BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perbankan di Indonesia
4.1.1. Sejarah Perbankan
Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini
berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke
negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam
perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar
kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan
berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan
peminjaman uang.
4.1.2. Sejarah Perbankan di Indonesia
Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di
Hindia Belanda. Bank‐bank yang ada itu antara lain:
1. De Javasce NV 2. De Post Poar Bank
3. De Algemenevolks Crediet Bank 4. Nederland Handles Maatscappi NHM
5. Nationale Handle Bank NHB 6. De Escompto Bank NV
Di samping itu, terdapat pula bank‐bank milik orang Indonesia dan orang-
orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank‐bank tersebut antara lain
:
1. Bank Nasional Indonesia 2. Bank Abuan Saudagar
3. NV Bank Boemi 4. The Chartered Bank of India
5. The Yokohama Species Bank 6. The Mastsui Bank
7. The Bank of China 8. Batavia Bank
Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia.
Bank‐bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain: 1. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang
dikenal dengan BNI ʹ46.
2. Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Ban ini berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko.
3. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur MAI tahun 1945 di Solo 4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.
5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi
Bank Amerta. 7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.
8. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik
9. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia BCA tahun 1949.
Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank
Perkreditan Rakyat BPR, Bank Umum Syari ʹah, dan juga BPR Syariʹah BPRS .
Masing‐masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.
4.1.3. Sejarah Bank Pemerintah
Seperti diketahui bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari
pengaruh negara yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta
nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank‐bank milik
pemerintah, yaitu: 1. Bank Sentral, Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia BI berdasarkan
UU No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di
tahun 1951.
2. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor, Bank ini berasal dari De
Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia BNI Unit II yang bergerak di bidang
rural dan expor impor exim, dipisahkan lagi menjadi:
a.
Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No 21 Tahun 1968
b.
Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank Expor Impor Indonesia.
3. Bank Negara Indonesia BNI
ʹ46, Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU
No 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia ʹ46
4. Bank Dagang NegaraBDN, BDN berasal dari Escompto Bank yang di
nasionalisasikan dengan PP No 13 Tahun 1960, namun PP Peraturan Pemerintah ini dicabut dengan diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi
Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu‐satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.
5. Bank Bumi Daya BBD, BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische
Hendles Bank, kemudian menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968
menjadi Bank Bumi Daya. 6. Bank Pembangunan Indonesia Bapindo
7. Bank Pembangunan Daerah BPD, Bank ini didirikan di daerah‐daerah tingkat I.
Dasar hukumnya adalah UU No 13 Tahun 1962.
8. Bank Tabungan Negara BTN, BTN berasal dari De Post Paar Bank yang
kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan
UU No 20 Tahun 1968
9. Bank Mandiri, Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya
BBD, Bank Dagang Negara BDN, Bank Pembangunan Indonesia Bapindo dan Bank Expor Impor Indonesia Ban Exim. Hasil merge keempat bank ini
dilaksanakan pada tahun 1999.
4.1.4. Perkembangan Perbankan di Indonesia
4.1.4.1. Periode 1988 – 1996
Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 Pakto 88, antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian bank baru telah
menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala kecil dan menengah. Pada puncaknya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak dari 111 bank pada
Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994‐1995 sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat BPR meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi
9.310 BPR pada tahun 1996.
4.1.4.2. Periode 1997 – 1998
Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah ketika memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan
perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan
rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27 bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya. Secara
spesifik langkah‐langkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan
perbankan tersebut adalah: 1. Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas
Bank Indonesia BLBI 2. Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank‐bank yang masih memiliki potensi
untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bank‐bank yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya
3. Menutup bank‐bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan dengan melakukan marger
4. Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN
5. Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan melalui penetapan Undang‐Undang No. 231999 tentang Bank Indonesia yang menjamin
independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan.
