Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Pada Lahan

kepada pengurus korporasi, karena pengurus korporasi yang dalam hal ini para direksi komisaris yang merupakan pemegang amanah fiduciary dari badan hukum, harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan. 46

B. Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Pada Lahan

Perkebunan Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan dibuat dengan tujuan untuk maksud mengakomodir kebijakan pemerintah dalam rangka memperkuat struktur ekonomi masyarakat dan negara lewat devisa dari hasil ekspor perkebunan, oleh karena itu pemerintah lewat kebijakannya melakukan revitalisasi perkebunan dan memperbaharui peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perkebunan dan sektor lain yang berkaitan dengan perkebunan. Pemerintah telah menyadari betul bahwa perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan konsumsi dalam negeri, memperoleh nilai tambah dan daya 46 Bismar Nasution, Op.Cit., hal. 10. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 saing, tersedianya bahan baku industri yang berasal dari hasil perkebunan dan pengoptimalan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Indonesia adalah suatu negara yang bercorak agraris, dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya melimpah sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri dan ini merupakan suatu potensi yang sangat besar dalam mengembangkan perkebunan untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan asas manfaat dan berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan serta berkeadilan. Penyelenggaraan usaha perkebunan sudah terbukti cukup tangguh bertahan dalam terpaan badai resesi yang melanda Indonesia, usaha perkebunan perlu diselenggarakan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan bertanggung jawab demi meningkatkan perekonomian rakyat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan pembangunan perkebunan ini maka, perlu dibuat peraturan perundang-undang di bidang perkebunan yang memberi arah, pedoman dan alat pengendali yang disusun berdasarkan tata ruang nasional, tata ruang wilayah, potensi dan letak geografis yang sesuai dengan kultur perkebunan, sosial budaya masyarakat dan terpenting adalah dipertahankannya fungsi lingkungan hidup yang berkelanjutan. Dengan pertimbangan di atas maka pemerintah membuat Undang-undang Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan tadi. Di dalam Undang-undang Perkebunan secara penuh telah mengadopsi prinsip-prinsip pengelolaan lingkungan hidup, oleh karenanya undang-undang ini dengan tegas dan jelas menyebutkan bahwa pembangunan perkebunan itu diselenggarakan dengan mengupayakan kelestarian fungsi lingkungan hidup, yang dimulai sejak melakukan perencanaan, mengurus izin disertakannya syarat Amdal, pengelolaan lahan sampai pada pengelolaan hasil perkebunan. Dari ke-6 enam tindak pidana seperti disebutkan di atas yang terjadi dilahan perkebunan berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan, beberapa pasal telah mengatur tentang tindak pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang terjadi dilahan perkebunan tadi. Tindak pidana ini terjadi pada waktu melakukan aktivitas atau kegiatan usaha perkebunan, baik itu kegiatan pada masa budi daya tanaman perkebunan, maupun kegiatan pada masa mengelola hasil usaha perkebunan untuk memperoleh nilai tambah. Berdasarkan pengamatan penulis atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang dikaitkan pula dengan keberadaan Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup maka, tindak pidana yang terkait dengan lingkungan hidup pada lahan perkebunan itu dapat dibagi 2 dua, yaitu : Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 1. Tindak pidana lingkungan hidup pada masa persiapan budi daya tanaman perkebunan, dan; 2. Tindak pidana lingkungan hidup pada masa pengolahan hasil perkebunan. 1. Tindak pidana lingkungan hidup pada masa persiapan budi daya tanaman perkebunan. Ada beberapa tahap kegiatan pada masa persiapan budi daya tanaman yang terkait langsung dengan permasalahan lingkungan hidup, seperti : 1.1 Tahap mengurus izin; 1.2 Tahap Persiapan lahan; dimana dalam pelaksanaan masing-masing tahapan ini bisa terjadi tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan. 1.1 Tahap mengurus izin Melakukan suatu usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tanpa memiliki izin Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2 maka setiap orang dengan sengaja atau karena kelalaiannya melakukan kegiatan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau setiap orang dengan sengaja atau karena kelalaiannya melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin usaha perkebunan dapat dipidana, karena setiap memulai usaha perkebunan maka tiap orang atau pelaku usaha perkebunan harus memiliki izin Usaha Perkebunan terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan usaha perkebunan. Izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud Pasal 49 Undang-undang Perkebunan ini adalah untuk memenuhi maksud dari Pasal 17. 47 47 Pasal 17 : 1 Setiap pelaku usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan. 2 Kewajiban memperoleh izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dikecualikan bagi pekebun. 3 Luasan tanah tertentu untuk usaha budi daya tanaman perkebunan dan kapasitas pabrik tertentu untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan oleh Menteri berdasarkan jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, dan modal. 4 Usaha industri pengolahan hasil perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan bakunya berdasarkan dengan mengusahakan budi daya tanaman perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan pekebun, perusahaan perkebunan, danatau bahan baku dari sumber lainnya. 5 Izin Usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan oleh Gubernur untuk wilayah lintas kabupatenkota dan Bupati untuk wilayah kabupatenkota. 