dasarnya. Ada pula kata jamak dimana suatu benda yang berjumlah dua atau lebih. Dalam pendekatan semantik jika sebuah kata berbentuk jamak, tetapi belum bergabung dengan kata lain maka tetap disebut kata tunggal. Semua kata nafs dalam al-Quran yang berbentuk jamak adalah bermakna kullytarkiby karena sudah bergabung dengan kata lain. Kata nafs dalam al-Quran yang menunjukan jumlahnya lebih dari dua disebutkan sebanyak 160 kali. Al-Quran menyebutkan dua kali dalam bentuk nufûs yang mengikuti pola bentuk jamak لوعف dalam bahasa Arab seperti dalam surat at-Takwir ayat 7 dan al-Isra ayat 25; dan 158 dalam bentuk anfus mengikuti pola bentuk jamak لعفأ. Seperti di bawah ini: 19 Abdul Khamid Zahwan, Kamus al-Kamil: Arab-Indonesia-Arab Maktabah wa Mahbaah Usaha Keluarga: ttp, tth, hal. 549 20 Ibn Mandzur, Lisân al-Arab Dâr al-Maarif: ttp, tth, jil-VI.,hal. 237 21 Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533 22 Muhammad Abd al-Lathif al-Sabaki, al-Mukhtâr min Shihhah al-Lughah, hal. 533 26    ريوكتلا ٨٤ : ۷           ... ءارساا ٤۷ : ٠٦                                               ... ۹ارق۸لا ٠ : ٥ ٨ ٠                                                            ... ۹ارق۸لا ٠ : ٠۹۹ Pada surat al-Baqarah ayat 233 dan 286 di atas kata nafs mengandung pengertian individu manusia dalam arti fisik manusia dari sisi luarnya dan psikis manusia dari sisi dalamnya. Karena secara konteks linguistik kata nafs salah satu kata yang menjadi unsur kalimat dari dua struktur kalimat yaitu la tukallafu nafsun ila wus aha dan struktur kalimat la yukallifullahu nafsan ilâ wus aha kata nafs pada kedua struktur di atas berfungsi sebagai pergerakan manusia.                                        … ء۴سنلا ١ : ١ ٨ Kemudian kata nafs dalam surat an-Nisa ayat 84 di atas bermakna kewajiban karena berhubungan dengan kalimat fa qâtil fi sabilillâh lâ tukalafu illa nafsaka . Kata nafs bermakna kewajiban dalam ayat ini, karena berkaitan dengan asbâb an-nuzûl dan sejarah ayat ini diturunkan. Berdasarkan konteks sejarahnya, ayat ini muncul karena merupakan perintah Allah kepada Nabi Muhammad SAW untuk pergi berperang ke Badar kubrâ. Ayat ini berhubungan 27 dengan keengganan dengan sebagian orang-orang Madinah untuk pergi berperang bersama Nabi ke tempat itu.                                                   .... م۴عناا ٥:٤٦٠ Makna kata nafs pada surat al-Anam ayat 152 di atas adalah bermakna manusia dari sisi dalam dan sisi luarnya. Manusia dari sisi luarnya adalah akal dan dari sisi luarnya adalah fisik. Kata nafs mengandung makna demikian karena berkaitan dengan struktur kalimat sebelum dan sesudahnya, yaitu wa aufû al-kaila wa al-mizâna bi al-qisthi- lâ nukallifu nafsan illâ wus ahâ . Kegiatan penakaran dan penimbangan memerlukan dua unsur, yaitu kesanggupan akal dan kemampuan fisik. Kesimpulannya makna kontekstual kata nafs dalam al-Quran yaitu mencakup: kata nafs konteks sejarah seperti dalam surat an-Nisa ayat 84, maknanya adalah perintah Allah kepada Rasul untuk berperang. Selain itu kata nafs bisa berarti budaya tsaqâfi seperti dalam surat al-Maidah ayat 32                                                                         ۹دئ۴݊لا ٦ : ۹٠ Artinya: Oleh karena itu Kami tetapkan suatu hukum bagi Bani Israil, bahwa: Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena 28 orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, Maka seakan-akan Dia telah membunuh manusia seluruhnya. dan Barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, Maka seolah-olah Dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka Rasul-rasul Kami dengan membawa keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi . QS. Al-Maidah: 32 2. Nabi Muhammad. SAW Disadari atau tidak, wujud Tuhan Allah