Sejarah Perbankan Statistik Deskrptif Uji Heterokedasitas

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perbankan di Indonesia

4.1.1. Sejarah Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat penukaran uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dnegan kerajaan yang lain. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, kegiatan operasional perbankan berkembang lagi menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang.

4.1.2. Sejarah Perbankan di Indonesia

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan Hindia Belanda. Pada masa itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan penting di Hindia Belanda. Bank‐bank yang ada itu antara lain:

1. De Javasce NV 2. De Post Poar Bank

3. De Algemenevolks Crediet Bank 4. Nederland Handles Maatscappi NHM

5. Nationale Handle Bank NHB 6. De Escompto Bank NV

Di samping itu, terdapat pula bank‐bank milik orang Indonesia dan orang- orang asing seperti dari Tiongkok, Jepang, dan Eropa. Bank‐bank tersebut antara lain :

1. Bank Nasional Indonesia 2. Bank Abuan Saudagar

3. NV Bank Boemi 4. The Chartered Bank of India

5. The Yokohama Species Bank 6. The Mastsui Bank

7. The Bank of China 8. Batavia Bank

Di zaman kemerdekaan, perbankan di Indonesia bertambah maju dan berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisir oleh pemerintah Indonesia. Bank‐bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain: 1. Bank Negara Indonesia, yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 yang sekarang dikenal dengan BNI ʹ46. 2. Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Ban ini berasal dar De Algemenevolks Crediet Bank atau Syomin Ginko. 3. Bank Surakarta Maskapai Adil Makmur MAI tahun 1945 di Solo 4. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946. 5. Bank Dagang Nasional Indonesia tahun 1946 di Medan. 6. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian menjadi Bank Amerta. 7. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946. 8. Bank Dagang Indonesia NV di Samarinda tahun 1950 kemudian merger dengan Bank Pasifik 9. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari. Kemudian merger dengan Bank Central Asia BCA tahun 1949. Di Indonesia, praktek perbankan sudah tersebar sampai ke pelosok pedesaan. Lembaga keuangan berbentuk bank di Indonesia berupa Bank Umum, Bank Perkreditan Rakyat BPR, Bank Umum Syari ʹah, dan juga BPR Syariʹah BPRS . Masing‐masing bentuk lembaga bank tersebut berbeda karakteristik dan fungsinya.

4.1.3. Sejarah Bank Pemerintah

Seperti diketahui bahwa Indonesia mengenal dunia perbankan dari bekas penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankanpun tidak lepas dari pengaruh negara yang menjajahnya baik untuk bank pemerintah maupun bank swasta nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah bank‐bank milik pemerintah, yaitu: 1. Bank Sentral, Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia BI berdasarkan UU No 13 Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dnegan UU No 23 Tahun 1999.Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang di nasionalkan di tahun 1951.

2. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Expor Impor, Bank ini berasal dari De

Algemene Volkscrediet Bank, kemudian di lebur setelah menjadi bank tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia BNI Unit II yang bergerak di bidang rural dan expor impor exim, dipisahkan lagi menjadi: a. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia dengan UU No 21 Tahun 1968 b. Yang membidangi Exim dengan UU No 22 Tahun 1968 menjadi Bank Expor Impor Indonesia. 3. Bank Negara Indonesia BNI ʹ46, Bank ini menjalani BNI Unit III dengan UU No 17 Tahun 1968 berubah menjadi Bank Negara Indonesia ʹ46

4. Bank Dagang NegaraBDN, BDN berasal dari Escompto Bank yang di

nasionalisasikan dengan PP No 13 Tahun 1960, namun PP Peraturan Pemerintah ini dicabut dengan diganti dengan UU No 18 Tahun 1968 menjadi Bank Dagang Negara. BDN merupakan satu‐satunya Bank Pemerintah yangberada diluar Bank Negara Indonesia Unit.

5. Bank Bumi Daya BBD, BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische

Hendles Bank, kemudian menjadi Nationale Hendles Bank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No 19 Tahun 1968 menjadi Bank Bumi Daya. 6. Bank Pembangunan Indonesia Bapindo

7. Bank Pembangunan Daerah BPD, Bank ini didirikan di daerah‐daerah tingkat I.

Dasar hukumnya adalah UU No 13 Tahun 1962.

8. Bank Tabungan Negara BTN, BTN berasal dari De Post Paar Bank yang

kemudian menjadi Bank Tabungan Pos tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No 20 Tahun 1968

9. Bank Mandiri, Bank Mandiri merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya

BBD, Bank Dagang Negara BDN, Bank Pembangunan Indonesia Bapindo dan Bank Expor Impor Indonesia Ban Exim. Hasil merge keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.

