B. Adanya Kesamaan Sifat dan Karakteristik Tindak Pidana Lingkungan
Hidup
Secara garis besarnya apabila dilihat didalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan, bahwa dari ke-6 enam tindak
pidana yang dimaksudkannya, ada 3 tiga tindak pidana yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup, namun diantara ke-3 tiga tindak
pidana tersebut tidak semuanya bersentuhan langsung dengan tindak pidana sebagaimana dimaksudkan oleh Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43
ayat 1 dan ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas tadi maka, adapun ke-3 tiga tindak pidana yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup
menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan tersebut adalah :
1. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan
dengan luasan tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan tanpa izin; Pasal 46.
2. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran
hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; a.
Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan; b.
Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan;
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
c. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang
dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Pasal 50 ayat 1. 3.
Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan
perusakan Fungsi Lingkungan Hidup, Pasal 48. Sementara itu, menurut Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 dan
ayat 2 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup ada 2 dua tindak pidana lingkungan hidup, yaitu :
1. Tindak pidana karena melakukan perbuatan melawan hukum yang
mengakibatkan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup Pasal 41.
2. a. Tindak pidana melanggar ketentuan perundang-undangan yang
berlaku, melepaskan atau membuang zat, energi danatau komponen lain yang berbahaya atau beracun, Masuk di atas atau ke
dalam tanah, ke dalam udara atau ke dalam permukaan, melakukan impor, ekspor, memperdagangkan, mengangkut, menyimpan bahan
tersebut, menjalankan instalasi yang berbahaya, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan
tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau perusakan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain Pasal 43 ayat 1.
c. Memberikan informasi palsu atau menghilangkan atau
menyembunyikan atau merusak informasi yang diperlukan dalam kaitannya dengan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam ayat
1, padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran danatau
perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain Pasal 43 ayat 2.
Untuk mencari adanya kesamaan sifat dan karakter diantara tindak pidana yang disebutkan oleh ke-2 dua undang-undang ini maka, penulis
akan menganalisa satu-persatu pasal-pasal pidana yang disebutkan oleh masing-masing undang-undang ini, lalu menghubungkannya untuk mencari
dimana letak kesamaan tindak pidana lingkungan hidup tersebut, setelah itu, dapatlah dipilah-pilah bahwa tindak pidana tersebut masuk wilayah
undang-undang perkebunan atau undang-undang pengelolaan lingkungan Hidup.
1. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan
dengan luasan tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
perkebunan tanpa izin; Pasal 46 ayat 1 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
Di dalam Pasal 46 ayat 1 ini, ada 2 dua perbuatan tindak pidana yang dilarang, yang pada intinya perbuatan tersebut berupa
kegiatan usaha perkebunan harus memiliki izin usaha perkebunan, yaitu :
a. Tindak pidana melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan
dengan luasan tanah tertentu tanpa memiliki izin usaha perkebunan;
b. Tindak pidana melakukan usaha industri pengolahan hasil
perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu tidak memiliki izin usaha perkebunan;
Dari ke-2 dua jenis usaha kegiatan tersebut, maka izin yang diperlukan bisa saja menjadi satu kesatuan antara usaha budi daya
tanaman perkebunan dengan usaha industri pengolahan hasil perkebunan, atau hanya memiliki izin usaha perkebunannya hanya
pada usaha budi daya tanaman perkebunan tanpa memiliki industri pengolahan hasil perkebunan, atau sebaliknya izin usaha perkebunan
tersebut hanya pada usaha industri pengolahan hasil perkebunan saja tanpa adanya usaha budi daya tanaman perkebunan. Tapi intinya
menurut Pasal 46 ayat 1 ini maka, setiap usaha budi daya tanaman
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu dengan tidak
memiliki izin usaha perkebunan adalah perbuatan tindak pidana. Dan berdasarkan Pasal 25 ayat 2, untuk mendapatkan sebuah izin usaha