4.1.4.3. Periode 1999-2002
Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 – 1998 memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan pembenahan di sektor
perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegah
terulangnya krisis. Langkah penting yang dilakukan sehubungan dengan itu adalah: 1. Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana implementasi yang
jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision yang menjadi standar internasional bagi pengawasan bank
2. Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan mengembangkan Real Time Gross Settlements RTGS
3. Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan masyarakat di bank
4. Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh BPPN, Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing Agency INDRA
5. Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bankbank BUMN dan bank‐bank yang direkap
6. Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.
4.1.4.4. Periode 2002 – sekarang
Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit yang
mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif antara lain credit linked notes, serta kerjasama produk dengan
lembaga lain reksadana dan bancassurance.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1. Analisis Deskriptif
Penelitian ini menggunakan data keuangan dengan data sampel 40 perbankan di Indonesia yang terdaftar sebagai pelapor SID pada tahun 2013-2014 1 tahun.
Adapun satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan waktu tahunan dimana setiap sampel memiliki tahun buku per 31 Desember setiap
tahunnya. Tabel 4.1. akan menunjukkan data sampel perbankan di Indonesia 2013- 2014.
Tabel 4.1. Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID
2013-2014
No Perbankan
Kode
1 PT. Bank Rakyat Indonesia
Persero, Tbk BRI
2 PT. Bank Mandiri Persero, Tbk
Mandiri 3
PT. Bank Negara Indonesia Persero, Tbk
BNI
4 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk
Danamon 5
PT. Bank Central Asia, Tbk BCA
6 PT. Bank Internasional Indonesia,
Tbk BII
7 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk dh
Niaga CIMB
Lanjutan Tabel 4.1.
Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID 2013-2014
No Perbankan
Kode
8 PT. Bank UOB Indonesia, Tbk
UOB 9
PT. Bank Aceh dh BPD Aceh BPD-Aceh
10 PT. Bank Pemerintah Daerah BPD-Sumut
Sumatera Utara 11
PT. Bank Tabungan Negara Persero
BTN
12 PT. Bank Tabungan Pensiunan
Nasional, Tbk BTPN
13 PT. Bank Mega, Tbk
Mega 14
PT. Bank Bukopin Bukopin
15 PT. Bank Muamalat Indonesia
Muamalat 16
PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah dh Djasa Artha
BRI-Syariah
17 PT. Bank Negara Indonesia Syariah
BNI-Syariah 18
PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Mandiri-
Syariah 19
PT. Bank Daerah Khusus Ibu Kota DKI
20 PT. Bank ANZ Indonesia dh ANZ
Panin Bank ANZ
21 Citibank N.A
Citibank 22
PT. Bank Permata, Tbk Permata
23 PT. Bank Arta Graha Intersional,
Tbk Arta-Graha
24 Standard Chartered Bank
SCB
25 Deutsche Bank AG
DBAG
Lanjutan Tabel 4.1.
Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID 2013-2014
No Perbankan Indonesia
Kode
26 PT. Bank Capital Indonesia
BCI 27
PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk BER
28 PT. Bank Mayapada Internasional,
Tbk Mayapada
29 PT. Bank Maspion Indonesia
BMI 30
PT. Bank Ganesha BG
31 PT. Bank ICBC Indonesia
ICBC 32
PT. Bank Himpunan Saudara 1906 BHS
33 PT. Bank Bisnis Internasional
Bank-Bisnis 34
PT. Bank Yudha Bhakti BYB
35 Bank Pemerintah Daerah Sumatera
Barat BPD-Sumbar
36 PT. Bank Pemerintah Daerah Jawa
Timur BPD-Jatim
37 PT. Bank Pemerintah Daerah Jambi
BPD-Jambi 38
PT. Bank Pemerintah Daerah Riau BPD-Riau
39 PT. Bank BPD Sumatera Selata dan
Bangka Belitung BPD-
SumselBaBel 40
PT. Bank Lampung Lampung
Sumber : http:www.bi.go.ididmoneterbiro-informasi-kreditidi-
historisDocumentsDaftarBankUmum2012411.pdf
4.2.1.1. Persistensi Laba
Persistensi laba dihitung dengan menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan periode yang akan datang, dengan menggunakan
persamaan: ����
�+�
= �0 + �1 ����
�
+ �
�+1
Variabel PTBIt+1 dan PTBIt dibagi dengan total asset rata-rata perusahaan. Laba akuntansi sebelum pajak dibagi dengan total asset rata-rata ditujukan untuk
menetralkan dampak dari ukuran perusahaan, karena besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimilikinya.