pasti dirasakan oleh jiwa manusia baik redup, atau pun benderang. Manusia menyadari bahwa suatu ketika dirinya akan mati. Kesadaran ini mengantarkannya pada pertanyaan apa yang akan terjadi setelah kematian, bahkan menyebabkan manusia berusaha memperoleh kedamaian dan keselamatan di negeri yang tidak diketahui itu. Wujud Tuhan Allah yang dirasakan, serta hal kematian, merupakan dua dari sekian banyak faktor pendorong manusia untuk berhubungan dengan Tuhan dan memperoleh informasi yang pasti. Namun, tidak semua manusia mampu melakukan hal itu, kemurahan Allah menyebabkan-Nya memilih manusia tertentu untuk menyampaikan pesan-pesan Allah, baik untuk waktu dan masyarakat tertentu, atau untuk seluruh manusia di setiap waktu dan tempat. Mereka yang mendapat tugas itulah yang dinamai Nabi penyampai berita dan Rasul utusan Allah. 23 Jumlahnya yang banyak sehingga secara pasti tidak diketahui, al-Quran hanya menginformasikan bahwa: 23 M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran Tafsir MaudhuI atas Berbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1997, cet-V., hal. 41 29                رف۴غ ١٢ : ۷٨ Artinya: dan Sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu . QS. Ghafir: 78 Dalam sejarah, peradaban Islam tidak dapat dipisahkan dari sejarah seorang tokoh agung yang dilahirkan dalam lingkungan masyarakat jahiliah dan paganis di Jazirah Arab. Dia adalah Muhammad bin „Abdullah, rasul terakhir. Al- Quran menyebutkan secara tegas nama dua puluh lima Nabi dan Rasul 18 kali, Nabi Muhammad salah satunya-diutus kepada seluruh manusia, dan merupakan khataman nabiyyin penutup para Nabi disebutkan dalam al-Quran. Firman Allah:                   ۵ازحاا ۹۹ : ١٢ Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu .QS. Al-Ahzab: 40 Nama Muhammad SAW. disebutkan dalam Al-Quran dengan dua jenis sebutan yaitu Muhammad dan Ahmad. Sebutan Nabi dengan nama Muhammad terulang 4 kali, sedangkan Ahmad hanya disebutkan satu kali. Kalau mengamati nama Nabi Muhammad, maka sebenarnya akar katanya terambil dari kata َدَ َح, kata itu disusun dengan 4 huruf yaitu, ẖ a, mim sukun, mim fathah dan dal. 30 Ketika menghitung nama Nabi dengan Muhammad SAW terulang sampai 4 kali sungguh ini berarti tepat dengan jumlah huruf dari akar katanya. Tapi walaupun seperti itu Nabi Muhammad SAW. juga disebutkan dalam al-Quran dengan nama Ahmad dan itu terulang hanya satu kali. Tepatnya 4 di tambah 1 jumlahnya 5, itu juga berarti sesuai dengan jumlah huruf nama beliau ketika ditulis dengan bahasa Arab yakni د݋حم , mim dommah, ẖ a fathah, mim sukun, mimfathah dan dal sukun. 24 Nama Muhammad dalam Al- Qur‟an dapat kita temui dalam 4 ayat sebagai berikut:                                                              ݋ار݊عاا ۹ : ١١١ Artinya: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika Dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang murtad? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi Balasan kepada orang-orang yang bersyukur. QS. Al-Imran: 144                                                  ۵ازحاا ۹۹ : ١٢ Artinya: Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. dan adalah Allah Maha mengetahui segala sesuatu . QS. Al-Ahzab: 40 24 http:infosyiah.wordpress.com20070406nama-nabi-muhammad-saw-dalam-al- quran 31                                                       د݊حم ١۷ : ٠ Artinya: dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka . QS. Muhammad: 2                                                                                                 حتفلا ١٨ : ٠۹ Artinya: Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir dengan kekuatan orang-orang mukmin. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar. QS. Al-Fath: 29 Dan nama sebutan Ahmad untuk Nabi Saw dapat di baca dalam surat As- Shaf ayat 6 yaitu: 32                        ….  