Amal Ibadah BERKAITAN DENGAN TAKLIF: TINJAUAN NORMATIF

37 dilaksanakan, kedua, sebaliknya tidak mampu dia laksanakan, dan ketiga, dia mampu melaksanakannya tapi dengan susah payah dan terasa sangat berat. 2 Artinya dalam hal ini kewajiban yang diterima seseorang dari Tuhannya itu, merupakan sesuatu yang dapat dipikul dan dilaksanakan dengan baik apabila dia berusaha dengan kekuatannya sendiri, sekalipun itu membutuhkan usaha yang keras. Selain itu Abu Jafar Muhammad bin Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya mengatakan: orang yang membenarkan Allah dan Rasulnya, serta mengakui dan membenarkan apa yang dibawa dan disyariatkan akan menjalankan apa yang Allah SWT. perintahkan kepada mereka dengan menaati dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Dan Allah SWT. tidak memikulkan kewajiban kepada diri seseorang melainkan sekadar kesanggupannya. Kami tidak akan membebankan amal-amal kepada satu jiwa pun kecuali yang sanggup dilakukannya sehingga tidak memberatkannya. 3 Sudah bukan rahasia umum lagi bahwasannya kewajiban pertama seorang muslim tak peduli dibagian dunia manapun ia hidup adalah mempraktikan ibadah yang teratur di dalam kehidupannya. 4 Ibadah itu sendiri berarti merendahkan diri serta tunduk, yang berarti merendahkan diri dihadapan Allah SWT. Manusia yang telah menyatakan dirinya sebagai muslim dituntut untuk senantiasa melaksanakan ibadah sebagai pertanda keikhlasan mengabdi diri 2 M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Quran, jil. 1., cet. 1., hal. 751 3 Abû Jafar Mu ẖammad bin Jarir ath-Ṯabari, tahqiq: Ahmad Abdurraziq al-Bakri, Mu ẖammad Adil Muẖammad, Muẖammad Abdul Latif Khalaf, Maẖmud Mursi Abdul Hamid, Tafsir ath- Ṯabari Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, jil. 11., hal. 107 4 Suzanne Haneef, Islam dan Muslim Jakarta: Pustaka Firdaus, 1993, cet-1., hal. 229 38 kepada Allah SWT. tanpa adanya ketaatan beribadah, berarti pengakuannya sebagai muslim diragukan dan dipertanyakan. Jika ada kesenjangan antara pengakuan dan amal ibadah, berarti ia belum memahami sepenuhnya konsepsi syariat Islam tentang kewajiban mengabdi kepada Allah SWT. 5 Ibadah dalam Islam itu sendiri merupakan cara untuk mensucikan jiwa dan amal perbuatan manusia sehari-hari. Dasar ibadah ialah kenyataan bahwa manusia adalah makhluk Allah SWT. dan karenanya juga budak Allah SWT, pencipta dan Raja kepada siapa manusia ditakdirkan untuk kembali. Jadi berpalingnya manusia kepada Allah SWT, dalam komuni yang intim, penuh hormat, dan dalam semangat pengabdian serta penyerahan yang rendah hati ini disebut Ibadah. 6 Allah telah memberikan peringatan kepada kita, bahwa hidup di atas dunia ini tidak lain hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. atau dalam bahasa keseharian mengabdi kepada Tuhan. Firman AllahSWT :             بوتلا : ١٣ Artinya: Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. QS. At-Taubah: 31         ني لا : ٥ Artinya: Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam menjalankan agama yang lurus. QS. Al-Bayyinah: 5 5 Iftitah Jafar, Konsep Ibadah dan Dakwah dalam al-Quran Yogyakarta: Cakrawala, 2009, cet-1., hal. 103 6 Khursid Ahmad, ISLAM: Its Meaning and Message, Pesan Islam, Terj. Achsin Mohammad Bandung: Pustaka, 1983, hal. 126 39 Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa hendaklah kita sadar