perkebunan maka, salah satu persyaratan yang harus dimiliki dulu adalah harus menyertakan Amdal atau upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan pemantauan lingkungan hidup. Istilah izin dan dispensasi adalah berbeda. Izin pada umumnya
mempunyai pengertian ”Membenarkan perbuatan yang dilarang”, sedangkan dispensasi adalah ”melakukan perbuatan yang seharusnya
tidak dilakukan”. Namun setiap izin yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, tidak berarti kepada pelaku usaha tersebut akan
diberi dispensasi untuk melakukan atau membenarkan tindakan yang dapat merusak atau mencemari fungsi lingkungan hidup. Walaupun
ada izin, kepada sipelaku usaha tetap dapat dikenakan sanksi pidana, sanksi administrasi dan sekaligus ganti kerugian untuk pemulihan
lingkungan hidup. Berdasarkan asas legalitas, yaitu; ”Asas Nullum delictum Nulla
Puna Sine Poenale” mengatakan bahwa ”tiada suatu undang-undang yang dapat dipidana kecuali diatur dalam undang-undang”. Jadi
”izin” berguna untuk membenarkan suatu perbuatan untuk dilakukan, namun itu menjadi peraturan perundang-undangan baginya sebagai
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
garis untuk bertindak dalam melakukan kegiatannya, sedangkan pertanggungjawaban perbuatan tindak pidananya harus tetap
dimintakan kepada sipelaku karena melanggar ketentuan yang berlaku. Ini sesuai dengan asas legalitas tadi. Legalitasnya adalah
dikeluarkannya izin, berarti adanya peraturan, jika pelaku melakukan kegiatan usaha perkebunan melanggar ketentuan sebagaimana
dipersyaratkan dalam izin menurut ketentuan pasal 17 ayat 1 dan pasal 25 ayat 2 a syarat terbitnya izin harus menyertakan Amdal
Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tersebut maka, pelaku dapat dimintai pertanggungjawabannya.
Menurut Chairul Huda, bahwa; ”Pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi bila sebelumnya
seseorang telah melakukan tindak pidana. Dengan demikian, tidak mungkin seseorang dipertanggungjawabkan dalam hukum pidana,
jika yang bersangkutan tidak melakukan tindak pidana. Hanya dengan melakukan tindak pidana, seseorang dapat dimintai
pertanggungjawabannya.”
52
Jadi pelaku usaha perkebunan dapat dikatakan telah melakukan pelanggaran tindak pidana yaitu; pada saat dia tidak memenuhi
persyaratan izin yaitu, menyertakan Amdal pada luasan tertentu, namun telah melakukan kegiatan usaha perkebunan; danatau telah
melanggar ketentuan dengan tidak memenuhi kewajiban apa yang
52
Chairul Saleh, ”Dari Tiada Pidana Tanpa Kesalahan, Menuju Kepada Tiada Pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005, hlm.
39.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
harus dipenuhi sesuai Amdal atau cenderung mengabaikan kewajiban mempertahankan fungsi perlindungan lingkungan hidup yang
berkelanjutan. Sehingga apabila pelaku usaha perkebunan telah melakukan pelanggaran tindak pidana pencemaran lingkungan maka,
Pemerintah negara harus tampil untuk memintai pertanggungjawabannya baik secara pidana maupun perdata ganti
rugi dan pemulihan lingkungan hidup. Jadi, hal ini sesuai dengan pandangan dari Hans Kelsen yang mengatakan;
”Hakekat negara adalah suatu Tertib Hukum tertib masyarakat yang mempunyai sifat memaksa, yang menimbulkan hak
memerintah dan masyarakat mempunyai kewajiban tunduk, karena hukum itu bersifat memaksa”.
53
Di dalam Undang-undang Perkebunan dan Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup permasalahan izin adalah sangat
berbeda, namun menurut Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup bahwa, masalah izin bukanlah
merupakan sebuah perbuatan tindak pidana, akan tetapi izin pendirian suatu badan usaha yang bergerak pada usaha apa saja, itu hanya
sebatas berhubungan dengan permasalahan keperdataan saja, lebih tegasnya hanya berhubungan dengan masalah administrasi saja,
53
Samidjo, Ilmu Negara, Bandung; CV. Armico, 2002, hlm. 195.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
walaupun Pasal 18 ayat 1 ayat 1
54
dengan tegas menyebutkan bahwa setiap usaha danatau kegiatan yang mempunyai dampak besar
dan penting atau melakukan pelanggaran tertentu terhadap lingkungan diwajibkan memiliki Amdal, namun dalam pengaturan selanjutnya
tidak ada disebutkan pelanggaran tindak pidananya, walaupun untuk memperoleh izin melakukan usahakegiatan tersebut syarat utamanya
adalah dapat menunjukkan adanya Amdal sebagai persyaratan administrasi. Lalu bagaimana jika pelaku usaha tersebut ternyata
telah melakukan kegiatan usahanya sementara Amdal belum dimiliki, lalu melakukan perusakan lingkungan hidup sehingga menimbulkan
dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup? Upaya tindakan apa yang diberikan terhadapnya? Menurut Pasal 27 ayat 1
pemerintah hanya memberi sanksi administrasi berupa pencabutan izin usaha danatau kegiatan, dan ganti rugi serta tindakan tertentu.