4.1.4. Perkembangan Perbankan di Indonesia

4.1.4.1. Periode 1988 – 1996

Dikeluarkannya paket deregulasi 27 Oktober 1988 Pakto 88, antara lain berupa relaksasi ketentuan permodalan untuk pendirian bank baru telah menyebabkan munculnya sejumlah bank umum berskala kecil dan menengah. Pada puncaknya, jumlah bank umum di Indonesia membengkak dari 111 bank pada Oktober 1988 menjadi 240 bank pada tahun 1994‐1995 sementara jumlah Bank Perkreditan Rakyat BPR meningkat drastis dari 8.041 pada tahun 1988 menjadi 9.310 BPR pada tahun 1996.

4.1.4.2. Periode 1997 – 1998

Pertumbuhan pesat yang terjadi pada periode 1988 – 1996 berbalik arah ketika memasuki periode 1997 – 1998 karena terbentur pada krisis keuangan dan perbankan. Bank Indonesia, Pemerintah, dan juga lembaga‐lembaga internasional berupaya keras menanggulangi krisis tersebut, antara lain dengan melaksanakan rekapitalisasi perbankan yang menelan dana lebih dari Rp 400 triliun terhadap 27 bank dan melakukan pengambilalihan kepemilikan terhadap 7 bank lainnya. Secara spesifik langkah‐langkah yang dilakukan untuk menanggulangi krisis keuangan dan perbankan tersebut adalah: 1. Penyediaan likuiditas kepada perbankan yang dikenal dengan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia BLBI 2. Mengidentifikasi dan merekapitalisasi bank‐bank yang masih memiliki potensi untuk melanjutkan kegiatan usahanya dan bank‐bank yang memiliki dampak yang signifikan terhadap kebijakannya 3. Menutup bank‐bank yang bermasalah dan melakukan konsolidasi perbankan dengan melakukan marger 4. Mendirikan lembaga khusus untuk menangani masalah yang ada di industri perbankan seperti Badan Penyehatan Perbankan Nasional BPPN 5. Memperkuat kewenangan Bank Indonesia dalam pengawasan perbankan melalui penetapan Undang‐Undang No. 231999 tentang Bank Indonesia yang menjamin independensi Bank Indonesia dalam penetapan kebijakan.

4.1.4.3. Periode 1999-2002

Krisis perbankan yang demikian parah pada kurun waktu 1997 – 1998 memaksa pemerintah dan Bank Indonesia untuk melakukan pembenahan di sektor perbankan dalam rangka melakukan stabilisasi sistem keuangan dan mencegah terulangnya krisis. Langkah penting yang dilakukan sehubungan dengan itu adalah: 1. Memperkuat kerangka pengaturan dengan menyusun rencana implementasi yang jelas untuk memenuhi 25 Basel Core Principles for Effective Banking Supervision yang menjadi standar internasional bagi pengawasan bank 2. Meningkatkan infrastruktur sistem pembayaran dengan mengembangkan Real Time Gross Settlements RTGS 3. Menerapkan bank guarantee scheme untuk melindungi simpanan masyarakat di bank 4. Merekstrukturisasi kredit macet, baik yang dilakukan oleh BPPN, Prakarsa Jakarta maupun Indonesian Debt Restrukturing Agency INDRA 5. Melaksanakan program privatisasi dan divestasi untuk bankbank BUMN dan bank‐bank yang direkap 6. Meningkatkan persyaratan modal bagi pendirian bank baru.

4.1.4.4. Periode 2002 – sekarang

Berbagai perkembangan positif pada sektor perbankan sejak dilaksanakannya program stabilisasi antara lain tampak pada pemberian kredit yang mulai meningkat pada inovasi produk yang mulai berjalan, seperti pengembangan produk derivatif antara lain credit linked notes, serta kerjasama produk dengan lembaga lain reksadana dan bancassurance.