6 pelaku usaha perkebunan yang telahmendapat izin usaha perkebunan wajib menyampaikan laporan perkembangan usahanya secara berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kepada pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam ayat 5. 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 serta laporan perkembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 ditetapkan oleh Menteri. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Sementara itu izin usaha perkebunan diberikan kepada pelaku usaha perkebunan, dan pelaku usaha perkebunan itu adalah pekebun perorangan baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, badan hukum baik itu badan hukum Indonesia maupun badan hukum asing yang berbentuk perusahaan perkebunan, dimana salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh Izin Usaha Perkebunan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 25 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 48 maka, setiap pelaku usaha perkebunan diwajibkan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, mencegah dan menanggulangi pencemaran dan kerusakannya akibat dari kegiatan usaha perkebunan, harus membuat dan memiliki Analisa Mengenai 48 Pasal 25, menyebutkan : 1 Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya. 2 Untuk mencegah kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, sebelum memperoleh izin usaha perkebunan perusahaan perkebunan wajib; a. Membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pemantauan lingkungan hidup. b. Memiliki analisis dan manajemen resiko bagi yang menggunakan hasil rekayasa genetik; c. Membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana, prasarana, dan sistem tanggap darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya kebakaran dalam pembukaan danatau pengolahan lahan. 3 Untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah dan menanggulangi kerusakannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, setelah memperoleh izin usaha perkebunan wajib menerapkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup danatau analisis dan manajemen resiko lingkungan hidup serta memantau penerapannya. 4 Setiap perusahaan perkebunan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditolak permohonan izin usahanya. 5. Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh izin usaha perkebunan tetapi tidak menerapkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dicabut izin usahanya. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Dampak Lingkungan Hidup Amdal, serta membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana prasarana, dan sistem tanggap darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya kebakaran dalam pembukaan danatau pengolahan lahan. Namun berdasarkan Pasal 17 ayat 2 kepada Pekebun tidak diwajibkan untuk memperoleh izin usaha perkebunan sebagaimana disebutkan dalam ayat 1, berarti persyaratan sebagaimana diwajibkan dalam maksud Pasal 25 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 tadi tidak diperlukan oleh pekebun. Di dalam izin usaha perkebunan yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka setiap pelaku usaha perkebunan harus terlebih dahulu melampiri hasil Amdal, karena dari Amdal ini akan terlihat dengan jelas, apakah perkebunan yang akan dibangun tersebut memenuhi persyaratan lingkungan dimana kemungkinanannya dapat menimbulkan dampak besar dan penting, jika tidak menimbulkan dampak besar dan penting maka pelaku usaha perkebunan tersebut cukup hanya diwajibkan memiliki upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup. Jadi dalam izin maka persyaratan pelestarian fungsi lingkungan hidup dicantumkan, maka oleh karenanya bagi setiap orang yang melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan pada luasan tertentu luasannya sesuai dengan ketentuan pemerintah danatau usaha Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 industri pengolahan hasil perkebunan dengan tidak memiliki Amdal oleh Pasal 46 ayat 1 Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang perkebunan dianggap telah melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman paling tinggi 5 lima tahun penjara dan denda paling banyak Rp. 2.000.000.000.- dua miliar rupiah. Menurut pendapat penulis maka, Tindak Pidana karena tidak memiliki Izin Usaha Perkebunan khususnya berkaitan dengan persyaratan keharusan memiliki Amdal dimasukkan sebagai tindak pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup, walaupun dalam Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berkaiatan dengan persyaratan Amdal dalam izin tidak menjadi tindak pidana, akan tetapi hanya menjadi syarat administrasinya saja. 1.2 Tahap Persiapan Lahan Membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan perusakan Fungsi Lingkungan Hidup Apabila telah memasuki tahapan persiapan lahan, maka pelaku usaha perkebunan berarti telah memiliki izin, dan persoalan Amdal dan persyaratan keharusan untuk memelihara fungsi lingkungan hidup telah dipenuhi. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Kegiatan yang masuk dalam persiapan lahan ini, adalah kegiatan pada waktu mempersiapkan hamparan lahan untuk ditanami tanaman perkebunan. Biasanya hambaran lahan yang telah memperoleh izin, masih ditumbuhi pepohonan dan semak belukar, dan pada masa persiapan lahan inilah banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang dapat merusak fungsi lingkungan yang berarti merusak ekosistem lingkungan. Yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah bahwa pelaku usaha perkebunan dalam melakukan pembersihan lahan land clearing adalah dengan cara membakar, terutama pelaku usaha perkebunan pada budi daya tanaman kelapa sawit. Pembersihan lahan perkebunan land clearing dengan cara pembakaran dilakukan adalah untuk menekan biaya, karena mereka menganggap cara pembakaran lahan ini sangat efektif, efisien, mudah, cepat dan biayanya ringan. Biasanya pembakaran lahan ini dilakukan pada masa musim kemarau, sebab serasah dan kayu-kayu banyak yang sudah kering dan mudah terbakar. Indonesia banyak menuai protes dari negara tetangga seperti, Australia, Malaysia, Singapore, sebab hampir setiap tahun hutan dan lahan Indonesia mengalami kebakaran, dan ini banyak yang disengaja. Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Asap yang ditimbulkan dari pembakaran lahan dan hutan ini sudah melewati ambang batas toleransi, sampai-sampai jalur transportasi seperti Angkutan udara dan laut Singapore, Malaysia dan beberapa daerah Indonesia mengalami kelumpuhan total karena asap yang begitu tebal berada diudara. Langit menjadi gelap, jarak pandang hanya terlihat pendek. Beberapa jalur angkutan darat juga agak lumpuh, sebab jarak pandang ada yang hanya 3 tiga meter saja. Pembukaan, persiapan dan pengolahan lahan perkebunan dengan cara pembakaran yang memberi dampak dan berakibat pada pencemaran dan perusakan ekosistem dan fungsi lingkungan hidup yang menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan Pasal 26 adalah dilarang, dan sesuai dengan Pasal 48 mendapat hukuman paling tinggi 10 sepuluh tahun dan denda Rp. 10.000.000.000. sepuluh miliar apabila pembakaran itu disengaja. Jika tindak pidana itu mengakibatkan matinya orang lain, maka hukuman ditambah paling tinggi 15 lima belas tahun dan denda paling banyak Rp. 15.000.000.000.- lima belas miliar rupiah. Disamping itu jika tindak pidana ini terjadi karena kelalaian maka hukuman maksimal menjadi berkurang, yaitu 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000.- tiga miliar rupiah, dan jika Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 kelalaian ini mengakibatkan matinya orang lain maka, hukuman juga di pertinggi, yaitu 5 lima tahun dan denda Rp 5.000.000.000.- Proses pembukaan lahan itu berbeda dengan proses pengolahan lahan. Proses pembukaan lahan terjadi pada awal persiapan penebangan pohon-pohon danatau pembersihan lahan, ini merupakan awal mula kegiatan pengerjaan lahan, lalu dibersihkan, lalu berlanjut pada pengolahan lahan. Jadi pekerjaan ini merupakan saru kesatuan. Pada pengolahan lahan gunanya adalah dalam rangka persiapan penanaman anakan tanaman perkebunan. Jika pada tahapan proses persiapan pembukaan danatau pengolahan lahan ini dilakukan dengan tehnik cara bakar yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup maka, ini yang oleh undang- undang perkebunan disebut menjadi suatu tindak pidana. Dan proses tindak pidana ini terjadi harus utuh saling berangkai antara melakukan kegiatan membuka danatau pengolahan lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan perusakan fungsi lingkungan hidup. Jika pembakaran tersebut hanya berakibat pencemaran danatau hanya berakibat rusaknya fungsi lingkungan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 hidup, maka unsur-unsur rangkaian kejadian menurut Pasal 26 tidak terpenuhi. Jadi harus utuh terjadi sesuai pasal tersebut. 2. Tindak pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup pada masa pengolahan hasil perkebunan Melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa : a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan; b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan; c. Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan maka, yang dimaksud dengan hasil perkebunan adalah semua barang dan jasa yang berasal dari perkebunan yang terdiri dari produk utama, produk turunan, produk sampingan, produk ikutan, dan produk lainnya. Hasil perkebunan berupa barang adalah berwujud benda, sedangkan hasil perkebunan berupa jasa adalah berwujud pelayanan. Jadi semua produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil perkebunan ini, baik itu pada masa proses pengolahan, proses pengedaran Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 danatau pemasaran hasil perkebunan, ternyata dilakukan pemalsuan mutu danatau kemasan; menggunakan bahan penolong dengan benda atau bahan lain; danatau mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lainnya yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup, maka, berdasarkan Pasal 50 dapat dikenakan ancaman hukuman pidana penjara. Pasal 50 ini bisa masuk sebagai kategori tindak pidana lingkungan hidup apabila produk hasil perkebunan tersebut ternyata peredaran, pengolahan danatau pemasarannya itu dapat merusak fungsi lingkungan hidup. Jadi Pasal 50 ini tidak harus terjadi dulu akibatnya yaitu perusakan fungsi lingkungan hidup, sebab pada waktu dilakukan pemalsuan mutu danatau kemasan; menggunakan bahan penolong dengan benda atau bahan lain; danatau mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lainnya maka, disini telah terjadi tindak pidana lingkungan hidup. Sebab pada waktu proses menghasilkan barang dilakukan ternyata bahan yang digunakan dapat merusak fungsi lingkungan hidup, danatau mekanisme atau sistem proses barang dan jasa atau mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut ternyata merusak fungsi lingkungan hidup maka, ini masuk kategori tindak pidana lingkungan hidup juga. Di dalam pertanggungjawaban perdatanya, yaitu ganti rugi Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 Hidup menganut asas tanggung jawab mutlak strict libility, yaitu, bahwa setiap penanggunggung jawab usaha danatau kegiatan bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan karena kegiatan yang dilakukan perusahaannya yang mengakibatkan terjadinya pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 35 ayat 1 yang memberi pengertian bahwa, bertanggungjawab secara mutlak strict liability adalah, bahwa unsur kesalahan tidak perlu diajukan oleh penggugat sebagai dasar pembuktian, akan tetapi pembuktiannya dilakukan oleh tergugat sendiri, karena undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup menganut asas pembuktian terbalik, artinya tergugat harus bisa membuktikan bahwa perusahaannnya tidak melakukan pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Pembuktian ini dapat dilakukan pada waktu persidangan danatau pada waktu penyidikan ditingkat penyidik jika terdapat unur-unsur pidananya. BAB III Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008 PPNS YANG BERWENANG SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PADA LAHAN PERKEBUNAN

