Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Peneliti Terdahulu

2. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pendapatan keluarga di kecamatan Pamulang? 3. Bagaimana pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga di kecamatan Pamulang? 4. Bagaimana pengaruh kontribusi ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga terhadap pendapatan keluarga?

C. Tujuan Penelitian

Atas dasar latar belakang dan permasalahan seperti dikemukaakan diatas, maka penelitian ini dimaksudkan : 1. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga. 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan ibu terhadap pendapatan keluarga. 3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah anggota keluarga terhadap pendapatan keluarga. 4. Untuk mengetahui pengaruh kontribusi ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan kesempatan untuk mengembangkan dan menerapkan secara langsung teori-teori yang telah diperoleh dengan kenyataan yang ada di lapangan. 2. Dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam rencana dan mengelola khususnya potensi sumber daya wanita yang dimiliki. 3. Sebagai bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian lebih lanjut. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengertian Ibu Rumah Tangga

Akhir-akhir ini marak dibicarakan tentang gender. Pengertian gender adalah perbedaan perilaku behaviour deferences antara perempuan dan laki-laki yang dikonstruksikan secara sosial yaitu perbedaan yang bukan kodrat atau bukan ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia perempuan dan laki-laki melalui proses sosial dan kultural yang panjang. Dengan demikian diketahui bahwa gender terbentuk karena konstruksi dan bukan kodrat perempuan untuk melayani suami, merawat anak dan melakukan pekerjaan domestik lainnya khas perempuan. Kodrat perempuan adalah mengandung, melahirkan dan menyusui. Menurut Mariati Sukarni rumah tangga terdiri dari anggota-anggota tambahan atau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan.Sedangkan menurut Sukarni 2003: 15 rumah tangga adalah sekelompok orang yang tinggal dibawah satu atap atau dalam satu bangunan dan mempunyai dapur dan anggaran rumah tangga yang sama. Dalam penelitian ini, pengertian rumah tangga yaitu sekelompok orang yang tinggal dibawah satu atap atau satu bangunan yang mempunyai dapur dan anggaran rumah tangga yang sama dapat terdiri dari anggota-anggota tambahanatau terdiri dari beberapa keluarga yang masih mempunyai hubungan dan dipimpin oleh satu kepala keluarga.