4.2 Hasil Penelitian

4.2.1. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menggunakan data keuangan dengan data sampel 40 perbankan di Indonesia yang terdaftar sebagai pelapor SID pada tahun 2013-2014 1 tahun. Adapun satuan waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah satuan waktu tahunan dimana setiap sampel memiliki tahun buku per 31 Desember setiap tahunnya. Tabel 4.1. akan menunjukkan data sampel perbankan di Indonesia 2013- 2014. Tabel 4.1. Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID 2013-2014 No Perbankan Kode 1 PT. Bank Rakyat Indonesia Persero, Tbk BRI 2 PT. Bank Mandiri Persero, Tbk Mandiri 3 PT. Bank Negara Indonesia Persero, Tbk BNI 4 PT. Bank Danamon Indonesia, Tbk Danamon 5 PT. Bank Central Asia, Tbk BCA 6 PT. Bank Internasional Indonesia, Tbk BII 7 PT. Bank CIMB Niaga, Tbk dh Niaga CIMB Lanjutan Tabel 4.1. Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID 2013-2014 No Perbankan Kode 8 PT. Bank UOB Indonesia, Tbk UOB 9 PT. Bank Aceh dh BPD Aceh BPD-Aceh 10 PT. Bank Pemerintah Daerah BPD-Sumut Sumatera Utara 11 PT. Bank Tabungan Negara Persero BTN 12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional, Tbk BTPN 13 PT. Bank Mega, Tbk Mega 14 PT. Bank Bukopin Bukopin 15 PT. Bank Muamalat Indonesia Muamalat 16 PT. Bank Rakyat Indonesia Syariah dh Djasa Artha BRI-Syariah 17 PT. Bank Negara Indonesia Syariah BNI-Syariah 18 PT. Bank Syariah Mandiri, Tbk Mandiri- Syariah 19 PT. Bank Daerah Khusus Ibu Kota DKI 20 PT. Bank ANZ Indonesia dh ANZ Panin Bank ANZ 21 Citibank N.A Citibank 22 PT. Bank Permata, Tbk Permata 23 PT. Bank Arta Graha Intersional, Tbk Arta-Graha 24 Standard Chartered Bank SCB 25 Deutsche Bank AG DBAG Lanjutan Tabel 4.1. Daftar Sampel Perbankan di Indonesia yang Terdaftar dalam SID 2013-2014 No Perbankan Indonesia Kode 26 PT. Bank Capital Indonesia BCI 27 PT. Bank Ekonomi Raharja, Tbk BER 28 PT. Bank Mayapada Internasional, Tbk Mayapada 29 PT. Bank Maspion Indonesia BMI 30 PT. Bank Ganesha BG 31 PT. Bank ICBC Indonesia ICBC 32 PT. Bank Himpunan Saudara 1906 BHS 33 PT. Bank Bisnis Internasional Bank-Bisnis 34 PT. Bank Yudha Bhakti BYB 35 Bank Pemerintah Daerah Sumatera Barat BPD-Sumbar 36 PT. Bank Pemerintah Daerah Jawa Timur BPD-Jatim 37 PT. Bank Pemerintah Daerah Jambi BPD-Jambi 38 PT. Bank Pemerintah Daerah Riau BPD-Riau 39 PT. Bank BPD Sumatera Selata dan Bangka Belitung BPD- SumselBaBel 40 PT. Bank Lampung Lampung Sumber : http:www.bi.go.ididmoneterbiro-informasi-kreditidi- historisDocumentsDaftarBankUmum2012411.pdf

4.2.1.1. Persistensi Laba

Persistensi laba dihitung dengan menggunakan koefisien regresi antara laba akuntansi periode sekarang dengan periode yang akan datang, dengan menggunakan persamaan: ���� �+� = �0 + �1 ���� � + � �+1 Variabel PTBIt+1 dan PTBIt dibagi dengan total asset rata-rata perusahaan. Laba akuntansi sebelum pajak dibagi dengan total asset rata-rata ditujukan untuk menetralkan dampak dari ukuran perusahaan, karena besar kecilnya ukuran perusahaan dapat dilihat dari total asset yang dimilikinya. Data laba akuntansi sebelum pajak yang dibagi dengan total aset rata-rata perusahaan sampel Tabel. 4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata 2013 2014 1 BRI 0.3091 0.2811 0.2951 2 Mandiri 0.4824 0.1297 0.3061 3 BNI 0.2890 0.3312 0.3101 4 Danamon 0.1166 0.1524 0.1345 5 BCA 0.2411 0.2496 0.2454 6 BII 0.2348 0.5108 0.3728 7 CIMB 0.1138 0.2184 0.1661 8 UOB 0.2007 0.2432 0.2219 9 BPD-Aceh 0.3872 0.4104 0.3988 10 BPD-Sumut 0.0390 0.2071 0.12305 11 BTN 0.1500 0.1822 0.1661 12 BTPN 0.1584 0.0565 0.10745 Lanjutan Tabel. 4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata 2013 2014 13 Mega 0.2252 0.1719 0.19855 14 Bukopin 0.0346 0.0932 0.0639 15 Muamalat 0.2076 0.2000 0.20308 16 BRI-Syariah 0.1632 0.1986 0.1809 17 BNI-Syariah 0.1824 0.2441 0.21325 18 Mandiri-Syariah 0.2130 0.1933 0.20315 19 DKI 0.3644 0.4575 0.41095 20 ANZ 0.0100 0.015 0.0125 21 Citibank 0.1822 0.1879 0.18505 22 Permata 0.0949 0.0801 0.0875 23 Arta-Graha 0.0750 0.1016 0.08833 24 SCB 0.0321 0.0433 0.0377 25 DBAG 0.0621 0.0088 0.03545 26 BCI 0.0040 0.0076 0.0058 27 BER 0.0232 0.0072 0.0152 28 Mayapada 0.1122 0.1824 0.1437 29 BMI 0.0384 0.0312 0.0348 Lanjutan Tabel. 4.2 Data Laba Akuntansi Sebelum Pajak per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank PTBI per Total Aset Rata Rata-Rata 2013 2014 30 BC 0.0064 0.0678 0.0371 31 ICBC 0.0088 0.0040 0.0064 32 BHS 0.00208 0.0185 0.01029 33 Bank-Bisnis 0.1138 0.1139 0.11385 34 BYB 0.0750 0.1016 0.0833 35 BPD-Sumbar 0.1632 0.1986 0.1809 36 BPD-Jatim 0.2173 0.2421 0.2997 37 BPD-Jambi 0.1605 0.1866 0.17355 38 BPD-Riau 0.2076 0.2726 0.2401 39 BPD-SumselBalbel 0.2130 0.2084 0.2107 40 Lampung 0.1715 0.1748 0.17315 Minimum 0.00208 0.004 0.0058 Maksimum 0.4824 0.5108 0.41095 Rata-Rata 0.152145 0.16963 0.160887 Sumber : Data Penelitian yang dioah 2015

