kepada pengurus korporasi, karena pengurus korporasi yang dalam hal ini para direksi komisaris yang merupakan pemegang amanah
fiduciary dari badan hukum, harus berperilaku sebagaimana layaknya pemegang kepercayaan.
46
B. Tindak Pidana yang Berkaitan dengan Lingkungan Hidup Pada Lahan
Perkebunan
Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan dibuat dengan tujuan untuk maksud mengakomodir kebijakan pemerintah dalam
rangka memperkuat struktur ekonomi masyarakat dan negara lewat devisa dari hasil ekspor perkebunan, oleh karena itu pemerintah lewat
kebijakannya melakukan revitalisasi perkebunan dan memperbaharui peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan perkebunan dan
sektor lain yang berkaitan dengan perkebunan. Pemerintah telah menyadari betul bahwa perkebunan mempunyai
peranan yang sangat penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat,
meningkatkan penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan pekerjaan, pemenuhan konsumsi dalam negeri, memperoleh nilai tambah dan daya
46
Bismar Nasution, Op.Cit., hal. 10.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
saing, tersedianya bahan baku industri yang berasal dari hasil perkebunan dan pengoptimalan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.
Indonesia adalah suatu negara yang bercorak agraris, dimana bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya melimpah sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa yang patut disyukuri dan ini merupakan suatu potensi yang sangat besar dalam mengembangkan perkebunan untuk
mewujudkan kemakmuran rakyat. Oleh karena itu perkebunan harus diselenggarakan berdasarkan asas manfaat dan
berkelanjutan, keterpaduan, kebersamaan, keterbukaan serta berkeadilan. Penyelenggaraan usaha perkebunan sudah terbukti cukup tangguh
bertahan dalam terpaan badai resesi yang melanda Indonesia, usaha perkebunan perlu diselenggarakan, dikelola, dilindungi dan dimanfaatkan
secara terencana, terbuka, terpadu, profesional dan bertanggung jawab demi meningkatkan perekonomian rakyat, bangsa dan negara. Untuk
mencapai tujuan pembangunan perkebunan ini maka, perlu dibuat peraturan perundang-undang di bidang perkebunan yang memberi arah,
pedoman dan alat pengendali yang disusun berdasarkan tata ruang nasional, tata ruang wilayah, potensi dan letak geografis yang sesuai
dengan kultur perkebunan, sosial budaya masyarakat dan terpenting adalah dipertahankannya fungsi lingkungan hidup yang berkelanjutan.
Dengan pertimbangan di atas maka pemerintah membuat Undang-undang
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan tadi. Di dalam Undang-undang Perkebunan secara penuh telah mengadopsi prinsip-prinsip pengelolaan
lingkungan hidup, oleh karenanya undang-undang ini dengan tegas dan jelas menyebutkan bahwa pembangunan perkebunan itu
diselenggarakan dengan mengupayakan kelestarian fungsi lingkungan hidup, yang dimulai sejak melakukan perencanaan, mengurus izin
disertakannya syarat Amdal, pengelolaan lahan sampai pada pengelolaan hasil perkebunan.
Dari ke-6 enam tindak pidana seperti disebutkan di atas yang terjadi dilahan perkebunan berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun
2004 tentang Perkebunan, beberapa pasal telah mengatur tentang tindak pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup yang terjadi dilahan
perkebunan tadi. Tindak pidana ini terjadi pada waktu melakukan aktivitas atau kegiatan usaha perkebunan, baik itu kegiatan pada masa
budi daya tanaman perkebunan, maupun kegiatan pada masa mengelola hasil usaha perkebunan untuk memperoleh nilai tambah.
Berdasarkan pengamatan penulis atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan yang dikaitkan pula dengan keberadaan
Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup maka, tindak pidana yang terkait dengan lingkungan hidup pada
lahan perkebunan itu dapat dibagi 2 dua, yaitu :
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
1. Tindak pidana lingkungan hidup pada masa persiapan budi daya
tanaman perkebunan, dan; 2.