bahwa segala gerak-gerik kita hidup di dunia ini hendaklah didikan ibadah kepada Allah SWT. semata-mata. Supaya hidup kita lebih berharga, tidak terbuang secara percuma. Berkaitan tentang ibadah, Islam memilki pandangan sendiri bahwa setiap pemeluk Islam yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat, akalnya sempurna dapat berfikir dengan baik, baligh, mumayyiz mampu membedakan mana yang baik dan buruk, serta dapat memahami dengan baik apa yang diterima dari lawan bicaranya itu, maka seketika itu pula telah di kenai beban untuk melaksanakan ibadah secara sempurna. Seluruh hukum syari yang berkenaan dengan perintah atau larangan yang datang dari Allah SWT. dan Rasul-Nya wajib untuk dipatuhi dan ditaati. Dari pengertian tersebut dapat ditarik pemahaman bahwa tidak seorang pun boleh menyangkal bahwa dia tidak mampu, sesungguhnya Allah SWT. telah memberikan kesanggupan serta kemampuan terhadap masing-masing individu atau kelompok untuk dapat memikul beban yang diberikannya, tanpa harus berdalih dia tidak cukup mampu untuk menerima beban yang dihadapinya. Oleh karena itu tidak satu pun anjuran dan perintah-Nya yang tidak bernilai ibadah. Bahkan menurut Islam, setiap aktivitas manusia yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. dinilai ibadah. 7 Firman Allah SWT.:                    لحنلا ٣ : ۹ 7 Ahmad Thib Raya, Siti Musdah Mulia, Menyelami Seluk-Beluk Ibadah Dalam Islam Jakarta: Prenada Media, 2003cet-1., hal. 141 40 Artinya: Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.QS. An-Nahl: 97 Manusia yang mempunyai pandangan hidup bahwa semua aktivitasnya diarahkan pada amal shalih berarti memandang materi, harta, pangkat, jabatan, dan lainnya adalah alat untuk mencapai tujuan hidup yang diridhai Allah SWT. Sikap demian sangat terpuji di sisi Allah SWT, karena mengikuti, patuh, dan taat atas setiap perintah dan larangan yang diberikan-Nya. Firman Allah SWT: …          ارق لا ٢ : ١ Artinya: Maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.QS. Al-Baqarah: 38 Ayat di atas menunjukan kemampuan intern untuk membentuk diri adalah milik manusia, tidak ada makhluk lain yang menyandang kemampuan ini, sehingga hanya manusia sajalah yang dapat secara bebas menentukan perbuatan dan masa depan. Hal ini karena manusia memiliki kemampuan insani yang istimewa, kemampuan yang paling penting, yakni daya nalar yang luar biasa menuju kehidupan yang mereka inginkan. 8 Perlu diingat kewajiban-kewajiban moral yang berupa taklifi dari Tuhan adalah mustahil jika tanpa disertai tanggung jawab. Bagaimanapun juga ia akan diminta 8 Murtadho Mun ṯ ahari, Perspektif Islam Tentang Manusia dan Agama, Terjemahan, Bandung: Mizan, 1995, cet-7., hal. 138 41 pertanggung jawaban atas perbuatannya, dan tanggung jawab tersebut merupakan syarat mutlak dan mesti dari kewajiban moral. 9 Firman Allah SWT:              … ارق لا ٢ : ٢ Artinya: Allah SWT. tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. ia mendapat pahala dari kebajikan yang diusahakannya dan ia mendapat siksa dari kejahatan yang dikerjakannya. QS. Al-Baqarah: 286 Melihat ayat di atas pula al-Maraghi lebih melihat pada kemurahan atas sifat Allah SWT. bukan karena ketidak berdayaan manusianya. Hal ini dapat terlihat jelas dalam kitaf tafsirnya yaitu, 10 bahwa faktor penyebab tidak adanya hukuman karena lupa dan bersalah, hal