فصلا ٥٤ : ٦ Artinya: dan ingatlah ketika Isa Ibnu Maryam berkata: Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan datangnya seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad Muhammad. QS. Asy-Shaff: 6 Baik kata Ahmad atau Muhammad sebenarnya artinya sama yaitu yang dipuji atau terpuji. Bagaimana ketika Allah SWT memanggil Nama Nabi Muhammad SAW? tidak satupun ayat yang mencantumkan panggilan Nabi Muhammad itu menggunakan kedua namanya yakni Muhammad dan Ahmad, Tapi Allah Swt memanggilnya dengan kata “ Wahai Nabi , Wahai Rasul , Wahai Orang Berselimut” dan lain-lain 25 . Bahkan dalam Al- Qur‟an Surat an-Nur Ayat 63 Allah SWT. melarang siapapun dari sahabat-sahabat Nabi Saw untuk memanggil beliau dengan menyebutkan namanya, sepertinya sangat tidak suka kalau kekasihnya itu di samakan panggilannya dengan yang lain. Firman Allah:          رونلا ٠١ : ٥۹ Artinya: janganlah kamu jadikan panggilan Rasul diantara kamu seperti panggilan sebahagian kamu kepada sebahagian yang lain. QS. An-Nur: 63 Dalam tafsir Majmu‟ al-Bayan dikatakan: “nama Muhammad dan Ahmad adalah nama yang dipilih oleh Allah untuk Rasulullah saw”. dalam tafsir al- Amtsal disebutkan: “nama Muhammad adalah nama yang dipilih oleh Abdul 25 M. Quraish Syihab, Wawasan al-Quran Tafsir MaudhuI atas Berbagai Persoalan Umat, Bandung: Mizan, 1997, cet-V., hal. 55 33 Muthallib, kakek Rasulullah untuk beliau, sedangkan nama Ahmad adalah nama yang dipilih oleh Aminah, ibu Rasulullah untuk beliau. Demikian juga Abu Thalib paman Rasulullah memanggil beliau dengan Muhammad dan Ahmad. Muhammad berasal dari kata Hamd, yang berarti pujian. Ahmad adalah orang yang paling banyak memiliki pujian Ilahi di antara semua makhluk. Muhammad adalah nama Rasulullah di bumi dan Ahmad adalah nama beliau di langit. Kata Nabi dan Rasul banyak disebutkan dalam ayat-ayat al-Quran. Yang paling banyak disebutkan untuk beliau adalah Nabi yakni orang yang diturunkan kepadanya wahyu dan pembawa kabar gaib. Ia menyampaikan pesan ilahi, meskipun tidak diperintahkan untuk menyampaikan ajaran secara terang- terangan. Sedang Rasul adalah seorang nabi juga memiliki tugas menyampaikan ajaran ilahi mengajak untuk memeluk agama Ilahi. Kerasulan dan kedudukan yang lebih tinggi dari kenabian Oleh karena itu, kelebihan Nabi Muhammad atas nabi-nabi lainnya adalah Allah tidak memanggil beliau dengan nama, sedangkan nabi-nabi yang lain dipanggil dengan nama, seperti “Ya Musa Ya Daud Dan lain-lain. Tetapi beliau dipanggil dengan “Ya Ayyuha an-Nabi Ya Ayyuha ar-Rasul” Penyebutan kata Muhammad sendiri dalam al-Quran, ini menunjukkan akan kemutlakan beliau sebagai hamba. Menjadi hamba Allah secara mutlak merupakan nilai kemanusiaan yang tinggi, bahkan paling tinggi nilai kemanusiaannya. Penghambaan kepada Allah adalah sarana untuk mencapai kesempurnaan maknawi. 35

BAB III BERKAITAN DENGAN TAKLIF: TINJAUAN NORMATIF

DAN APLIKATIF

A. Amal Ibadah

Penyakit jiwa yang saat ini merajalela diseluruh dunia adalah karena manusia mengabaikan kebutuhan ibadah. Jumlahnya tidak dapat kita duga, tetapi begitu jelas dan nyata. Naluri untuk bertobat dan beribadaah termasuk salah satu fenomena spiritual manusia yang paling purba, bertahan lama, dan paling mengakar. Kajian terhadap berbagai peninggalan purba kala menunjukan bahwa dimana saja manusia hidup disana pasti ditemukan jejak-jejak praktik peribadatan meskipun satu sama lain berbeda bentuk, cara, dan objeknya Bentuk peribadatan setiap kelompokpun berbeda-beda pada awalnya, mungkin manusia menari-nari dan menggelar ritual-ritual rutin secara berjamaah disertai dzikir dan melantunkan puja-puji hingga pada puncaknya