Tindak pidana lingkungan hidup pada masa pengolahan hasil perkebunan.
1. Tindak pidana lingkungan hidup pada masa persiapan budi daya tanaman perkebunan.
Ada beberapa tahap kegiatan pada masa persiapan budi daya tanaman yang terkait langsung dengan permasalahan lingkungan
hidup, seperti : 1.1 Tahap mengurus izin;
1.2 Tahap Persiapan lahan; dimana dalam pelaksanaan masing-masing tahapan ini bisa terjadi
tindak pidana lingkungan hidup yang dilakukan oleh pelaku usaha perkebunan.
1.1 Tahap mengurus izin Melakukan suatu usaha budi daya tanaman perkebunan dengan
luasan tanah tertentu danatau usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tanpa memiliki izin
Berdasarkan Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 46 ayat 1 dan ayat 2 maka setiap orang
dengan sengaja atau karena kelalaiannya melakukan kegiatan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau setiap orang dengan sengaja atau karena kelalaiannya
melakukan usaha industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas tertentu tidak memiliki izin usaha perkebunan dapat
dipidana, karena setiap memulai usaha perkebunan maka tiap orang atau pelaku usaha perkebunan harus memiliki izin Usaha
Perkebunan terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan usaha perkebunan. Izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud Pasal
49 Undang-undang Perkebunan ini adalah untuk memenuhi maksud dari Pasal 17.
47
47
Pasal 17 : 1 Setiap pelaku usaha budi daya tanaman perkebunan dengan luasan tanah tertentu danatau usaha
industri pengolahan hasil perkebunan dengan kapasitas pabrik tertentu wajib memiliki izin usaha perkebunan.
2 Kewajiban memperoleh izin usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dikecualikan bagi pekebun.
3 Luasan tanah tertentu untuk usaha budi daya tanaman perkebunan dan kapasitas pabrik tertentu untuk usaha industri pengolahan hasil perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 ditetapkan oleh
Menteri berdasarkan jenis tanaman, teknologi, tenaga kerja, dan modal. 4 Usaha industri pengolahan hasil perkebunan harus dapat menjamin ketersediaan bahan bakunya
berdasarkan dengan mengusahakan budi daya tanaman perkebunan sendiri, melakukan kemitraan dengan pekebun, perusahaan perkebunan, danatau bahan baku dari sumber lainnya.
5 Izin Usaha perkebunan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 diberikan oleh Gubernur untuk wilayah lintas kabupatenkota dan Bupati untuk wilayah kabupatenkota.
6 pelaku usaha perkebunan yang telahmendapat izin usaha perkebunan wajib menyampaikan laporan perkembangan usahanya secara berkala sekurang-kurangnya 1 tahun sekali kepada pemberi izin
sebagaimana dimaksud dalam ayat 5. 7 Ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pemberian izin usaha perkebunan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2 serta laporan perkembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam ayat 6 ditetapkan oleh Menteri.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Sementara itu izin usaha perkebunan diberikan kepada pelaku usaha perkebunan, dan pelaku usaha perkebunan itu adalah pekebun
perorangan baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, badan hukum baik itu badan hukum Indonesia maupun badan hukum
asing yang berbentuk perusahaan perkebunan, dimana salah satu persyaratan yang harus dipenuhi dalam memperoleh Izin Usaha
Perkebunan sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan Pasal 25 ayat 1, 2, 3,
4, dan 5
48
maka, setiap pelaku usaha perkebunan diwajibkan untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup, mencegah dan
menanggulangi pencemaran dan kerusakannya akibat dari kegiatan usaha perkebunan, harus membuat dan memiliki Analisa Mengenai
48
Pasal 25, menyebutkan : 1 Setiap pelaku usaha perkebunan wajib memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan
mencegah kerusakannya. 2 Untuk mencegah kerusakan fungsi lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, sebelum
memperoleh izin usaha perkebunan perusahaan perkebunan wajib; a. Membuat analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pemantauan lingkungan hidup.
b. Memiliki analisis dan manajemen resiko bagi yang menggunakan hasil rekayasa genetik; c. Membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana, prasarana, dan sistem tanggap
darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya kebakaran dalam pembukaan danatau pengolahan lahan.