55
Ganti rugi yang dibebankan terhadap penanggung jawab usaha danatau
kegiatan ini adalah sejalan dengan asas pencemar membayar. Sementara itu ganti rugi langsung dibayarkan seketika pada saat
terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup, sedangkan penetapan besarnya uang ganti rugi ini ditetapkan oleh
54
Pasal 18 ayat 1; Setiap usaha danatau kegiatan yang menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan untuk memperoleh izin
melakukan usaha danatau kegiatan.
55
Pasal 27 ayat 1; Pelanggaran tertentu dapat dijatuhi sanksi berupa pencabutan izin usaha danatau kegiatan.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
hakim. Tindakan tertentu dilakukan adalah karena adanya gugatan dari masyarakat baik terhadap pemerintah ataupun pelaku usaha danatau
kegiatan. Jadi dalam permasalahan izin ini, karena sifat dan
karakteristiknya tidak mempunyai kesamaan antara Undang-Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan dengan Undang undang
Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu; undang-undang perkebunan menyatakan itu sebagai perbuatan tindak
pidana, sementara itu undang-undang pengelolaan lingkungan hidup menyatakan itu masuk wilayah administrasi maka, ini masuk
wewenang dari penyidik perkebunan, oleh karena sifat dan karakteristiknya lebih mengarah ke undang-undang perkebunan,
disebabkan persoalannya lebih mengarah ke masalah izin walalupun dalam izin itu mempunyai hubungan dengan lingkungan Hidup, yaitu;
dengan mempersyaratkan masalah Amdal atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup dalam
persyaratan izin usaha perkebunan.
2. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa;
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan ;
b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan
hasil perkebunan; c.
Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia,
merusak fungsi lingkungan hidup, danatau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat. Pasal 50 Undang-undang Nomor 18
tahun 2004 tentang Perkebunan. Sifat dan karakteristik tindak pidana yang masuk lingkungan
hidup disini adalah apabila perbuatan tindak pidana dimaksud lebih spesifik mengarah ke kalimat yang dapat merusak fungsi
lingkungan hidup, sementara kalimat “membahayakan kesehatan dan keselamatan manusia dan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat,”
tidak ada. Jadi arah tindak pidananya harus melulu yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Sehingga kalau diambil kalimatnya,
akan menjadi : “Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau
pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa : a.
Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan ;
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan
hasil perkebunan; c.
Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup”
Pasal 50 ini memberi gambaran kepada kita bahwa, tindak pidana yang disebutkan itu sudah dapat diterapkan kepada si pelaku
walaupun akibatnya yaitu; perusakan fungsi lingkungan itu belum terjadi, sebab kalimat “yang dapat”, belum pernah terjadi, akan tetapi
salah satu perbuatan tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran danatau pemasaran hasil perkebunan dengan ke-3 tiga poin a, b, dan
c telah dilakukan. Berdasarkan Pasal 50 ini, dan apabila dihubungkan dengan
Pasal 41 ayat 1 dan ayat 2, dan Pasal 43 ayat 1, 2 dan ayat 3 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, maka, ditemukan kesamaan sifat dan karakteristik antara kedua pasal pada kedua undang-undang ini, walaupun Pasal
50 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan berkaitan dengan tindak pidana lingkungan hidup. Sehingga PPNS
Lingkungan Hidup akan dapat menyidik tindak pidana ini, khususnya pada kalimat terakhir, yaitu; yang dapat merusak fungsi lingkungan
hidup, sebab kalimat “yang dapat”, ini juga terdapat dalam Pasal 41
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
dan Pasal 43 Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yaitu perbuatan yang mengakibatkan
pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran
hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan yang dapat merusak fungsi
lingkungan hidup; mempunyai kesamaan sifat dan karakteristik dengan Pasal 41 ayat 1 dan Pasal 43 ayat 1 dan ayat 2 Undang-
Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu, perbuatan melawan hukum yang mengakibatkan pencemaran
danatau perusakan lingkungan hidup. Kemudian memperdagangkan komponen lain yang berbahaya sehingga dapat menimbulkan
pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup atau membahayakan kesehatan manusia dan menghilangkan atau menyembunyikan atau
memberi informasi palsu tentang mutu hasil perkebunan. Tindak pidana melakukan pengolahan, peredaran, danatau
pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa; menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil
perkebunan; yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup; mempunyai sifat dan karakteristik seperti dimaksudkan dengan Pasal 43 ayat 1
dan ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Lingkungan Hidup yaitu, memperdagangkan hasil usaha perkebunan yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup dan kesehatan manusia.