A. Analisis Wewenang PPNS Perkebunan dan Wewenang PPNS

Dokumen yang terkait

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perpajakan dan Penyidik POLRI dalam Penanganan Tindak Pidana Perpajakan.

7 146 121

ANALISIS YURIDIS TENTANG PENYIDIKAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM TINDAK PIDANA PENCURIAN KAYU DI KAWASAN TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

0 4 17

PENULISAN HUKUM/SKRIPSI PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DALAM PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN DI KANTOR PELAYANAN UTAMA BEA DAN CUKAI TANJUNG PRIOK.

1 4 8

TINJAUAN YURIDIS KEWENANGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI (PPNS DJBC) DALAM MELAKUKAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN.

0 3 1

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan T1 312015707 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan T1 312015707 BAB II

1 3 32

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Koordinasi Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Kehutanan dan Penyidik Polri dalam Penyidikan Tindak Pidana Kehutanan

0 0 17

FUNGSI KOORDINASI PENYIDIK POLISI DENGAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEHUTANAN DALAM PROSES PENYIDIKAN TINDAK PIDANA PEMBALAKAN LIAR | ERBABLEY | Legal Opinion 5663 18674 1 PB

0 0 9

Peranan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Perpajakan dan Penyidik POLRI dalam Penanganan Tindak Pidana Perpajakan.

0 0 29

PERANAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) PERPAJAKAN DAN PENYIDIK POLRI DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA PERPAJAKAN

0 1 12