3 Untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah dan menanggulangi kerusakannya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, setelah memperoleh izin usaha perkebunan
wajib menerapkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup danatau analisis dan manajemen resiko lingkungan
hidup serta memantau penerapannya.
4 Setiap perusahaan perkebunan yang tidak memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 ditolak permohonan izin usahanya.
5. Setiap perusahaan perkebunan yang telah memperoleh izin usaha perkebunan tetapi tidak menerapkan analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau upaya pengelolaan lingkungan hidup dan upaya
pemantauan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dicabut izin usahanya.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Dampak Lingkungan Hidup Amdal, serta membuat pernyataan kesanggupan untuk menyediakan sarana prasarana, dan sistem tanggap
darurat yang memadai untuk menanggulangi terjadinya kebakaran dalam pembukaan danatau pengolahan lahan. Namun berdasarkan
Pasal 17 ayat 2 kepada Pekebun tidak diwajibkan untuk memperoleh izin usaha perkebunan sebagaimana disebutkan dalam ayat 1, berarti
persyaratan sebagaimana diwajibkan dalam maksud Pasal 25 ayat 1, 2, 3, 4, dan 5 tadi tidak diperlukan oleh pekebun.
Di dalam izin usaha perkebunan yang dikeluarkan oleh pemerintah, maka setiap pelaku usaha perkebunan harus terlebih
dahulu melampiri hasil Amdal, karena dari Amdal ini akan terlihat dengan jelas, apakah perkebunan yang akan dibangun tersebut
memenuhi persyaratan lingkungan dimana kemungkinanannya dapat menimbulkan dampak besar dan penting, jika tidak menimbulkan
dampak besar dan penting maka pelaku usaha perkebunan tersebut cukup hanya diwajibkan memiliki upaya pengelolaan lingkungan
hidup dan upaya pemantauan lingkungan hidup. Jadi dalam izin maka persyaratan pelestarian fungsi lingkungan
hidup dicantumkan, maka oleh karenanya bagi setiap orang yang melakukan usaha budi daya tanaman perkebunan pada luasan tertentu
luasannya sesuai dengan ketentuan pemerintah danatau usaha
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
industri pengolahan hasil perkebunan dengan tidak memiliki Amdal oleh Pasal 46 ayat 1 Undang Nomor 18 tahun 2004 tentang
perkebunan dianggap telah melakukan tindak pidana dengan ancaman hukuman paling tinggi 5 lima tahun penjara dan denda paling banyak
Rp. 2.000.000.000.- dua miliar rupiah. Menurut pendapat penulis maka, Tindak Pidana karena tidak
memiliki Izin Usaha Perkebunan khususnya berkaitan dengan persyaratan keharusan memiliki Amdal dimasukkan sebagai tindak
pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup, walaupun dalam Undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang berkaiatan
dengan persyaratan Amdal dalam izin tidak menjadi tindak pidana, akan tetapi hanya menjadi syarat administrasinya saja.
1.2 Tahap Persiapan Lahan Membuka danatau mengolah lahan perkebunan dengan cara
pembakaran yang berakibat pada terjadinya pencemaran dan perusakan Fungsi Lingkungan Hidup
Apabila telah memasuki tahapan persiapan lahan, maka pelaku usaha perkebunan berarti telah memiliki izin, dan persoalan Amdal
dan persyaratan keharusan untuk memelihara fungsi lingkungan hidup telah dipenuhi.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Kegiatan yang masuk dalam persiapan lahan ini, adalah kegiatan pada waktu mempersiapkan hamparan lahan untuk ditanami
tanaman perkebunan. Biasanya hambaran lahan yang telah memperoleh izin, masih ditumbuhi pepohonan dan semak belukar, dan
pada masa persiapan lahan inilah banyak terjadi penyimpangan- penyimpangan yang dapat merusak fungsi lingkungan yang berarti
merusak ekosistem lingkungan. Yang paling banyak terjadi di Indonesia adalah bahwa pelaku
usaha perkebunan dalam melakukan pembersihan lahan land clearing adalah dengan cara membakar, terutama pelaku usaha
perkebunan pada budi daya tanaman kelapa sawit. Pembersihan lahan perkebunan land clearing dengan cara pembakaran dilakukan adalah
untuk menekan biaya, karena mereka menganggap cara pembakaran lahan ini sangat efektif, efisien, mudah, cepat dan biayanya ringan.