ini dikarenakan mendapat ampunan dari Allah SWT. Dan faktor tidak adanya pembebanan kewajiban yang berat adalah, karena mendapat magfirah. Sedangkan faktor yang menyebabkan tidak adanya beban yang menyulitkan adalah karena rahmat Allah SWT . Baik itu ibadah yang berupa lafdziyah atau pun ibadah berupa tindakan amaliyah 11 jika menilik pada pemahaman ayat di atas maka setiap tindakan yang dilakukannya semua akan menimbulkan dampak balasan dalam kehidupan ini, firman Allah       لزلزلا : 9 Ismail Raji al-Faruqi, Tauhid, terj. Rahmani Astuti Bandung: Pustaka, 1988, cet-1., hal. 13 10 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, terj.Bahrun Abu Bakar, Hery Noer Aly, Anshori Umar Sitanggal, juz-1, 2, 3., cet-2., hal. 152 11 Ibadah lafalz adalah rangkaian kalimat dan dzikir yang diucapkan dengan lidah seperti, hamdalah, al-Quran, dzikir dalam sujud, ruku dan tahiyat shalat, atau membaca talbiyyah dalam ibada haji. Sedangkan ibadah amal adalah seperti ruku dan sujud dalam shalat, wukuf di padang Arafah dan tempat-tempat suci lainnya dan thowaf. Dan kebanyakan ibadah dalam Islam merupakan perpaduan antara ibadah lafadz dan amal seperti shalat dan haji. 42 Artinya: dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat balasannya pula.QS. Al-Zalzalah: 8 Dalam konsepsi Islam itu sendiri, ibadah merupakan kerangka umum bagi setiap ajarannya. Jika ibadah dilaksanakan dengan baik, sebagai imbasnya, baik pula kehidupan moral dan sosial seseorang. Sebaliknya jangan pernah percaya bahwa seorang punya kehidupan moral dan sosial yang baik, sementara ibadahnya berantakan seperti masalah kebanyakan dewasa ini yaitu: pelajar yang melakukan mabuk-mabukan, 12 penggunaan narkoba oleh berbagai kalangan, bunuh diri, tindakan criminal yang merajalela, membunuh antar sesama, dan lain sebagainya. Jika kita melihat banyak orang melakukan ibadah, tetapi belum dapat memunculkan sikap dan prilaku terpuji serta kebersihan jiwa, maka sebenarnya perbuatan ibadahnya itu belum dapat dikatakan sesuai dengan ibadah dalam pengertian sebenarnya, yaitu senantiasa mawas diri dan taqarrub kepada Allah SWT. 13 Kita tidak mungkin mengakui keberimanan seseorang yang tidak mau shalat, namun memiliki kepribadian yang baik. Karenanya, tidak mengherankan bila sebagian manusia menyerah dan berdalih, ibadah itu tidak mudah. Hal ini dikarenakan disatu sisi kita punya urusan menyangkut keluarga, istri, dan anak- anak, serta pekerjaan. Bagi sesorang mukmin, maka hendaknya berusaha untuk menghindari dari perbuatan-perbuatan keji meskipun sifatnya kecil, Rasulullah menyerukan agar 12 http:www.organisasi.org197001faktor-penyebab-alasan-seseorang-memakai- menggunakan-narkoba-narkotika-zat-adiktif.htm 13 Abuddin Nata, Kajian Tematik al-Quran Tentang Fiqih dan Ibadah Bandung: Angkasa, 2008, cet-1., hal. 51 43 umat Islam waspada terhadap masalah-masalah remeh dan berusaha mencegahnya serta senantiasa membersihkan bekas-bekas perbuatan itu, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam bermasyarakat. Akan lebih baik jika sesorang mukmin mengerjakan sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT. dan Rasulnya untuk mendapatkan ganjaran kebaikan kelak dan mendapatkan kehidupan yang senantiasa diridhai Allah SWT. 14 Kesimpulannya, manusia yang cenderung mengira bahwa dirinya dibiarkan begitu saja, sehingga ia berbuat sesuai dengan hawa nafsunya serta mengabaikan petunjuk yang telah digariskan oleh al-Quran melalui risalah Rasul adalah keliru. Sungguh syariat Allah SWT. tidak membebani seseorang di luar kesanggupannya. Semua kewajiban dari Allah SWT. ada dalam kesanggupan dirinya. Semua kewajiban dari Allah SWT. ada dalam kesanggupan manusia dan kekuatannya. Dia lah yang akan membalas hamba pada hari kiamat. 15