2. Tingkat Pendidikan Wanita

Tingkat pendidikan adalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan para peserta didik serta keluasan dan kedalaman bahan pengajaran. Menurut ketentuan umum dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang UU SPN No. 2 tahun 1989. Bab I Ps.I. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah dan Pendidikan Tinggi UU No. 2 tahun 1989, Bab V Pasal 12 ayat 1. Pendidikan berguna untuk proses kehidupan sekarang dan untuk masa yang akan datang, sedang pendidikan meliputi: pendidkan formal dan informal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang mempunyai bentukorganisasi tertentu yang terdapat di sekolah dan universitas. Dalam pendidikan formal terdapat perjenjangan dalam tingkat persekolahan yang meliputi : 1 SD, 2 SLTP, 3 SMU, 4 Perguruan tinggi. Pendidikan dan latihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengembangkan sumber daya manusia. Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan tetapi juga meningkatkan ketrampilan bekerja seseorang. Wanita sangat berperan dalam pendidikan di dalam rumah. Mereka menanamkan kebiasaan dan menjadi panutan bagi generasi yang akan datang tentang perlakuan terhadap lingkungan. Dengan demikian wanita ikut serta menentukan kualitas lingkungan hidup ini. Tingkat pendidikan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan formal yang pernah diperoleh oleh wanita berdasarkan ijazah terakhir. 3. Pengertian Tenaga Kerja Sejak 1987 di Indonesia sudah membentuk menteri Urusan Peranan Wanita UPW yang bertujuan memperbaiki status perempuan Indonesia. kemudian dibentuklah organisasi PKK dan Dharma Wanita mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Namun PKK dan Dharma Wanita hanya mengarahkan ibu rumah tangga untuk mampu menyiapkan hidangan yang sehat dan bergizi, terampil bekerja, mendidik anak secara modern dan rasional, mengatur pengeluaran keluarga yang efisien dan efektif. Tanpa memahami bahwa idealisasi semacam itu membawa ketersaingan sosial, karena beratnya peran ganda yang harus mereka perankan bagi orang lain, dan bukan bagi mereka sendiri. Asumsi dasar semacam ini salah kaprah karena memandang kaum perempuan seakan-akan sebagai identitas yang tunggal, yaitu ibu rumah tangga. Banyak hal yang belum disentuh oleh Dharma Wanita dan PKK, seperti misalnya bagaimana perempuan harus “berkembang” sesuai dengan perubahan realitas sosial. Perempuan yang “terpaksa dan harus” memasuki dua kerja harus siap bersaing dengan lingkungan dan rekan kerjanya, dan pemberdayaan perempuan tidak saja secara fisik tetapi juga secara spesifik. Menurut Sundari 2004: 72 mengatakan bahwa dalam asumsi tradisional tentang perempuan pada struktur sosial patriakis adalah perempuan dilihat dengan cara berbeda dengan pria, tetapi bukan berarti pembedaan dalam memperlakukan keduanya dibolehkan, keduanya mempunyai hak sebagai tenaga kerja yang sama. Penggunaan standar tunggal pria terhadap perempuan adalah hak manusiawi, karena secara kodrat keduanya berbeda, perempuan juga bisa menjadi pencari nafkah keluarga disamping kodratnya untuk hamil, beranak dan menyusui. Kegunaan tenaga kerja ini telah direndahkan oleh budaya patriakis yang menamakan pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan perempuan. Sehingga hanya perempuan yang dianggap pantas melakukan pekerjaan tersebut. Meskipun pekerjaan yang direndahkan tersebut telah menghasilkan pelayanan-pelayanan yang bermanfaat bagi masyarakat yakni pendidikan, perawat kesehatan, dukungan spiritual atau emosional serta tanggungan perawatan bayi, kaum tua atau anakanak. Semakin banyaknya perempuan keluar rumah untuk bekerja adalah merupakan salah satu tanda adanya “gugatan ideologi familialisme” dan merupakan tanda bahwa perempuan telah merekonstruksi sejarah hidupnya. Ideologi familialisme adalah ideologi yang menempatkan sosok perempuan hanya sebagai ibu yang bertugas mengasuh anak dan suami dan selalu ada jika dibutuhkan. Seorang perempuan bekerja dan berkarier bagus dia tetap bertanggungjawab terhadap urusan domestik, sementara laki-laki tetap dianggap sebagai kepala keluarga yang urusannya mencari naflah tidak bertanggungjawab urusan domestik, meski pada akhir-akhir ini banyak perempuan menjadi kepala keluarga yang mencari nafkah, tetapi tidak pernah diakui. Menurut Fakih 2004: 7 pekerjaan mendidik anak, mengelola dan merawat kebersihan dan keindahan rumah atau urusan domestik lain sering dianggap kodrat perempuan. Padahal kodrat perempuan bukanlah seperti stereotip yang ada selama ini, kodrat perempuan adalah menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui dan menopouse. Oleh karena itu boleh jadi urusan mendidik anak, membersihkan rumah, memasak, mencuci bisa dilakukan oleh laki-laki . Timbul rasa bersalah dalam diri perempuan jika tidak melaksanakan tugas- tugas domestik. Sedangkan bagi kaum laki-laki, tidak saja merasa bukan tanggung jawabnya tetapi juga banyak tradisi secara adat melarang laki-laki terlibat dalam urusan domestik. Tradisi itu misalnya laki-laki tidak boleh berbelanja di pasar. Tradisi semacam ini telah berlangsung secara mapan dan lama sehingga dibutuhkan kekuatan dari diri perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya dalam mengembangkan diri. Dalam dunia kerja perempuan dipandang sebagai pendatang, karena sebelumnya dunia kerja adalah milik laki-laki saja. Sebagai pendatang, tidak hanya dipandang kualitas intelektualnya melainkan sosok dan statusnya sebagai perempuan. Perempuan harus berusaha menampilkan diri habis-habisan agar sebagai pendatang bisa diterima, sekalipun memaksa perempuan untuk selalu berusaha “menjadi laki- laki di dunia kerja”. Menurut Pudjiwati Sajogyo dalam Ester 1984:15 pokok-pokok perumusan bekerja adalah meliputi lima hal sebagai berikut : 1. Para pelaku mempunyai peranan itu mengeluarkan energi. 2. Para pelaku memberikan sumbangan dalam produksi barang ataupun jasa. 3. Para pelaku menjalin suatu pola interaksi sosial dalam lingkungan dan memperoleh status. 4. Para pelaku mendapatkan hasil berupa cash atau berbentuk natura. 5. Para pelaku mendapatkan hasil yang mempunyai nilai waktu. Adapun pendapat lain tentang pengertian bekerja adalah kegiatan menghasilkan barang atau jasa untuk dijual kepada orang lain diluar rumah tangganya atau pasar guna memperoleh pendapatan bagi keluarga Suroto : 1992: 15. Dalam dunia ekonomi, definisi bekerja klasik dikaitkan dengan nilai guna dan nilai tukar mempunyai konotasi-konotasi yang sangat luas. Analisis tentang pekerja wanita yang tidak dibayar di rumah pekerja rumah tangga, pengasuhan anak, perawatan bagi anggota keluarga yang cacat atau tua, adalah didalam komunitas sebagai sukarelawan. Pekerjaan non upahan ini jarang disajikan secara signifikan oleh para ekonomi atau ilmuwan sosial karena sesungguhnya apa yang kita harapkan dalam masyarakat ditunjukkan oleh label harga Ollenburger dan HellenA.Moore: 2002:92. Dalam berproduksi terdapat empat faktor produksi yaitu : 1. Faktor produksi alam 2. Faktor produksi tenaga kerja 3. Faktor produksi modal 4. Faktor produksi skill Ibu rumah tangga yang bekerja dalam penelitian ini sesuai dengan faktor produksi diatas adalah sebagai faktor produksi tenaga kerja. Menurut Undang- undang ketenagakerjaan No 14 tahun 1969, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.Tenaga kerja adalah seseorang yang bekerja pada majikan dengan menerima upah yang biasanya diketahui dengan adanya perjanjian kerja dengan majikan HalilidanHari:1987:7. Pengertian lain tentang tenaga kerja yaitu penduduk yang memasuki usia kerja. Penduduk usia kerja terdiri dari : a. Angkatan kerja yang terdiri dari golongan yang kerja, golongan yang mengurus dan golongan pencari kerja. b. Bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain. Suradjiman dan Toweula, 1997: 53. Perempuan kerja adalah perempuan sebagai ibu rumah tangga dan berpikiran merdeka untuk pengembangan sosial dan ekonomi masyarakat dan diri mereka masing-masing, berjiwa demokratis, terbuka pada pendapat baru dan tidak apatis terhadap persoalan sosial, ekonomi dan politik yang terjadi dalam masyarakat. Sedangkan menurut Sanderson K Stepen perempuan bekerja adalah suatu kesadaran feminis yang baru bahwa bahwa perempuan melihat diri mereka sendiri sebagai mitra kaum pria dan patut menerima baik imbalan sosial maupun ekonomi yang sama secara tradisional diterima oleh pria Sumjati AS : 2001: 81. Sucihatiningsih 1996: 37 menjelaskan bahwa keterlibatan wanita dalam pekerjaan mencari nafkah dipengaruhi oleh faktorfaktor pribadi mencakup umur, tingkat pendidikan dan lain sebagainya. Sedangkan faktor luar meliputi tingkat upah, tingkat ekonomi, tingkat teknologi dan lain sebagainya. Menurut Suwarno Saljo bahwa secara umum ada tiga hal yang menyebabkan makin banyaknya wanita yang bekerja di luar rumah, yaitu keharusan ekonomi, karena pembangunan memerlukan tenaga kerja dan wanita merupakan sumber daya manusia Amu, 1993 : 4.