Biasanya pembakaran lahan ini dilakukan pada masa musim kemarau, sebab serasah dan kayu-kayu banyak yang sudah kering dan mudah
terbakar. Indonesia banyak menuai protes dari negara tetangga seperti,
Australia, Malaysia, Singapore, sebab hampir setiap tahun hutan dan lahan Indonesia mengalami kebakaran, dan ini banyak yang disengaja.
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Asap yang ditimbulkan dari pembakaran lahan dan hutan ini sudah melewati ambang batas toleransi, sampai-sampai jalur transportasi
seperti Angkutan udara dan laut Singapore, Malaysia dan beberapa daerah Indonesia mengalami kelumpuhan total karena asap yang
begitu tebal berada diudara. Langit menjadi gelap, jarak pandang hanya terlihat pendek. Beberapa jalur angkutan darat juga agak lumpuh,
sebab jarak pandang ada yang hanya 3 tiga meter saja. Pembukaan, persiapan dan pengolahan lahan perkebunan
dengan cara pembakaran yang memberi dampak dan berakibat pada pencemaran dan perusakan ekosistem dan fungsi lingkungan hidup
yang menurut Undang-undang Nomor 18 tahun 2007 tentang Perkebunan Pasal 26 adalah dilarang, dan sesuai dengan Pasal 48
mendapat hukuman paling tinggi 10 sepuluh tahun dan denda Rp. 10.000.000.000. sepuluh miliar apabila pembakaran itu disengaja. Jika
tindak pidana itu mengakibatkan matinya orang lain, maka hukuman ditambah paling tinggi 15 lima belas tahun dan denda
paling banyak Rp. 15.000.000.000.- lima belas miliar rupiah. Disamping itu jika tindak pidana ini terjadi karena kelalaian maka
hukuman maksimal menjadi berkurang, yaitu 3 tiga tahun dan denda paling banyak Rp 3.000.000.000.- tiga miliar rupiah, dan jika
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
kelalaian ini mengakibatkan matinya orang lain maka, hukuman juga di pertinggi, yaitu 5 lima tahun dan denda Rp
5.000.000.000.- Proses pembukaan lahan itu berbeda dengan proses pengolahan
lahan. Proses pembukaan lahan terjadi pada awal persiapan penebangan pohon-pohon danatau pembersihan lahan, ini merupakan
awal mula kegiatan pengerjaan lahan, lalu dibersihkan, lalu berlanjut pada pengolahan lahan. Jadi pekerjaan ini merupakan saru kesatuan.
Pada pengolahan lahan gunanya adalah dalam rangka persiapan penanaman anakan tanaman perkebunan. Jika pada tahapan
proses persiapan pembukaan danatau pengolahan lahan ini dilakukan dengan tehnik cara bakar yang berakibat terjadinya pencemaran dan
kerusakan lingkungan hidup maka, ini yang oleh undang- undang perkebunan disebut menjadi suatu tindak pidana. Dan proses
tindak pidana ini terjadi harus utuh saling berangkai antara melakukan kegiatan membuka danatau pengolahan lahan dengan cara
pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan perusakan fungsi lingkungan hidup. Jika pembakaran tersebut hanya berakibat
pencemaran danatau hanya berakibat rusaknya fungsi lingkungan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
hidup, maka unsur-unsur rangkaian kejadian menurut Pasal 26 tidak terpenuhi. Jadi harus utuh terjadi sesuai pasal tersebut.