Data laba akuntansi sebelum pajak yang dibagi dengan total aset rata-rata perusahaan sampel
Tabel. 4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata
2013 2014
1 BRI
0.3091 0.2811
0.2951 2
Mandiri 0.4824
0.1297 0.3061
3 BNI
0.2890 0.3312
0.3101 4
Danamon 0.1166
0.1524 0.1345
5 BCA
0.2411 0.2496
0.2454 6
BII 0.2348
0.5108 0.3728
7 CIMB
0.1138 0.2184
0.1661 8
UOB 0.2007
0.2432 0.2219
9 BPD-Aceh
0.3872 0.4104
0.3988 10
BPD-Sumut 0.0390
0.2071 0.12305
11 BTN
0.1500 0.1822
0.1661 12
BTPN 0.1584
0.0565 0.10745
Lanjutan
Tabel. 4.2
Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata
2013 2014
13 Mega
0.2252 0.1719
0.19855 14
Bukopin 0.0346
0.0932 0.0639
15 Muamalat
0.2076 0.2000
0.20308 16
BRI-Syariah 0.1632
0.1986 0.1809
17 BNI-Syariah
0.1824 0.2441
0.21325 18
Mandiri-Syariah 0.2130
0.1933 0.20315
19 DKI
0.3644 0.4575
0.41095
20 ANZ
0.0100 0.015
0.0125 21
Citibank 0.1822
0.1879 0.18505
22 Permata
0.0949 0.0801
0.0875 23
Arta-Graha 0.0750
0.1016 0.08833
24 SCB
0.0321 0.0433
0.0377
25 DBAG
0.0621 0.0088
0.03545 26
BCI 0.0040
0.0076 0.0058
27 BER
0.0232 0.0072
0.0152 28
Mayapada 0.1122
0.1824 0.1437
29 BMI
0.0384 0.0312
0.0348
Lanjutan
Tabel. 4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata
2013 2014
30 BC
0.0064 0.0678
0.0371 31
ICBC 0.0088
0.0040
0.0064 32
BHS 0.00208
0.0185 0.01029
33 Bank-Bisnis
0.1138 0.1139
0.11385
34 BYB
0.0750 0.1016
0.0833 35
BPD-Sumbar 0.1632
0.1986 0.1809
36 BPD-Jatim
0.2173 0.2421
0.2997 37
BPD-Jambi 0.1605
0.1866 0.17355
38 BPD-Riau
0.2076 0.2726
0.2401 39
BPD-SumselBalbel 0.2130
0.2084 0.2107
40 Lampung
0.1715 0.1748
0.17315
Minimum 0.00208
0.004 0.0058
Maksimum 0.4824
0.5108 0.41095
Rata-Rata 0.152145
0.16963 0.160887
Sumber : Data Penelitian yang dioah 2015
4.2.1.2. Book Tax Gap
Variabel book tax gap dapat dibedakan menjadi Large Positive Book Tax Differences LPBTD dan Large Negative Book Tax Differences LNBTD yang
diwakili oleh akun beban manfaat pajak tangguhan, kemudian dibagi dengan total asset rata-rata perusahaan perbankan Indonesia.
Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
Beban Manfaat Pajak Tangguhan
Rata-Rata 2013
2014
1 BRI
0.0029 0.0114
0.00715 2
Mandiri 0.0069
0.0076 0.00725
3 BNI
-0.0014 0.0038
0.0012 4
Danamon 0.0000
-0.0014 -0.0007
5 BCA
0.0094
0.0013 0.00535
6 BII
-0.0161 -0.0024
-0.00925 7
CIMB -0.0380
-0.0026 -0.0203
8 UOB
-0.0820 -0.0018
-0.0419
9 BPD-Aceh
0.0050 0.0058
0.0054
10 BPD-Sumut
0.0041 -0.0003
0.0019
11 BTN
0.0022 -0.0130
-0.0054 12
BTPN -0.0066
-0.0005 -0.00355
13 Mega
-0.0082 -0.0018
-0.005
Lanjutan
Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
Beban Manfaat Pajak Tangguhan
Rata-Rata 2013
2014
14 Bukopin
-0.0040 -0.0081
-0.00605 15
Muamalat -0.0056
0.0003 -0.00265
16 BRI-Syariah
0.0069 -0.0011
0.0029 17
BNI-Syariah 0.0076
0.0007 0.00415
18 Mandiri-Syariah
-0.0086 0.0004
-0.0041
19 DKI
-0.0053 0.0097
0.0022 20
ANZ -0.0017
-0.0006 -0.00115
21 Citibank
0.0001 -0.0016
-0.00075 22
Permata 0.0008
-0.0003 0.00025
23 Arta-Graha
0.0002 0.0001
0.00015 24
SCB -0.0002
-0.0012 -0.0007
25 DBAG
-0.0102 -0.0005
-0.00535 26
BCI -0.0008
-0.0010 -0.0009
27 BER
-0.0006 -0.0013
-0.00095 28
Mayapada -0.0066
-0.0075 -0.00075
29 BMI
-0.0031 -0.0045
-0.0038
Lanjutan
Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata
No Kode Bank
Beban Manfaat Pajak Tangguhan
Rata-Rata 2013
2014
30 BC
-0.0001 0.0000
-0.00005 31
ICBC 0.0001
-0.0013 -0.0006
32 BHS
0.0003 -0.0003
33 Bank-Bisnis
-0.0013 0.0002
0.00055 34
BYB -0.0003
-0.0003 -0.0003
35 BPD-Sumbar
0.0013 -0.4509
-0.2248 36
BPD-Jatim -0.1256
0.0032 -0.0162
37 BPD-Jambi
-0.0012 -0.5689
-0.28505
38 BPD-Riau
-0.0100 -0.0003
-0.00515 39
BPD-SumselBalbel -0.0032
0.00010 -0.00155
40 Lampung
0.0001 -0.0013
-0.0006
Beban Minimum
-0.1256 -0.5698
-0.28505
Pajak Maksimum
0.0094 0.0114
0.00725 Rata-Rata
-0.00732 -0.02576
-0.0165375 Manfaat
Pajak Minimum
-0.082 -0.4509
-0.0419 Maksimum
0.0076 0.0097
0.0054 Rata-Rata
-0.00465 -0.01244
-0.0028
Sumber : Data Olahan Penelitian 2015 Setelah beban manfaat pajak tangguhan dibagi dengan total asset rata-rata,
selanjutnya dilakukan pengelompokan dengan system quintile, yaitu dengan membagi sekelompok nilai pengamatan menjadi lima bagian sama besar
Tabel 4.4 Data
Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap
No Kode Bank
LPBTD LNBTD
2013 2014
2013 2014
1 BRI
1 2
Mandiri 1
1 3
BNI 1
4 Danamon
5 BCA
1 1
6 BII
7 CIMB
1 1
1 8
UOB 1
1 9
BPD-Aceh 1
10 BPD-Sumut
1 11
BTN 1
1 1
12 BTPN
1 1
13 Mega
1 1
Lanjutan Tabel 4.4
Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap
No Kode Bank
LPBTD LNBTD
2013 2014
2013 2014
14 Bukopin
1 1
15 Muamalat
1 1
1 16
BRI-Syariah 1
1 1
1 17
BNI-Syariah 1
18 Mandiri-
Syariah 1
1 1
19 DKI
1 20
ANZ 1
21 Citibank
1 1
22 Permata
1 1
23 Arta-Graha
1 1
24 SCB
1 1
25 DBAG
1 26
BCI 1
1 27
BER 1
1 1
28 Mayapada
1 1
1
29 BMI
1
Lanjutan Tabel 4.4
Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap
No Kode Bank
LPBTD LNBTD
2013 2014