4. Macam – Macam Tenaga Kerja

Macam-macam tenaga kerja dibedakan menjadi dua : a. Tenaga kerja rohani yaitu segala kegiatan kerja yang lebih banyak merupakan kegiatan pemikiran yang lebih produktif dalam produksi misalnya : pekerjaan para pimpinan perusahaan. b. Tenaga kerja jasmani yaitu segala kegiatan kerja yang lebih banyak merupakan kegiatan pelaksanaan yang lebih produktif dalam produksi. Tenaga kerja jasmani dibedakan menjadi 3 macam : 1. Tenaga kerja terdidik Skilled labour Yaitu tenaga kerja yang memerlukan proses pendidikan secara teratur dan mendalam. 2. Tenaga kerja terlatih Trained labour Yaitu tenaga kerja yang memerlukan latihan dan pengalaman terlebih dahulu. 3. Tenaga kerja tidak terdidik maupun terlatih Unskilled labor dan Untrained labour Yaitu tenaga kerja yang tidak memerlukan pendidikan maupun latihan terlebih dahulu. Bintari : 1984 : 51 Sedangkan macam-macam tenaga kerja menurut fungsinya dibedakan : 1. Tenaga kerja eksekutif Yaitu tenaga kerja yang mempunyai tugas dalam megambil keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen yang meliputi : perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkordinasian dan pengawasan. 2. Tenaga Kerja operatif Yaitu tenaga kerja yang mengawasi bidang pekerjaan dan setiap tugas yang dibebankan kepadanya dapat dilaksanakan dengan baik. Tenaga kerja operatif ini dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Tenaga kerja terampil skilled labour 2. Tenaga kerja setengah terampil semi skilled labour 3. Tenaga kerja tidak terampil unskilled labour Adapun prasyarat minimal harus dipenuhi sebagai tenaga kerja : 1. Batas minimum-maksimum usia 2. Pendidikan minimal yang dimiliki 3. Pengalaman kerja yang diperoleh 4. Bidang keahlian yang dimiliki 5. Keterampilan yang dimiliki 6. Pengetahuan-pengetahuan lain Swasta, 2000: 264 Pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ibu rumah tangga yang bekerja di luar sektor pertanian adalah ibu rumah tangga sebagai tenaga kerja yang bekerja non pertanian di luar pekerjaan domestik pekerjaan rumah tangga dan mendapatkan upah berupa uang ataupun barang dan pekerjaan tersebut sesuai dengan nilai sosial yang di masyarakat.

5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

Jumlah angkatan kerja dalam suatu negara atau daerah pada suatu waktu tertentu tergantung dari jumlah penduduk usia kerja. Menurut Payaman Simanjuntak 1998, perbandingan antara jumlah angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dalam kelompok yang sama ini disebut Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja atau Labour Force Participation Rate LFPR. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dapat dinyatakan untuk seluruh penduduk dalam usia kerja dan dapat pula dinyatakan untuk satu kelompok penduduk tertentu seperti kelompok laki-laki, kelompok wanita di kota, kelompok tenaga terdidik, kelompok umur 10-14 tahun di desa dan lain-lain. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besarnya TPAK yaitu yang pertama, jumlah penduduk yang masih bersekolah, semakin besar jumlah penduduk yang bersekolah semakin kecil jumlah angkatan kerja dan semakin kecil TPAK. Kedua, TPAK dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang mengurus rumah tangga, semakin banyak anggota dalam tiap-tiap keluarga yang mengurus rumah tangga maka semakin kecil TPAKnya. Ketiga, TPAK dipengaruhi oleh umur, penduduk berumur muda umumnya tidak memiliki tanggung jawab yang begitu besar sebagai pencari nafkah untuk keluarga, hal ini disebabkan mereka sebagian besar masih sekolah. Penduduk dalam kelompok umur 25-55 tahun terutama laki-laki dituntut untuk lebih banyak ikut mencari nafkah, sehingga TPAKnya relatif besar. Lebih lanjut lagi penduduk diatas usia 55 tahun sudah mulai menurun kemampuannya untuk bekerja, sehingga TPAKnya rendah. Keempat, TPAK dipengaruhi oleh tingkat upah. Semakin tinggi tingkat upah dalam masyarakat, semakin banyak anggota keluarga yang tertarik untuk masuk pasar kerja. Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, disatu pihak tingkat upah meningkatkan pendapatan income effect yang cenderung untuk mengurangi TPAK dan dilain pihak peningkatan upah membuat harga waktu menjadi relatif mahal. Pekerjaan menjadi lebih menarik dan menggantikan waktu senggang substitution effect. Kelima, TPAK dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin banyak waktu yang disediakan untuk bekerja. Terutama bagi para wanita dengan semakin tinggi pendidikan kecenderungan untuk bekerja semakin besar, dengan kata lain TPAK juga akan semakin besar. Pendidikan yang mempengaruhi TPAK ini dapat melalui dua jalur yaitu: 1. Proporsi penduduk yang sedang bersekolah umumnya lebih besar pada kelompok umur muda atau kelompok usia sekolah 2. Dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang nilai tambahnya juga akan semakin mahal. Keenam, TPAK juga dipengaruhi oleh adanya kegiatan ekonomi. Program pembangunan, disatu pihak menuntut keterlibatan banyak orang dan dilain pihak dapat menumbuhkan harapan-harapan yang baru. Harapan untuk dapat ikut menikmati hasil pembangunan tersebut dinyatakan dalam peningkatan partisipasi kerja. Jadi semakin bertambah adanya kegiatan ekonomi maka TPAK akan semakin besar. Payaman S:1998