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan lingkungan hidup pada masa pengolahan hasil perkebunan
Melakukan pengolahan, peredaran, danatau pemasaran hasil perkebunan yang melanggar larangan berupa :
a. Pemalsuan mutu danatau kemasan hasil perkebunan;
b. Menggunakan bahan penolong untuk usaha industri pengolahan hasil
perkebunan; c.
Mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lain yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup.
Menurut Pasal 1 ayat 9 Undang-undang Nomor 18 tahun 2004 tentang Perkebunan maka, yang dimaksud dengan hasil perkebunan
adalah semua barang dan jasa yang berasal dari perkebunan yang terdiri dari produk utama, produk turunan, produk sampingan, produk ikutan,
dan produk lainnya. Hasil perkebunan berupa barang adalah berwujud benda, sedangkan hasil perkebunan berupa jasa adalah berwujud
pelayanan. Jadi semua produk yang dihasilkan dari pengolahan hasil perkebunan ini, baik itu pada masa proses pengolahan, proses pengedaran
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
danatau pemasaran hasil perkebunan, ternyata dilakukan pemalsuan mutu danatau kemasan; menggunakan bahan penolong dengan benda atau
bahan lain; danatau mencampur hasil perkebunan dengan benda atau bahan lainnya yang dapat merusak fungsi lingkungan hidup, maka,
berdasarkan Pasal 50 dapat dikenakan ancaman hukuman pidana penjara. Pasal 50 ini bisa masuk sebagai kategori tindak pidana lingkungan
hidup apabila produk hasil perkebunan tersebut ternyata peredaran, pengolahan danatau pemasarannya itu dapat merusak fungsi lingkungan
hidup. Jadi Pasal 50 ini tidak harus terjadi dulu akibatnya yaitu perusakan fungsi lingkungan hidup, sebab pada waktu dilakukan pemalsuan mutu
danatau kemasan; menggunakan bahan penolong dengan benda atau bahan lain; danatau mencampur hasil perkebunan dengan benda atau
bahan lainnya maka, disini telah terjadi tindak pidana lingkungan hidup. Sebab pada waktu proses menghasilkan barang dilakukan ternyata bahan
yang digunakan dapat merusak fungsi lingkungan hidup, danatau mekanisme atau sistem proses barang dan jasa atau mesin yang digunakan
untuk menghasilkan produk tersebut ternyata merusak fungsi lingkungan hidup maka, ini masuk kategori tindak pidana lingkungan hidup juga.
Di dalam pertanggungjawaban perdatanya, yaitu ganti rugi Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
Hidup menganut asas tanggung jawab mutlak strict libility, yaitu, bahwa setiap penanggunggung jawab usaha danatau kegiatan
bertanggung jawab secara mutlak atas kerugian yang ditimbulkan karena kegiatan yang dilakukan perusahaannya yang mengakibatkan terjadinya
pencemaran danatau perusakan lingkungan hidup. Hal ini sesuai dengan penjelasan pasal 35 ayat 1 yang memberi pengertian bahwa,
bertanggungjawab secara mutlak strict liability adalah, bahwa unsur kesalahan tidak perlu diajukan oleh penggugat sebagai dasar pembuktian,
akan tetapi pembuktiannya dilakukan oleh tergugat sendiri, karena undang-undang Pengelolaan Lingkungan Hidup menganut asas
pembuktian terbalik, artinya tergugat harus bisa membuktikan bahwa perusahaannnya tidak melakukan pencemaran danatau perusakan
lingkungan hidup. Pembuktian ini dapat dilakukan pada waktu persidangan danatau pada waktu penyidikan ditingkat penyidik jika
terdapat unur-unsur pidananya.
BAB III
Alboin : Analisis Kewenangan Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perkebunan Dan Penyidik Pegawai Negeri Sipil…, 2008 USU e-Repository © 2008
PPNS YANG BERWENANG SEBAGAI PENYIDIK TINDAK PIDANA LINGKUNGAN HIDUP PADA LAHAN PERKEBUNAN
A. Analisis Wewenang PPNS Perkebunan dan Wewenang PPNS