2013 2014
30 BC
1 31
ICBC 1
32 BHS
1 1
33 Bank-Bisnis
1 1
1 34
BYB 1
1 35
BPD-Sumbar 1
1 36
BPD-Jatim 1
1 37
BPD-Jambi 1
1 38
BPD-Riau 1
1
39 BPD-
SumselBalbel 1
1
40 Lampung
1 Sumber : Data Olah Penelitian 2015
Penelitian ini menggunakan variable kualitatif dengan 3 kelas, sehingga berdasarkan pada aturan main variable dummy, hanya diperlukan 2 variabel dummy
untuk membentuk model regresinya Widarjono, 2007:95. Teknik dummy diatas memperlakukan small book tax difference sebagai kategori dasar atau acuan. Dengan
begitu semua perbandingan book tax gap berupa large positive negative book tax gap dikaitkan dengan small book tax gap.
4.2.2. Statistik Deskrptif
Untuk lebih mempermudah dalam melihat gambaran mengenai variabel yang diteliti, variabel tersebut dapat dijelaskan secara statistic seperti yang tergambar pada
table 4.5
Tabel 4.5 Deskriptif Statisktik
Minimum Maksimum
Mean PTTBI
t
0.0105 0.6074
0.1669
PTBI
t+1
0.0076 0.5826
0.1650
Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Pada tabel tersebut menjelaskan secara deskriptif mengenai variable-variabel
dalam penelitian. variabel laba sebelum pajak periode sekarang PTBIt memiliki nilai minimum 0.0105 dan maksimum 0.6074 dan nilai rata-rata 0.1669. Sedangkan
variabel laba sebelum pajak masa depan PTBIt+1 memiliki nilai minimum 0.0076 dan maksimum 0.5826 dan nilai rata-rata 0.1650.
4.2.3. Analisis Model Regresi Data Panel
Seperti yang telah di bahas pada bab sebelumnya penelitian ini menggunakan dua metode. Dalam analisismodel regresi data panel dilakukan beberapa uji, yaitu :
4.2.3.1. Model Pembentukan Book Tax Gap
4.2.3.1.1. Uji Chow
Chow test atau uji chow yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data
panel.
Tabel 4.6 Uji Chow Model Pembentukkan
Book Tax Gap
Effect Test Statistic
d.f Prob.
Cross-Section F 2.130443
46.140 0.0004
Cross-Section Chi-Square 99.758418
46 0.0000
Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan hasil uji chow test dengan menggunakan SPSS Versi 21
diperoleh nilai probability sebesar 0,0004, nilai probability ini lebih kecil dari level signifikan α = 0,05, maka H0 untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga
estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah Random Effect
4.2.3.1.2. Uji Hausman
Tabel 4.7 Uji Hausman Model Pembentukkan
Book Tax gap
Test Summary Chi Sq Statistic
Chi-sq d.f Prob
Cross-Section Random 271.697121
1 0.0000
Sumber : Olahan Data SPSS Versi 21 2015
Berdasarkan hasil uji Hausman dengan menggunakan SPSS Versi 21 Didapat
probability sebesar 0.000. Nilai probability lebih kecil dari pada level signifikan α =
0,05, maka Ho untuk model ini ditolak dan H1 diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah random effect
4.2.3.2. Model Hubungan book tax gap dan Persistensi Laba
4.2.3.2.1. Uji Chow
Tabel 4.8 Uji Chow Model Hubungan
book tax gap dan Persistensi Laba
Effect Test Statistic
d.f Prob.
