pasar kerja. Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, disatu pihak tingkat upah meningkatkan pendapatan income effect yang cenderung untuk
mengurangi TPAK dan dilain pihak peningkatan upah membuat harga waktu menjadi relatif mahal. Pekerjaan menjadi lebih menarik dan menggantikan waktu senggang
substitution effect. Kelima, TPAK dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak waktu yang disediakan untuk
bekerja. Terutama bagi para wanita dengan semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar, dengan kata lain TPAK juga akan
semakin besar. Pendidikan yang mempengaruhi TPAK ini dapat melalui dua jalur yaitu:
1. Proporsi penduduk yang sedang bersekolah umumnya lebih besar pada kelompok umur muda atau kelompok usia sekolah
2. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang nilai tambahnya juga akan semakin mahal. Keenam, TPAK juga dipengaruhi oleh adanya kegiatan
ekonomi. Program pembangunan, disatu pihak menuntut keterlibatan banyak orang dan dilain pihak dapat menumbuhkan harapan-harapan yang baru. Harapan
untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah adanya kegiatan ekonomi
maka TPAK akan semakin besar. Payaman S:1998
6. Partisipasi Tenaga Kerja Wanita Dewasa Ini
Kata partisipasi dalam kamus populer, berasal dari bahasa Belanda yaitu “participate” yang artinya hal ikut serta atau pengikutsertaan. Jadi partisipasi
kerja wanita adalah keikutsertaan wanita dalam menyumbangkan tenaganya di pasar kerja. Menurut Suroto 1983, partisipasi dalam produksi dan distribusi
dapat mempunyai dua wujud yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi pasif dapat berupa keikutsertaan dalam menyumbangkan modal
sumber alam pada proses produksi dan distribusi. Sedangkan partisipasi aktif berupa keikutsertaan didalam menyumbangkan tenaga dalam proses produksi dan
distribusi dengan kata lain ikut bekerja secara produktif. Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa pada hakikatnya
adalah upaya peningkatan kedudukan, peranan, kamampuan, kemandirian dan ketahanan mental serta spiritual wanita sebagai bagian yang tidak terpisahkan
dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM. Berlainan dengan laki-laki, fungsi pokok dari wanita adalah sebagai isteri dan
ibu. Tugas pokok mereka adalah melaksanakan tugas rumah tangga, melahirkan dan membesarkan anak. Karena itu, partisipasi wanita dalam angkatan kerja
sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya. Partisipasi wanita itu sendiri dalam perekonomian bukanlah suatu hal yang
baru. Berbagai bidang pekerjaan telah dimasuki oleh wanita, kecenderungan ini menunjukkan semakin besarnya TPAK wanita dalam pasar tenaga kerja.
Aktifnya wanita dalam kegiatan ekonomi angkatan kerja yang semakin besar bukan hanya didorong dari dalam diri wanita itu sendiri melainkan dapat juga
berasal dari orang lain. Menurut Hidayat Mukmin 1980, motivasi wanita untuk bekerja di luar rumah adalah bermacam-macam baik dilihat dari segi ekonomis-
materiil, mental spiritual maupun hanya untuk mengisi waktu saja. Motivasi
wanita bekerja masing-masing wanita tidaklah sama, sedikit banyak hal ini tergantung pada pertumbuhan sosial ekonomi dan kultural serta situasi negara-
negara masing-masing. Untuk motivasi ekonomi materiil misalnya bekerja guna menambah
pendapatan keluarga, sedangkan mental spiritual misalnya untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh ataupun guna menaikkan
karir mencari kepuasan mental. Motivasi keisengan diantaranya adalah sekedar hobby tanpa tujuan tertentu atau sekedar menghabiskan waktu senggang.
Menurut Ratna Siti Respati 2008 dorongan wanita yang bekerja secara umum dikelompokkan menjadi :
1. Bekerja untuk hidup mewah 2. Rasa jenuh
3. Ingin mencari pengalaman yang mengasyikan di luar rumah 4. Ingin meringankan beban suami
5. Iseng Sedangkan menurut S.C Utami Munandar 1983 disamping faktor-faktor
yang diatas yang telah disebutkan, ada faktor lain yang dapat menyebabkan wanita untuk bekerja antara lain :
a. Agar tidak tergantung pada suami b. Untuk menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu luang
c. Karena mempunyai minatkeahlian tertentu yang ingin dinampakkan. Pada masyarakat modern dewasa ini, wanita justru dituntut lebih
berpartisipasi dalam pembangunan, dengan diberinya kesempatan untuk
mewujudkan potensinya maka diharapkan partisipasi dari wanita akan semakin besar dan lebih berarti lagi. Dalam hal ini Irwan Abdullah menyimpulkan bahwa
meningkatnya keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi dapat ditandai oleh dua proses, diantaranya:
1. Adanya peningkatan dalam “jumlah wanita” yang terlibat dalam pekerjaan diluar rumah tangga out door activities. Hal ini antara lain terlihat dari
adanya kenaikan dari tingkat partisipasi wanita dari waktu ke waktu. 2. Peningkatan dalam “jumlah bidang kerja” yang dapat dimasuki oleh wanita.
Bidang-bidang yang sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki secara berangsur-angsur dimasuki bahkan didominasi oleh wanita.
Sedangkan Lewis 1968 juga berpendapat dalam bukunya yang berjudul ”Developing Women’s Potential” terjadinya perkembangan peranan wanita
bekerja disebabkan antara lain: 1. Perubahan yang terjadi di kehidupan masyarakat tani di desa menjadi
kehidupan masyarakat kota modern. Keadaan sosial ekonomi yang kurang baik di daerah pedesaan menjadi alasan utama masyarakat desa mengadu
nasib ke kota. Kehidupan yang sulit inilah yang juga membuat kaum wanita tidak dapat berpangku tangan saja di rumah. Mereka tergugah untuk
bertanggung jawab atas kelanjutan hidup keluarga dan karena itu mereka bekerja.
2. Berkembangnya sektor industri, karena kenaikan kegiatan industri terjadi penyerapan besar-besaran terhadap tenaga kerja. Karena kekurangan tenaga
kerja, banyak tenaga kerja wanita diperbantukan terutama pekerjaan yang tidak membutuhkan kekuatan fisik.
3. Didunia maju kondisi kerja yang baik serta waktu kerja yang singkat memungkinkan para wanita bekerja dapat membagi tanggung jawab pekerja
dengan baik. 4. Kemajuan wanita disektor pendidikan. Dengan semakin meluasnya
kesempatan bagi wanita untuk menuntut ilmu, banyak wanita tidak lagi merasa puas bila hanya menjalankan peranannya di rumah saja. Mereka butuh
kesempatan berprestasi dan mewujudkan kemampuan dirinya dengan ketrampilan dirinya yang telah dipelajari.
7. Teori Alokasi Waktu