6. Partisipasi Tenaga Kerja Wanita Dewasa Ini

Kata partisipasi dalam kamus populer, berasal dari bahasa Belanda yaitu “participate” yang artinya hal ikut serta atau pengikutsertaan. Jadi partisipasi kerja wanita adalah keikutsertaan wanita dalam menyumbangkan tenaganya di pasar kerja. Menurut Suroto 1983, partisipasi dalam produksi dan distribusi dapat mempunyai dua wujud yaitu partisipasi aktif dan partisipasi pasif. Partisipasi pasif dapat berupa keikutsertaan dalam menyumbangkan modal sumber alam pada proses produksi dan distribusi. Sedangkan partisipasi aktif berupa keikutsertaan didalam menyumbangkan tenaga dalam proses produksi dan distribusi dengan kata lain ikut bekerja secara produktif. Peningkatan peranan wanita dalam pembangunan bangsa pada hakikatnya adalah upaya peningkatan kedudukan, peranan, kamampuan, kemandirian dan ketahanan mental serta spiritual wanita sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia SDM. Berlainan dengan laki-laki, fungsi pokok dari wanita adalah sebagai isteri dan ibu. Tugas pokok mereka adalah melaksanakan tugas rumah tangga, melahirkan dan membesarkan anak. Karena itu, partisipasi wanita dalam angkatan kerja sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya. Partisipasi wanita itu sendiri dalam perekonomian bukanlah suatu hal yang baru. Berbagai bidang pekerjaan telah dimasuki oleh wanita, kecenderungan ini menunjukkan semakin besarnya TPAK wanita dalam pasar tenaga kerja. Aktifnya wanita dalam kegiatan ekonomi angkatan kerja yang semakin besar bukan hanya didorong dari dalam diri wanita itu sendiri melainkan dapat juga berasal dari orang lain. Menurut Hidayat Mukmin 1980, motivasi wanita untuk bekerja di luar rumah adalah bermacam-macam baik dilihat dari segi ekonomis- materiil, mental spiritual maupun hanya untuk mengisi waktu saja. Motivasi wanita bekerja masing-masing wanita tidaklah sama, sedikit banyak hal ini tergantung pada pertumbuhan sosial ekonomi dan kultural serta situasi negara- negara masing-masing. Untuk motivasi ekonomi materiil misalnya bekerja guna menambah pendapatan keluarga, sedangkan mental spiritual misalnya untuk mempraktekkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang telah diperoleh ataupun guna menaikkan karir mencari kepuasan mental. Motivasi keisengan diantaranya adalah sekedar hobby tanpa tujuan tertentu atau sekedar menghabiskan waktu senggang. Menurut Ratna Siti Respati 2008 dorongan wanita yang bekerja secara umum dikelompokkan menjadi : 1. Bekerja untuk hidup mewah 2. Rasa jenuh 3. Ingin mencari pengalaman yang mengasyikan di luar rumah 4. Ingin meringankan beban suami 5. Iseng Sedangkan menurut S.C Utami Munandar 1983 disamping faktor-faktor yang diatas yang telah disebutkan, ada faktor lain yang dapat menyebabkan wanita untuk bekerja antara lain : a. Agar tidak tergantung pada suami b. Untuk menghindari rasa kebosanan atau untuk mengisi waktu luang c. Karena mempunyai minatkeahlian tertentu yang ingin dinampakkan. Pada masyarakat modern dewasa ini, wanita justru dituntut lebih berpartisipasi dalam pembangunan, dengan diberinya kesempatan untuk mewujudkan potensinya maka diharapkan partisipasi dari wanita akan semakin besar dan lebih berarti lagi. Dalam hal ini Irwan Abdullah menyimpulkan bahwa meningkatnya keterlibatan wanita dalam kegiatan ekonomi dapat ditandai oleh dua proses, diantaranya: 1. Adanya peningkatan dalam “jumlah wanita” yang terlibat dalam pekerjaan diluar rumah tangga out door activities. Hal ini antara lain terlihat dari adanya kenaikan dari tingkat partisipasi wanita dari waktu ke waktu. 2. Peningkatan dalam “jumlah bidang kerja” yang dapat dimasuki oleh wanita. Bidang-bidang yang sebelumnya masih didominasi oleh laki-laki secara berangsur-angsur dimasuki bahkan didominasi oleh wanita. Sedangkan Lewis 1968 juga berpendapat dalam bukunya yang berjudul ”Developing Women’s Potential” terjadinya perkembangan peranan wanita bekerja disebabkan antara lain: 1. Perubahan yang terjadi di kehidupan masyarakat tani di desa menjadi kehidupan masyarakat kota modern. Keadaan sosial ekonomi yang kurang baik di daerah pedesaan menjadi alasan utama masyarakat desa mengadu nasib ke kota. Kehidupan yang sulit inilah yang juga membuat kaum wanita tidak dapat berpangku tangan saja di rumah. Mereka tergugah untuk bertanggung jawab atas kelanjutan hidup keluarga dan karena itu mereka bekerja. 2. Berkembangnya sektor industri, karena kenaikan kegiatan industri terjadi penyerapan besar-besaran terhadap tenaga kerja. Karena kekurangan tenaga kerja, banyak tenaga kerja wanita diperbantukan terutama pekerjaan yang tidak membutuhkan kekuatan fisik. 3. Didunia maju kondisi kerja yang baik serta waktu kerja yang singkat memungkinkan para wanita bekerja dapat membagi tanggung jawab pekerja dengan baik. 4. Kemajuan wanita disektor pendidikan. Dengan semakin meluasnya kesempatan bagi wanita untuk menuntut ilmu, banyak wanita tidak lagi merasa puas bila hanya menjalankan peranannya di rumah saja. Mereka butuh kesempatan berprestasi dan mewujudkan kemampuan dirinya dengan ketrampilan dirinya yang telah dipelajari.