mereka larut dalam ketundukan dan kekhusuan sakral, tenggelam dalam irama dzikir dan pujian suci. Objek peribadatan merekapun berkembang mungkin pada awalnya mereka menyembah batu dan kayu, lalu akhirnya menyembah dzat Ajali yang Kekal, yang tidak terikat batas ruang dan waktu. Islam sebuah kata bahasa Arab yang berarti pasrah kepada Allah SWT. Agama yang mendatangkan kedamaian bagi umat manusia apabila mereka mau memasrahkan diri kepada Allah dan menyerahkan kemauan mereka kepada kehendak-Nya. Dengan demikian manusia itu diciptakan bukan sekedar untuk 36 hidup mendiami dunia ini kemudian mengalami kematian tanpa adanya pertanggung jawaban kepada penciptannya, melainkan manusia itu diciptakan oleh Allah SWT. untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Untuk menjadi seorang muslim sejati diperlukan tiga hal yaitu: kepercayaan, perbuatan, dan kesadaran. Kepercayaan kepada Allah SWT. serta diiringi kesadaran dan perbuatan terciptanya hubungan manusia dengan Tuhan horizontal, sedangkan dari hubungan horizontal tersebut buahnya ialah hubungan antar sesama makhluk hidup vertikal. 1 Sebagaimana yang dikonsepkan di atas, mengandung isyarat akan kepastian adanya yang memberi atau melimpahkan beban kepada pihak yang menerimanya, yaitu mukallaf. Pembebanan terhadap mukalaf itu sendiri tidak serta merta berupa tanggungan yang harus dilaksanakan dan berhubungan dengan pemberi beban dalam hal ini Allah SWT. dan penerima hamba, tetapi terkadang perintah yang datang itu juga berkaitan antar sesama. Dengan kata lain taklif disini secara tidak langsung memiliki hubungan antar manusia dengan Tuhan-Nya Hablum min Allah, dan hubungan antar sesama manusia Hablum min an-Nass.               ... ارق لا ٢ : ٢ Artinya: Allah SWT. tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya . QS. Al-Baqarah: 286 Ayat di atas menunjukan bahwa setiap tugas yang dibebankan kepada seorang tidak keluar dari tiga kemungkinan; pertama, mampu dan mudah 1 Khurshid Ahmad, Pesan Islam Bandung: Pustaka, 1983, cet-1., hal.3 37 dilaksanakan, kedua, sebaliknya tidak mampu dia laksanakan, dan ketiga, dia mampu melaksanakannya tapi dengan susah payah dan terasa sangat berat. 2 Artinya dalam hal ini kewajiban yang diterima seseorang dari Tuhannya itu, merupakan sesuatu yang dapat dipikul dan dilaksanakan dengan baik apabila dia berusaha dengan kekuatannya sendiri, sekalipun itu membutuhkan usaha yang keras. Selain itu Abu Jafar Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya mengatakan: orang yang membenarkan Allah dan Rasulnya, serta mengakui dan membenarkan apa yang dibawa dan disyariatkan akan menjalankan apa yang Allah SWT. perintahkan kepada mereka dengan menaati dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dan Allah SWT. tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Kami tidak akan membebankan amal-amal kepada satu jiwa pun kecuali yang sanggup dilakukannya sehingga tidak memberatkannya. 3 Sudah bukan rahasia umum lagi bahwasannya kewajiban pertama seorang muslim tak peduli dibagian dunia manapun ia hidup adalah mempraktikan ibadah yang teratur di dalam kehidupannya. 4 Ibadah itu sendiri berarti merendahkan diri serta tunduk, yang berarti merendahkan diri dihadapan Allah SWT. Manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk senantiasa melaksanakan ibadah sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 1., cet. 1., hal. 751 3 Abû Jafar Mu ẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri, Mu ẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid, Tafsir ath- Ṯabari Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, jil. 11., hal. 107 4 Suzanne Haneef, Islam dan Muslim Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, cet-1., hal. 229