Cross-Section F 26.501256
46.89 0.0000
Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji chow test dengan menggunakan SPSS Versi
21 diperoleh nilai probability sebesar 0,000, nilai probability ini lebih kecil dari level signifikan α = 0,05, maka H0 untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga
estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah fixed effect model FEM.
4.2.3.2.2. Uji Hausman
Tabel 4.9 Uji Hausman Model II
Test Summary Chi Sq Statistic
Chi-sq d.f Prob
Cross-Section Random 282.924554
5 0.0000
Sumber : Olahan Data SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan hasil uji Hausman dengan menggunakan SPSS Versi 21, didapat
probability sebesar 0.000. Nilai probability lebih kecil dari pada level signifikan α =
0,05, maka Ho untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah fixed effect model FEM.
4.2.4. Model Regresi Data Panel
Penelitian ini dapat ditentukan pengaruh laba akuntansi sebelum pajak saat ini dengan laba akuntansi sebelum pajak periode yang akan datang, berdasarkan
estimasi regresi panel dengan pendekatan fixed effect model FEM dan random
effect.
4.2.4.1. Model Pembentuk Book Tax Gap
Tabel 4.10 Hasil Estimasi Regresi Panel Model Pembentuk
Book Tax Gap PBTI
t+1 =
γ0 + γ1 PTBI
t
+ U
t+1
Variabel Coeeficient
Std Eror t-Statistic
Prob
C 0.047491
0.010471 4.535309
0.0000 PTBI -1
0.762246 0.051925
14.67969 0.0000
R-Squared 0.607891
Mean dependent Var 0.163143
Adjusted R Squared 0.605070
S.D dependent Var 0.130337
S.E of regression 0.0819808
Akaike info creation -2.152345
Sum squared 0.932551
Schwarz criterion -2.110519
Log likelihood 153.7403
Hannan-Quinn criter. -2.135348
F-statistic 215.4934
Durbin-Watson stat 1.747294
ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Data Olahan Penelitian menggunakan SPSS Versi 21 2015 Dari pengolahan data statistik di atas, diperoleh persamaan regresi data panel
sebagai berikut:
PTBI
t+1
= 0.047491 + 0.762246PTBIt + e
Karena model yang digunakan pada penelitian menggunakan random effect, maka pengujian asumsi klasik tidak diperlukan lagi. Nilai konstansta yang diperoleh
sebesar 0.047491. Hal ini berarti apabila variabel-variabel independen tidak ada, maka besarnya relevansi nilai yang terjadi adalah sebesar 0.047491.
Nilai coefficient regresi variable PTBI γ1 0.762246 0 yang menunjukkan bahwa laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang persisten untuk laba akuntansi
periode mendatang. Jika PTBIt naik sebesar satu satuan, maka PTBIt+1 akan naik sebesar0.762246 dengan asumsi cateris paribus.
4.2.4.2. Model Hubungan Book Tax Gap dan Persistensi Laba
Penelitian model ini merupakan pengembangan dari model pertama, mengestimasi persistensi laba dengan memasukkan tingkatan book tax difference,
untuk pengujian perusahaan dengan large positive negative book tax difference terhadap persistensi laba, berdasarkan estimasi regresi panel dengan pendekatan fixed
effect model FEM.
