Adanya Kesamaan Sifat dan Karakteristik Tindak Pidana Lingkungan

B. Adanya Kesamaan Sifat dan Karakteristik Tindak Pidana Lingkungan

Hidup Secara garis besarnya apabila dilihat didalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan, bahwa dari ke-6 enam tindak pidana yang dimaksudkannya, ada 3 tiga tindak pidana yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, namun diantara ke-3 tiga tindak pidana tersebut tidak semuanya bersentuhan langsung dengan tindak pidana sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagaimana yang telah diuraikan di atas tadi maka, adapun ke-3 tiga tindak pidana yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan tersebut adalah : 1. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan tanpa izin; Pasal 46. 2. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan; b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 c. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Pasal 50 ayat 1. 3. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan perusakan Fungsi Lingkungan Hidup, Pasal 48. Sementara itu, menurut Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ada 2 dua tindak pidana lingkungan hidup, yaitu : 1. Tindak pidana karena melakukan perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup Pasal 41. 2. a. Tindak pidana melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku, melepaskan atau membuang zat, energi danatau komponen lain yang berbahaya atau beracun, Masuk di atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain Pasal 43 ayat 1. c. Memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain Pasal 43 ayat 2. Untuk mencari adanya kesamaan sifat dan karakter diantara tindak pidana yang disebutkan oleh ke-2 dua undang-undang ini maka, penulis akan menganalisa satu-persatu pasal-pasal pidana yang disebutkan oleh masing-masing undang-undang ini, lalu menghubungkannya untuk mencari dimana letak kesamaan tindak pidana lingkungan hidup tersebut, setelah itu, dapatlah dipilah-pilah bahwa tindak pidana tersebut masuk wilayah undang-undang perkebunan atau undang-undang pengelolaan lingkungan Hidup. 1. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 perkebunan tanpa izin; Pasal 46 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. Di dalam Pasal 46 ayat 1 ini, ada 2 dua perbuatan tindak pidana yang dilarang, yang pada intinya perbuatan tersebut berupa kegiatan usaha perkebunan harus memiliki izin usaha perkebunan, yaitu : a. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu tanpa memiliki izin usaha perkebunan; b. Tindak pidana melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu tidak memiliki izin usaha perkebunan; Dari ke-2 dua jenis usaha kegiatan tersebut, maka izin yang diperlukan bisa saja menjadi satu kesatuan antara usaha budi daya tanaman perkebunan dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan, atau hanya memiliki izin usaha perkebunannya hanya pada usaha budi daya tanaman perkebunan tanpa memiliki industri pengolahan hasil perkebunan, atau sebaliknya izin usaha perkebunan tersebut hanya pada usaha industri pengolahan hasil perkebunan saja tanpa adanya usaha budi daya tanaman perkebunan. Tapi intinya menurut Pasal 46 ayat 1 ini maka, setiap usaha budi daya tanaman Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu dengan tidak memiliki izin usaha perkebunan adalah perbuatan tindak pidana. Dan berdasarkan Pasal 25 ayat 2, untuk mendapatkan sebuah izin usaha perkebunan maka, salah satu persyaratan yang harus dimiliki dulu adalah harus menyertakan Amdal atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup. Istilah izin dan dispensasi adalah berbeda. Izin pada umumnya mempunyai pengertian ”Membenarkan perbuatan yang dilarang”, sedangkan dispensasi adalah ”melakukan perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan”. Namun setiap izin yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, tidak berarti kepada pelaku usaha tersebut akan diberi dispensasi untuk melakukan atau membenarkan tindakan yang dapat merusak atau mencemari fungsi lingkungan hidup. Walaupun ada izin, kepada sipelaku usaha tetap dapat dikenakan sanksi pidana, sanksi administrasi dan sekaligus ganti kerugian untuk pemulihan lingkungan hidup. Berdasarkan asas legalitas, yaitu; ”Asas Nullum delictum Nulla Puna Sine Poenale” mengatakan bahwa ”tiada suatu undang-undang yang dapat dipidana kecuali diatur dalam undang-undang”. Jadi ”izin” berguna untuk membenarkan suatu perbuatan untuk dilakukan, namun itu menjadi peraturan perundang-undangan baginya sebagai Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 garis untuk bertindak dalam melakukan kegiatannya, sedangkan pertanggungjawaban perbuatan tindak pidananya harus tetap dimintakan kepada sipelaku karena melanggar ketentuan yang berlaku. Ini sesuai dengan asas legalitas tadi. Legalitasnya adalah dikeluarkannya izin, berarti adanya peraturan, jika pelaku melakukan kegiatan usaha perkebunan melanggar ketentuan sebagaimana dipersyaratkan dalam izin menurut ketentuan pasal 17 ayat 1 dan pasal 25 ayat 2 a syarat terbitnya izin harus menyertakan Amdal Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tersebut maka, pelaku dapat dimintai pertanggungjawabannya. Menurut Chairul Huda, bahwa; ”Pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi bila sebelumnya seseorang telah melakukan tindak pidana. Dengan demikian, tidak mungkin seseorang dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana, jika yang bersangkutan tidak melakukan tindak pidana. Hanya dengan melakukan tindak pidana, seseorang dapat dimintai pertanggungjawabannya.” 