B. Menyusui Anak

Islam adalah agama yang sempurna, kesempurnaan itu dapat dilihat salah satunya dibuktikan dengan nilai dan prinsipnya yang ditetapkan untuk mengatur kehidupan umatnya. Mulai dari kehidupan seseorang dengan Tuhannya, kehidupan dirinya dengan orang lain, alam sekitar dan kehidupan yang mengatur dirinya sendiri, termasuk salah satunya berkenaan dengan pernikahan. 14 Al-Ghazali, Menjadi Muslim Ideal: Meletakan Islam Sebagai Petunjuk dan Penerang Kehidupan Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003, cet-2., 125-126 15 Muhammad Ali ash- S abuny, Cahaya al-Quran Tafsir Tematik, terj, Kathur Suhardi Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2001, cet-1., hal.398 44 Pernikahan itu sendiri merupakan komitmen dua belah pihak, antara suami dan istri untuk menjalani kehidupan bersama dengan membentuk keluarga. Untuk membentuk keluarga maslahah perlua ada niat dan usaha dari kedua belah pihak, sehingga segala hal yang mengarah kepada pembentukan keharmonisan keluarga seperti saling setia, menjaga rahasia keluarga, saling membantu, menyayangi serta melaksanakan hak dan kewajiban masing-masing adalah keawajiban bersama antara suami dan istri. Salah satu tujuan pernikahan adalah meneruskan keturunan, yaitu adanya anak. Dengan adanya anak berarti hubungan dan relasi dalam berkeluarga bertambah, tidak hanya suami dan istri, tetapi juga antara orang tua dan anak. Sebagaimana antara suami dan istri, relasi antara orang tua dan anak juga diatur dalam Islam. Adanya pengaturan kewajiban dan hak antara orang tua dan anak pada dasarnya adalah dalam rangka merealisa sikan tujuan pernikahan yaitu membentuk keluarga harmonis dan bahagia. Kasih sayang antara orang tua dan anak pada dasarnya adalah fitrah manusia, bahkan fitrah dari seluruh makhluk hidup di Bumi ini, tidak terkecuali binatang ganas sekalipun tentu akan menyayangi serta melindungi anaknya. Kasih sayang seorang bapak dengan mencari dan memberi nafkah kepada istri dan anaknya, sedang kasih sayang ibu dengan memberi perhatian besar kepada anaknya dari mulai kandungan, melahirkan, dan menyusui. 16 Firman Allah: 16 Tafsir al-Quran Tematik: Membangun Keluarga Harmonis Departemen Agama RI, 2008, jil-3., cet-1., hal.115 45                                                                         ارق لا ٢ : ٢١١ Artinya: Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah SWT. dan ketahuilah bahwa Allah SWT. Maha melihat apa yang kamu kerjakan. QS. Al-Baqarah: 233 Ayat di atas menyampaikan empat hal; pertama petunjuk Allah SWT. kepada para ibu agar senantiasa menyusui anak-anaknya secara sempurna, yakni dua tahun sejak kelahiran sang anak. Kedua, kewajiban ayah memberi makanan dan pakaian kepada para ibu yang menyusui dengan cara yang baik. Ketiga, diperbolehkannya menyapih anak sebelum dua tahun asalkan dengan kerelaan dan permusyawarahan keduanya. Keempat, adanya kebolehan menyusukan anak kepada perempuan lain.