Tabel 4.11. Hasil Estimasi Regresi Panel Model
Book Tax Gap dan Persistensi Laba Variabel
Coeeficient Std Eror
t-Statistic Prob
C 0.172897
0.005776 29.93524
0.0000 PTBI -1
-0.070209 0.036276
-1.935398 0.0561
LP-1 0.019902
0.004712 4.223944
0.0001 LN-1
0.021918 0.004802
4.564737 0.0000
PTBI-1LP-1 -0.105487
0.034658 -3.043624
0.0031 PTBI-1LN-1
-0.199026 0.028151
-7.069876 0.0000
R-Squared 0.607891
Mean dependent Var 0.163143
Adjusted R Squared 0.605070
S.D dependent Var 0.130337
S.E of regression 0.0819808
Akaike info creation -2.152345
F-statistic 215.4934
Durbin-Watson stat 1.747294
ProbF-statistic 0.000000
Sumber : Data Olahan menggunakan SPSS Versi 21 2015 Dari pengolahan data statistik di atas, maka diperoleh persamaan regresi data
panel sebagai berikut
PTBI
t+1
= 0.172897 + 0.019902 LPBTDt + 0.021918 LNBTDt - 0.070209 PTBIt – 0.105487 PTBIt LPBTDt – 0.199026
PTBIt LNBTDt+ ε
t+ 1
Nilai konstansta yang diperoleh sebesar 0.172897. Hal ini berarti apabila
tidak ada variabel-variabel independen
LPBTDt, LNBTDt, PTBIt, PTBItLPBTDt, PTBItLNBTDt atau bernilai 0, maka laba
masa depan adalah sebesar 0.172897. Nilai koefisien regresi variable LPBTD sebesar 0.019902 menunjukkan
bahwa setiap kenaikan LPBTD akan diikuti oleh kenaikan laba masa depan sebesa 0.019902, dengan asumsi variable lain tetap.
Nilai koefisien regresi variabel LNBTD sebesar 0.021918 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LPBTD akan diikuti oleh kenaikan laba masa depan sebesar
0.021918, dengan asumsi variable lain tetap.
Nilai koefisien regresi variabel PTBIt sebesar -0.070209 menunjukkan bahwa setiap kenaikan PTBIt akan diikuti oleh penurunan laba masa depan sebesar -
0.070209, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi variabel PTBItLPBTDt sebesar -0.105487
menunjukkan bahwa setiap kenaikan LPBTDt akan diikuti oleh penurunan laba masa depan sebesar -0.105487, dengan asumsi variable lain tetap.
Nilai koefisien regresi variabel PTBItLNBTDt sebesar -0.199026 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LNBTDt akan diikuti oleh penurunan laba
masa depan sebesar -0.105487, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi sebesar 0.021918. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
peningkatan satu satuan akan meningkatkan relevansi nilai sebesar 0.021918.
4.2.5. Uji Asumsi Klasik
4.2.5.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali 2005 : 110
“dapat diketahui bahwa uji t dan uji F dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal”.
Salah satu uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non – parametrik Kolmogorov – Smirnov K-S. uji K-S
dilakukan dalam membuat hipotesis : H
: Data residual berdistribusi normal
H
a
: Data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusannya adalah :
Signifikan K- S α maka terima H
: Residual normal Signifikan K-
S α maka terima H
a
: Residual tidak normal
a. Pendekatan histogram Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat kurva
normal. Kurva normal adalah kurva yang memiliki ciri khusus dimana mean, mode, dan mediannya berada ditempat yang sama. Maka jika terjadi kemencengan pada
kurva skewness maka data tidak berdistribusi normal
Sumber : Data Olahan Menggunakan SPSS Versi 21 2015
Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas
Histogram Dependent Variabel : Persistensi Laba
Fr e
que nc
y
Regression Standardized Residual
Mean = 1.54E-4 Std.Dev =
1 1
. .