52 Jadi pelaku usaha perkebunan dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran tindak pidana yaitu; pada saat dia tidak memenuhi persyaratan izin yaitu, menyertakan Amdal pada luasan tertentu, namun telah melakukan kegiatan usaha perkebunan; danatau telah melanggar ketentuan dengan tidak memenuhi kewajiban apa yang 52 Chairul Saleh, ”Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005, hlm. 39. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 harus dipenuhi sesuai Amdal atau cenderung mengabaikan kewajiban mempertahankan fungsi perlindungan lingkungan hidup yang berkelanjutan. Sehingga apabila pelaku usaha perkebunan telah melakukan pelanggaran tindak pidana pencemaran lingkungan maka, Pemerintah negara harus tampil untuk memintai pertanggungjawabannya baik secara pidana maupun perdata ganti rugi dan pemulihan lingkungan hidup. Jadi, hal ini sesuai dengan pandangan dari Hans Kelsen yang mengatakan; ”Hakekat negara adalah suatu Tertib Hukum tertib masyarakat yang mempunyai sifat memaksa, yang menimbulkan hak memerintah dan masyarakat mempunyai kewajiban tunduk, karena hukum itu bersifat memaksa”. 53 Di dalam Undang-undang Perkebunan dan Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup permasalahan izin adalah sangat berbeda, namun menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa, masalah izin bukanlah merupakan sebuah perbuatan tindak pidana, akan tetapi izin pendirian suatu badan usaha yang bergerak pada usaha apa saja, itu hanya sebatas berhubungan dengan permasalahan keperdataan saja, lebih tegasnya hanya berhubungan dengan masalah administrasi saja, 53 Samidjo, Ilmu Negara, Bandung; CV. Armico, 2002, hlm. 195. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 walaupun Pasal 18 ayat 1 ayat 1 54 dengan tegas menyebutkan bahwa setiap usaha danatau kegiatan yang mempunyai dampak besar dan penting atau melakukan pelanggaran tertentu terhadap lingkungan diwajibkan memiliki Amdal, namun dalam pengaturan selanjutnya tidak ada disebutkan pelanggaran tindak pidananya, walaupun untuk memperoleh izin melakukan usahakegiatan tersebut syarat utamanya adalah dapat menunjukkan adanya Amdal sebagai persyaratan administrasi. Lalu bagaimana jika pelaku usaha tersebut ternyata telah melakukan kegiatan usahanya sementara Amdal belum dimiliki, lalu melakukan perusakan lingkungan hidup sehingga menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup? Upaya tindakan apa yang diberikan terhadapnya? Menurut Pasal 27 ayat 1 pemerintah hanya memberi sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha danatau kegiatan, dan ganti rugi serta tindakan tertentu. 55 Ganti rugi yang dibebankan terhadap penanggung jawab usaha danatau kegiatan ini adalah sejalan dengan asas pencemar membayar. Sementara itu ganti rugi langsung dibayarkan seketika pada saat terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, sedangkan penetapan besarnya uang ganti rugi ini ditetapkan oleh 54 Pasal 18 ayat 1; Setiap usaha danatau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh izin melakukan usaha danatau kegiatan. 55 Pasal 27 ayat 1; Pelanggaran tertentu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha danatau kegiatan. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 hakim. Tindakan tertentu dilakukan adalah karena adanya gugatan dari masyarakat baik terhadap pemerintah ataupun pelaku usaha danatau kegiatan. Jadi dalam permasalahan izin ini, karena sifat dan karakteristiknya tidak mempunyai kesamaan antara Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan dengan Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu; undang-undang perkebunan menyatakan itu sebagai perbuatan tindak pidana, sementara itu undang-undang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan itu masuk wilayah administrasi maka, ini masuk wewenang dari penyidik perkebunan, oleh karena sifat dan karakteristiknya lebih mengarah ke undang-undang perkebunan, disebabkan persoalannya lebih mengarah ke masalah izin walalupun dalam izin itu mempunyai hubungan dengan lingkungan Hidup, yaitu; dengan mempersyaratkan masalah Amdal atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup dalam persyaratan izin usaha perkebunan. 2. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan ; b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; c. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia, merusak fungsi lingkungan hidup, danatau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat. Pasal 50 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. Sifat dan karakteristik tindak pidana yang masuk lingkungan hidup disini adalah apabila perbuatan tindak pidana dimaksud lebih spesifik mengarah ke kalimat yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup, sementara kalimat “membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat,” tidak ada. Jadi arah tindak pidananya harus melulu yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Sehingga kalau diambil kalimatnya, akan menjadi : “Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa : a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan ; Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; c. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup” Pasal 50 ini memberi gambaran kepada kita bahwa, tindak pidana yang disebutkan itu sudah dapat diterapkan kepada si pelaku walaupun akibatnya yaitu; perusakan fungsi lingkungan itu belum terjadi, sebab kalimat “yang dapat”, belum pernah terjadi, akan tetapi salah satu perbuatan tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran danatau pemasaran hasil perkebunan dengan ke-3 tiga poin a, b, dan c telah dilakukan. Berdasarkan Pasal 50 ini, dan apabila dihubungkan dengan Pasal 41 ayat 1 dan ayat 2, dan Pasal 43 ayat 1, 2 dan ayat 3 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, maka, ditemukan kesamaan sifat dan karakteristik antara kedua pasal pada kedua undang-undang ini, walaupun Pasal 50 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan berkaitan dengan tindak pidana lingkungan hidup. Sehingga PPNS Lingkungan Hidup akan dapat menyidik tindak pidana ini, khususnya pada kalimat terakhir, yaitu; yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup, sebab kalimat “yang dapat”, ini juga terdapat dalam Pasal 41 Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 dan Pasal 43 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu perbuatan yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup; mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik dengan Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 Undang- Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu, perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Kemudian memperdagangkan komponen lain yang berbahaya sehingga dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia dan menghilangkan atau menyembunyikan atau memberi informasi palsu tentang mutu hasil perkebunan. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup; mempunyai sifat dan karakteristik seperti dimaksudkan dengan Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Lingkungan Hidup yaitu, memperdagangkan hasil usaha perkebunan yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup dan kesehatan manusia. Demikian juga apabila melakukan pencampuran hasil perkebunan dengan bahan lainnya yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup dan membahayakan kesehatan manusia mempunyai sifat dan karakteristik dengan Pasal 43 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jadi tindak pidana ini, lebih cocok dengan menggunakan pasal ini. 3. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan perusakan Fungsi Lingkungan Hidup, Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan. Tindak pidana sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 48 ini, sebenarnya berbicara tentang lingkungan hidup yang berada di lahan perkebunan. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup, sebenarnya telah diatur di dalam Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang menyebutkan bahwa kegiatan yang Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup dapat di pidana penjara dan di denda. Sifat dan karakteristik dari Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan itu adalah; bersifat perbuatan dimaksud adalah perbutan tindak pidana, sedangkan karakteristiknya lebih mengarah ke persoalan lingkungan hidup, yaitu adanya akibat dari tindak pidana tersebut yaitu; pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sifat dan karakteristik yang demikian telah ada dan diatur dalam Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu : sama-sama berakibat terjadinya Pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup. Setiap kegiatan pembukaan danatau pengolahan lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah dilarang. Dampak besar dan penting adalah; dilampauinya batas toleransi pencemaran dan perusakan fungsi lingkungan hidup, yaitu; Baku mutu pencemaran lingkungan hidup dan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. 56 Namun tidak semua pembukaan danatau pengolahan lahan dengan cara pembakaran lahan perkebunan itu dilarang, yaitu; apabila tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup. Tapi apabila melakukan pembakaran lahan harus lebih dahulu meminta izin ke pemerintah. Pertimbangan lain, sifat dan karakteristik Pasal 26 dan Pasal 48 Undang-undang Perkebunan lebih mengarah ke permasalahan lingkungan hidup sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah; karena telah juga diatur dan dikuatkan dalam Ketentuan Pidana Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan. 57 Sehingga lebih jelas dan lebih kuat dasar hukumnya, bahwa jika terjadi perbuatan sebagaimana dimasud 56 Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan, menyebutkan; Pasal 3; Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan meliputi, a. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup nasional, dan; b. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup daerah. 57 Pasal 52 ; Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 18 yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup, diancam Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, maka dasar penuntutannya haruslah menggunakan Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

C. PPNS yang Berwenang Sebagai Penyidik Tindak Pidana Lingkungan

Dokumen yang terkait

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perpajakan dan Penyidik POLRI dalam Penanganan Tindak Pidana Perpajakan.

7 146 121

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYIDIKAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN KAYU DI KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

0 4 17

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK.

1 4 8

TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI (PPNS DJBC) DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN.

0 3 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan T1 312015707 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan T1 312015707 BAB II

1 3 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan

0 0 17

FUNGSI KOORDINASI PENYIDIK POLISI DENGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEHUTANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBALAKAN LIAR | ERBABLEY | Legal Opinion 5663 18674 1 PB

0 0 9

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perpajakan dan Penyidik POLRI dalam Penanganan Tindak Pidana Perpajakan.

0 0 29

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) PERPAJAKAN DAN PENYIDIK POLRI DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

0 1 12