7. Teori Alokasi Waktu

Rumah tangga merupakan satu unit pengambil keputusan kerja memiliki sebuah fungsi sebagai kesatuan utama dalam produksi, konsumsi dan reproduksi serta kesatuan interaksi sosial ekonomi. Umumnya masalah pokok yang dihadapi seorang wanita berkeluarga yang bekerja adalah bagaimana mereka mengalokasikan waktu yang tersedia dalam berbagai macam kegiatan rumah tangga seperti mengurus suami, mengurus anak dan mengelola keuangan keluarga serta mencari nafkah. Alokasi waktu bagi ibu rumah tangga yang memiliki peran ganda tersebut meliputi berbagai kegiatan yaitu kegiatan mencari nafkah, kegiatan mengelola rumah tangga, kehidupan dalam bermasyarakat kelembagaan dan kegiatan untuk waktu luang. Maksud dari kegiatan-kegiatan tersebut adalah: 1. Kegiatan untuk mencari nafkah Adalah kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan penghasilan atau keuntungan. 2. Kegiatan dalam rumah tangga Menurut Pudjiwati, wanita melakukan pekerjaan rumah tangga house work yang tetap merupakan pekerjaan seorang wanita sesuai dengan masyarakat tempat dimana ia tinggal yaitu: memasak, mencuci, mengasuh anak dan sebagainya. Dan waktu yang dicurahkan untuk pekerjaan rumah tangga oleh wanita di pedesaan adalah intensif dan banyak, khususnya dari golongan ekonomi lemah yang pekerjaannya memerlukan banyak waktu dan energi. 3. Yaitu waktu yang dipakai untuk beristirahat misalnya tidur, mandi, makan, mengunjungi sanak keluarga, rekreasi dan sebagainya. Untuk mandi, makan dan tidur adalah waktu luang karena merupakan kebutuhan pokok setiap individu. Waktu yang tersedia per hari bagi tiap-tiap keluarga sudah tetap yaitu 24 jam. Dari jumlah waktu tersebut keluarga yang bersangkutan harus menyediakan waktu keperluan tidur, makan, mandi dan lain-lain yang bersifat personal. Sisanya dipakai untuk bekerja untuk memperoleh barang konsumsi dan untuk waktu senggang. Jadi dasarnya setiap penambahan barang konsumsi melalui penambahan waktu kerja berarti juga mengurangi waktu senggang. Dalam teori alokasi waktu kerja yang dikembangkan dengan menggunakan rumah tangga sebagai unit analisanya membagi waktu yang tersisa menjadi 3 yaitu: 1. Waktu kerja untuk mencari nafkah 2. Waktu kerja di rumah 3. Waktu senggang penjelasan lebih lanjut menurut Hart, bahwa waktu kerja mencari nafkah dapat meliputi empat hal yaitu: 1. Melalui produksi rumah tangga yang merupakan pekerjaan yang dilakukan oleh anggota keluarga dengan menggunakan asset sendiri, misalnya bekerja di sawah sendiri, beternak, berkebun dan lain-lain. 2. Melalui upah baik itu pada sektor pertanian maupun non pertanian. 3. Mencari bahan pangan. 4. Melalui usaha perdagangan. Selanjutnya waktu wanita bekerja dibagi menjadi : • Kegiatan sehari-hari yang berkaitan dengan rumah tangga • Kegiatan mencari nafkah untuk kebutuhan rumah tangga • Kegiatan sosial masyarakat • Kegiatan individual masyarakat Alokasi waktu bagi ibu merupakan suatu sumber dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan yang setara dengan barang dan jasa. Oleh karena itu, kesejahteraan maksimum dapat berubah dengan adanya kendala pendapatan dalam memperoleh barang dan jasa yang akan dikonsumsi dan kendala waktu. Barang dan jasa bukanlah satu-satunya input yang diciptakan suatu komoditi melainkan adalah input lain yaitu waktu yang dimiliki oleh konsumen dalam hal ini adalah ibu rumah tangga. Sehingga menurut pendekatan ini, konsumen dalam memaksimumkan kesejahteraanya bisa berubah karena adanya kendala waktu dan budget, serta kesejahteraan merupakan fungsi komoditi yang dihasilkan dengan menggunakan barang- barang dan waktu. Sedangkan Neoklasikal teori tentang house hold function menyatakan bahwa terdapat tiga alokasi waktu dari waktu yang tersedia bagi ibu rumah tangga yaitu : 1. Bekerja di rumah 2. Bekerja di luar rumah diantaranya mencari nafkah 3. Waktu istirahat Ketiga alokasi waktu tersebut dapat menghasilkan tiga macam komoditi antara lain: • Hasil kerja dirumah diantaranya adalah memasak, mengurus anak atau membersihkan rumah house work. • Hasil kerja di luar rumah market work berupa upah yang digunakan untuk membeli keperluan hidup sehari-hari. • Utility yang diperoleh dari waktu istirahat. Pada dasarnya banyak faktor yang dapat mempengaruhi alokasi waktu seseorang, alokasi waktu bagi setiap anggota rumah tangga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya keadaan sosial ekonomi keluarga, pemilikan asset produktif, tingkat upah, karakteristik yang melekat pada setiap anggota rumah tangga yang bercirikan faktor umur, tingkat pendidikan atau keahlian yang dimiliki oleh anggota keluarga lain.