Demikian juga apabila melakukan pencampuran hasil perkebunan dengan bahan lainnya yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup
dan membahayakan kesehatan manusia mempunyai sifat dan karakteristik dengan Pasal 43 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor
23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Jadi tindak pidana ini, lebih cocok dengan menggunakan pasal ini.
3. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan
perusakan Fungsi Lingkungan Hidup, Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan.
Tindak pidana sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 48 ini, sebenarnya berbicara tentang lingkungan hidup yang berada di lahan
perkebunan. Tindak pidana membuka danatau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang mengakibatkan terjadinya pencemaran dan
kerusakan fungsi lingkungan hidup, sebenarnya telah diatur di dalam Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup, yang menyebutkan bahwa kegiatan yang
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup dapat di pidana penjara dan di denda.
Sifat dan karakteristik dari Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan itu adalah; bersifat perbuatan
dimaksud adalah perbutan tindak pidana, sedangkan karakteristiknya lebih mengarah ke persoalan lingkungan hidup, yaitu adanya akibat
dari tindak pidana tersebut yaitu; pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup. Sifat dan karakteristik yang demikian telah
ada dan diatur dalam Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu : sama-sama berakibat
terjadinya Pencemaran danatau kerusakan fungsi lingkungan hidup. Setiap kegiatan pembukaan danatau pengolahan lahan
perkebunan dengan cara pembakaran yang menimbulkan dampak besar dan penting adalah dilarang. Dampak besar dan penting adalah;
dilampauinya batas toleransi pencemaran dan perusakan fungsi lingkungan hidup, yaitu; Baku mutu pencemaran lingkungan hidup dan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.
56
Namun tidak semua pembukaan danatau pengolahan lahan dengan cara pembakaran lahan
perkebunan itu dilarang, yaitu; apabila tidak menimbulkan pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup.
Tapi apabila melakukan pembakaran lahan harus lebih dahulu meminta izin ke pemerintah. Pertimbangan lain, sifat dan karakteristik
Pasal 26 dan Pasal 48 Undang-undang Perkebunan lebih mengarah ke permasalahan lingkungan hidup sebagaimana dimaksudkan dalam
Pasal 41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah; karena telah juga diatur dan dikuatkan
dalam Ketentuan Pidana Pasal 52 Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian kerusakan dan atau pencemaran
lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan.
57
Sehingga lebih jelas dan lebih kuat dasar hukumnya, bahwa jika terjadi perbuatan sebagaimana dimasud
56
Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 2001 tentang Pengendalian kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan, menyebutkan;
Pasal 3; Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup yang berkaitan dengan kebakaran hutan dan atau lahan meliputi, a. Kriteria baku kerusakan lingkungan hidup nasional, dan; b. Kriteria baku kerusakan
lingkungan hidup daerah.
57
Pasal 52 ; Setiap orang yang melanggar ketentuan Pasal 11, Pasal 14, Pasal 15, Pasal 17, dan Pasal 18 yang mengakibatkan terjadinya kerusakan dan atau pencemaran lingkungan hidup, diancam
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
dalam Pasal 48 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, maka dasar penuntutannya haruslah menggunakan Pasal
41 Undang undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
C. PPNS yang Berwenang Sebagai Penyidik Tindak Pidana Lingkungan