7 7
5 5
7 7
9 9
3 3
4 4
4 4
5 5
Observed Cum Prob
1.0 0.8
0.6 0.4
0.2 0.0
E xpect
ed C
um P
rob
1.0
0.8 0.6
0.4
0.2
0.0
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Minat Beli Konsumen
Persistensi Laba
Berdasarkan Gambar 4.1 grafik histogram terlihat bahwa data variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang membentuk
lonceng yang tidak melenceng baik ke kiri maupun ke kanan.
b. Pendekatan Grafik
Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melakukan pendekatan grafik. Pendekatan ini dengan melihat titik-titik di sepanjang garis diagonal
Sumber : Data diolah Menggunakan SPSS Versi 21 2015
Gambar 4.2. Graffik Uji Normalitas
Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi dari titik-titik data pengaruh book tax gap terhadapa persistensi laba menyebar disekitar garis
diagonal, dimana dapat disimpulkan bahwa data yang disajikan bersifat normal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksi persistensi laba perbankan di
Indonesia berdasarkan Independent Variable.
c. Pendekatan Residual Data Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Model Penelitian
Jarque Bera Prob.
Model Pembentukkan book tax gap 34.17618
0.0000 Model hubungan book tax gap
dengan persistensi laba 10.06165
0.0065
Sumber : Data diolah menggunakna SPSS Versi 21 2015 Dari Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa residual data belum terdistribusi
dengan normal dimana nilai Jarque-Bera model model pembentukkan book tax gap 34,17618 2 dan nilai Jarque-Bera model hubungan book tax gap dengan
persistensi laba 10,06165 2, sedangkan nilai probabilitas model pembentukkan
redi ct
ed
2
Scatterplot Dependent Variable: Minat Beli Konsumen
Persistensi Laba
book tax gap yaitu 0.0000 0.05 dan nilai probabilitas model hubungan book tax gap dengan persistensi laba yaitu 0.0065 0.05 sehingga dianggap belum layak
untuk dilakukan uji regresi berganda. Menurut Imam 75:2012 maka dilakukan regresi persamaan semilog yaitu variabel dependen dalam bentuk logaritma dan
variabel independen biasa atau sebaliknya. Hasil yang diperoleh adalah residual sudah berdistribusi normal
.
4.2.6. Uji Heterokedasitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Menurut Ghozali 2005 : 105 jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut
Heteroskedastisitas. a. Pendekatan Grafik
Mendeteksi apakah ada atau tidak gejala Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menganalisa penyebaran titik-titik yang terdapat pada scatterplot yang
dihasilkan program SPSS Versi 16 dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu : 1. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka
regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. 2. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau dengan acak maka regresi tidak
mengalami gangguan heteroskedastisitas.
Sumber : Data diolah menggunakan SPSS Versi 21 2015
Gambar 4.3. Scaterplot Uji Heterokedasitas
Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat titik-titik secara acak atau tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk prediksi anggaran
berdasarkan masukan Independent Variable.
b. Uji Glejser Pendekatan grafik yaitu melihat sebaran titik scatterplot memiliki kelemahan
dimana jika jumlah pengamatan sedikit maka akan sulit menginterprettasikan hasil grafik plot. Untuk itu dilakukan uji Glejser.
Tabel 4.13 Uji Glejser
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients Standardized
Coefficients t
Sig. B
Std. Eror Beta
1 Constant -.770
.982 -.784 .436
Perubahan Pendapatan
.943 .023
.976 40.974 .000 Nilai aktiva tetap
.035 .019
.043 1.827 .073
Ukuran Perusahaan
.012 .012
0.12 1.8007 .065 Large Positive
Book Tax Gap .010
.010 .010 1.8000 .060
Large Negative Book Tax Gap
.009 .003
.008 1.0010 0.43 a Dependent Variable:Persistensi Laba
Sumber : Output SPSS Versi 212015 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang signifikan
secara statistik mempengaruhi variabel dependen persistensi laba. Dapat dilihat pada kolom Sig. yang merupakan probabilitas signifikansi variabel, dimana probabilitas
signifikansi variabel independen berada diatas tingkat kepercayaan 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi ini tidak terindikasi heteroskedastisitas
4.2.7. Uji Multikolinearitas