8. Tingkat Pendapatan Wanita

Pendapatan penduduk dapat dibedakan menjadi menjadi dua arti, yaitu: a pendapatan adalah hasil pencarian usaha, pengelolaan dan sebagainya; dan b pendapatan adalah suatu yang diharapkan yang sedianya belum ada Poerwodarminto, 2002 : 236. Menurut Biro Pusat Statistik BPS, pendapatan yang diterima seseorang tidak hanya berupa uang tetapi dapat berupa barang atau lainnya. Pendapatan berupa uang merupakan penghasilan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utama gaji atau upah serta lain-lain balas jasa, misalnya dari atasan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan dari pekerjaan bebas. Pendapatan dari penjualan barang yang dipelihara dari halaman rumah, hasil investasi seperti modal tanah, uang pensiun, jaminan sosial serta keuntungan sosial berupa barang merupakan segala penghasilan yang diterimakan dalam bentuk barang dan jasa. Barang dan jasa yang diterima dengan harga pasar sekalipun tidak diimbangi ataupun disertai transaksi uang yang menikmati barang dan jasa tersebut. Demikian juga penerimaan barang secara cuma-cuma pembelian barang dengan harga subsidi atau reduksi dari atasan merupakan pendapatan berupa barang BPS, 1996 : 27. Salah satu faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan adalah jumlah anggota keluarga. Keterlibatan atau keputusan anggota rumah tangga untuk melakukan pekerjaan selain dipengaruhi oleh faktor budaya juga faktor internal yang terdapat dalam rumah tangga itu sendiri, seperti keterbatasan pendapatan, besarnya beban yang mesti ditanggung dependency ratio dari suatu rumah tangga Sriyono, 2002 : 18. 9. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah anggota keluarga sangat menentukan jumlah kebutuhan keluarga. Semakin banyak anggota keluarga berarti semakin banyak pula jumlah kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi. Begitu pula sebaliknya, semakin sedikit anggota keluarga berarti semakin sedikit pula kebutuhan yang harus dipenuhi keluarga. Setiap individu mempunyai kebutuhan sendiri. Sehingga dalam keluarga yang jumlah anggotanya banyak kebutuhan- kebutuhannya akan banyak. Jumlah tanggungan adalah banyaknya anak atau anggota yang lain yang menjadi tanggungan rumah tangga pekerja wanita yang tinggal bersama dalam satu rumah serta makan alam satu dapur, diukur dalam satuan orang. Sedangkan menurut Irawati dalam sucihatiningsih 1996: 91 jumlah anggota rumah tangga mencerminkan pengeluaran rumah tangga. Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin banyak tanggungan anggota rumah tangga, maka semakin banyak jumlah jam kerja yang dicurahkan oleh wanita pedesaan ibu rumah tngga untuk mencari nafkah. Demikian pula jumlah anak yang tertanggung dalam keluarga akan berdampak pada besar kecilnya pengeluaran suatu keluarga. Demikian juga anggota-anggota keluarga yang cacat maupun lanjut usia. Mereka tidak bisa menanggung biaya hidupnya sendiri sehingga mereka bergantung pada kepala keluarga dan istrinya. Anak-anak yang belum dewasa perlu di bantu biaya pendidikan, kesehatan dan biaya hidup lainnya. Jumlah anggota yang ditanggung yang tinggal bersama dalam satu rumah serta makan dalam satu dapur menjadi tanggung jawab rumah tangga tersebut. Jumlah anggota keluarga dalam penelitian ini adalah banyaknya seluruh anggota rumah tangga termasuk anggota rumah tangga yang tertanggung yang tinggal bersama dalam satu rumah dan makan dalam saru dapur.

B. Peneliti Terdahulu

Penelitian mengenai pengaruh kontribusi ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Penelitian-penelitian terebut telah banyak memberikan masukan serta kontribusi tambahan dalam melengkapi penelitian selanjutnya. Tabel berikut menunjukan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai pengaruh kontribusi ibu bekerja terhadap pendapatan keluarga. Tabel 2.1 Tabel Peneliti Terdahulu Peneliti Judul Penelitian Variabel yang diteliti Hasil Penelitian Kesimpulan hasil penelitian dan pembahasan skripsi Anita Ariyani Fakultas Ekonomi Universitas Semarang tahun 2005 Pengaruh ibu rumah tangga yang bekerja di luar sektor pertanian terhadap pendapatan keluargadi desa Purwosari Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang 1. Pendidikan X 1 2. Jumlah anggota keluarga X 2 3. Jam kerja non domestik X 3 4. Jenis pekerjaan X 4 5. Pendapatan keluarga Y Dari temuan penelitian diperoleh bahwa Secara simultan variabel pendidikan, jumlah anggota rumah tangga, jam kerja non domestik, jenis pekerjaan berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan keluarga. Hasil penelitian staf pengajar departemen ilmu keluarga dan konsumen, fakultas ekologi manusia, Institut Pertanian Bogor tahun 2009 diringkas oleh Herien Puspitawati. Diambil dari jurnal ilmu keluaga dan konsumen volume 2, nomor 1 - tahun 2009 Pengaruh nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga subyektif 1. Pendidikan X 1 2. umur istri X 2 3. umur balita X 3 4. Pengeluaran perbulan X 4 5. Nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga X 5 6. Kesejahteraan keluarga subyektif Y Dari temuan penelitian diperoleh bahwa nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga yang memiliki anak balita adalah lebih rendah dibandingkan dengan ibu rumah tanggga yang tidak memiliki anak balita. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu mengalokasikan waktu untuk anak balita perempuan lebih besar untuk perawatan dan pengasuhan daripada anak laki- laki, sehingga nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pengasuhan anak perempuan lebih besar dibandingkan dengan anak laki- laki. Selain itu, nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk pengasuhan anak akan semakin menurun dengan bertambahnya umur balita dan akan semakin bertambah dengan bertambahnya jumlah anak balita. Hasil penelitian dosen fakultas ekonomi universitas jambi tahun 1997 diringkas oleh paulina lubis. Diambil dari jurnal manajemen dan pembangunan, edisi 7, tahun 1997 Peranan ibu rumah tangga dalam meningkatkan pendapatan keluarga 1. Penghasilan responden per bulan X 1 2. Jumlah anak respoden X 2 3. Jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja X 3 4. Intensitas kerja Y Hasil perhitungan menunjukanbahwa berpengaruh tidaknya variabel- variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen bagi ibu rumah tangga terlihat bahwa penghasilan ibu rumah tangga sangat mempengaruhi intensitas kerja ibu rumah tangga tersebut. Sementara itu jumlah tanggungan keluarga, jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja merupakan faktor potensial bagi pekerja yang juga akan mempengaruhi intensitas kerja seseorang. Hasil penelitian Kontribusi 1. Pendapatan ibu Dari hasil temuan dosen jurusan sosial ekonomi, fakultas pertanian, Universitas Udayana, Bali tahun 2010 diringkas oleh M.Th. Handayani dan Ni Wayan Putu Artini Diambil dari jurnal piramida volume 5 nomor 1 tahun 2009 pendapatan ibu rumah tangga pembuat makanan olahan terhadap pendapatan keluarga bekerja X 1 2. kontribusi X 2 3. Tingkat pendidikan X 3 4. Pemprosesan makanan X 4 5. Jumlah pendapatan keluarga Y penelitian diperoleh bahwa keseluruhan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari berada pada usia produktif kerja, sebagian besar responden mempunyai tingkat pendidikan yang cukup tinggi setara SLTA. Hasil penelitan dari institut lingkungan hidup dan pembangunan dan fakultas ekonomi dan manejemen UKM Malaysia diringkas oleh Ferdoushi Ahmed, Chamhuri Siwar dan Nor Aini Hj. Idris diambil dari American Journal of Applied Sciences tahun 2010 Kontribusi Perempuan Pedesaan terhadap Pendapatan Keluarga Melalui Partisipasi dalam Kredit Mikro: Sebuah Analisis Empiris 1. Umur X 1 2. Status Perkawinan X 2 3. Pendidikan X 3 4. Ukuran Keluarga X 4 5. Jumlah anggota produktif X 5 6. Pekerjaan responden seorang petani X 6 7. Penghasilan, bulanan suami X 7 8. Pendapatan responden Bulanan X 8 9. Total pendpatan keluarga Y Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kredit mikro memiliki tingkat signifikan yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan sumber mata pencaharian perempuan pedesaan dengan sosial ekonomi. Pendapatan meningkat kredit mikro dari perempuan miskin pedesaan dan membantu mereka untuk membelanjakan uang lebih banyak untuk pengembangan kehidupan mereka dan keluarga. Hasil penelitian dari jurnal Departemen Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan, Universitas Nigeria Ado Ekiti disusun oleh Theresa Onyinye Owuamanam dan Odunayo Alowolodu tahun 2010 Pengejaran Pendidikan dan Pendapatan sebagai korelasi Ukuran Keluarga di Negara Ondo, Nigeria 1. Tingkat pendidikanX 1 2. Pendapatan pasangan X 2 3. Ukuran keluarga Y Dari hasil temuan penelitian disimpulkan bahwa pendidikan dan pendapatan adalah angka indeks yang signifikan yang mempengaruhi ukuran keluarga di Ondo State, Nigeria tapi pendapatan lebih prediktor ukuran keluarga dari pendidikan. 1. Dari penelitian yang berjudul pengaruh ibu rumah tangga yang bekerja di luar sektor pertanian terhadap pendapatan keluarga di desa Purwosari Kecamatan Tegalrejo Kabupaten Magelang Secara parsial variabel pendidikan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga sebesar 24,01, variabel jumlah anggota rumah tangga berpengaruh terhadap pendapatan keluarga sebesar 6,20, variabel jam kerja non domestik berpengaruh terhadap pendapatan keluarga sebesar 13,91 dan jenis pekerjaan berpengaruh terhadap pendapatan keluarga sebesar masing-masing berpengaruh sebesar 0,92. 2. Hasil perhitungan penelitian yang berjudul Pengaruh nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga terhadap kesejahteraan keluarga subyektif menunjukkan bahwa total rata-rata nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga setara dengan Rp 6.223,00 per hari atau Rp 186.690,00 per bulan atau Rp 2.240.280,00 per tahun. Nilai ekonomi ekerjaan ibu rumah tangga yang memiliki anak balita adalah lebih rendah dibandingkan dengan ibu rumah tanggga yang tidak memiliki anak balita. Penelitian ini menunjukkan bahwa ibu mengalokasikan waktu untuk anak balita perempuan lebih besar untuk perawatan dan pengasuhan daripada anak laki-laki, sehingga nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk kegiatan domestik pengasuhan anak perempuan lebih besar dibandingkan dengan anak laki-laki. Selain itu, nilai ekonomi pekerjaan ibu rumah tangga untuk pengasuhan anak akan semakin menurun dengan bertambahnya umur balita dan akan semakin bertambah dengan bertambahnya jumlah anak balita. 3. Hasil perhitungan penelitian yang berjudul Peranan ibu rumah tangga dalam meningkatkan pendapatan keluarga menunjukan bahwa berpengaruh tidaknya variabel-variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen bagi ibu rumah tangga terlihat bahwa penghasilan ibu rumah tangga sangat mempengaruhi intensitas kerja ibu rumah tangga tersebut. Sementara itu jumlah tanggungan keluarga, jarak dari tempat tinggal ke tempat kerja merupakan faktor potensial bagi pekerja yang juga akan mempengaruhi intensitas kerja seseorang. 4. Hasil perhitungan penelitian yang berjudul kontribusi pendapatan ibu rumah tangga pembuat makanan olahan terhadap pendapatan keluarga menunjukan bahwa rata-rata curahan jam kerja responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari pada kegiatan membuat jajan olahan sebesar 4,27 jam per hari atau 18,36 jam per minggu dengan ratarata 4 hari kerja per minggu. Rata-rata sumbangan pendapatan responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari terhadap pendapatan keluarga sebesar sebesar Rp 429.754,00 atau 12,82 dari total pendapatan keluarga, dengan Produktivitas kerja responden sebesar Rp.3.594,00 per jam. Motivasi responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari adalah untuk menambah pendapatan keluarga, untuk mengisi waktu luangdengan kegiatan positif dan untuk mencari pengalaman. Sebagaian besar responden ibu rumah tangga anggota KWT Boga Sari 83,3 tidak mengalami hambatan, sedangkan 16,7 mengalami hambatan dalam hal pesaing dan tidak dapat membagi waktu untuk keluarga. 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa program kredit mikro memiliki tingkat signifikan yang berdampak pada peningkatan pendapatan dan sumber mata pencaharian perempuan pedesaan dengan sosial ekonomi. Pendapatan meningkat kredit mikro dari perempuan miskin pedesaan dan membantu mereka untuk membelanjakan uang lebih banyak untuk pengembangan kehidupan mereka dan keluarga. Penelitian ini menunjukkan bahwa proporsi dari dengan kredit perempuan pedesaan yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan keluarga adalah jauh lebih tinggi 19 dibandingkan tanpa kredit perempuan pedesaan 10. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa pendapatan bulanan keluarga dengan kredit responden, rata-rata 9.851,75 dibandingkan dengan tanpa kredit keluarga, di rata-rata 5.278,00 hampir setengah dari dengan kredit penghasilan bulanan keluarga. Temuan penelitian menunjukkan bahwa perempuan pedesaan, setelah bergabung dengan Grameen Program kredit mikro Bank diilhami dan dipandu lebih untuk melakukan kegiatan menghasilkan berbagai sumber dan pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa Grameen Bank Program kredit mikro memberikan kesempatan penghasilan generasi yang membantu meningkatkan pendapatan keluarga perempuan pedesaan serta mata pencaharian mereka. Oleh karena itu, dapat menyimpulkan bahwa program kredit mikro membantu kaum miskin pedesaan perempuan untuk menjadi mandiri secara ekonomi dan finansial dalam masyarakat mereka. 6. Disimpulkan bahwa pendidikan dan pendapatan adalah angka indeks yang signifikan 242 60,5 dan 246 51,5 yang mempengaruhi ukuran keluarga dalam Ondo State, Nigeria tapi pendapatan lebih prediktor ukuran keluarga daripada faktor pendidikan. Seminar - seminar dan lokakarya harus diatur oleh departemen kesehatan ke unit keluarga berencana memberikan kesadaran kepada orang-orang di pengaruh pendidikan dan pendapatan pada ukuran keluarga. Pasangan yang kurang berpendidikan harus diberitahukan atau disebar luaskan pada konsekuensi bahwa memiliki banyak anak dapat mengurangi dari pendapatan mereka yang dapat dihasilkan bila mempunyai sedikit anak. Hal ini juga merekomendasikan bahwa pemerintah harus melaksanakan kebijakan pengendalian jumlah anak dalam keluarga.

C. Kerangka Pemikiran