4.2.1.2. Book Tax Gap

Variabel book tax gap dapat dibedakan menjadi Large Positive Book Tax Differences LPBTD dan Large Negative Book Tax Differences LNBTD yang diwakili oleh akun beban manfaat pajak tangguhan, kemudian dibagi dengan total asset rata-rata perusahaan perbankan Indonesia. Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank Beban Manfaat Pajak Tangguhan Rata-Rata 2013 2014 1 BRI 0.0029 0.0114 0.00715 2 Mandiri 0.0069 0.0076 0.00725 3 BNI -0.0014 0.0038 0.0012 4 Danamon 0.0000 -0.0014 -0.0007 5 BCA 0.0094 0.0013 0.00535 6 BII -0.0161 -0.0024 -0.00925 7 CIMB -0.0380 -0.0026 -0.0203 8 UOB -0.0820 -0.0018 -0.0419 9 BPD-Aceh 0.0050 0.0058 0.0054 10 BPD-Sumut 0.0041 -0.0003 0.0019 11 BTN 0.0022 -0.0130 -0.0054 12 BTPN -0.0066 -0.0005 -0.00355 13 Mega -0.0082 -0.0018 -0.005 Lanjutan Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank Beban Manfaat Pajak Tangguhan Rata-Rata 2013 2014 14 Bukopin -0.0040 -0.0081 -0.00605 15 Muamalat -0.0056 0.0003 -0.00265 16 BRI-Syariah 0.0069 -0.0011 0.0029 17 BNI-Syariah 0.0076 0.0007 0.00415 18 Mandiri-Syariah -0.0086 0.0004 -0.0041 19 DKI -0.0053 0.0097 0.0022 20 ANZ -0.0017 -0.0006 -0.00115 21 Citibank 0.0001 -0.0016 -0.00075 22 Permata 0.0008 -0.0003 0.00025 23 Arta-Graha 0.0002 0.0001 0.00015 24 SCB -0.0002 -0.0012 -0.0007 25 DBAG -0.0102 -0.0005 -0.00535 26 BCI -0.0008 -0.0010 -0.0009 27 BER -0.0006 -0.0013 -0.00095 28 Mayapada -0.0066 -0.0075 -0.00075 29 BMI -0.0031 -0.0045 -0.0038 Lanjutan Tabel 4.3 Data Beban Manfaat Pajak Tangguhan per Total Aset Rata-Rata No Kode Bank Beban Manfaat Pajak Tangguhan Rata-Rata 2013 2014 30 BC -0.0001 0.0000 -0.00005 31 ICBC 0.0001 -0.0013 -0.0006 32 BHS 0.0003 -0.0003 33 Bank-Bisnis -0.0013 0.0002 0.00055 34 BYB -0.0003 -0.0003 -0.0003 35 BPD-Sumbar 0.0013 -0.4509 -0.2248 36 BPD-Jatim -0.1256 0.0032 -0.0162 37 BPD-Jambi -0.0012 -0.5689 -0.28505 38 BPD-Riau -0.0100 -0.0003 -0.00515 39 BPD-SumselBalbel -0.0032 0.00010 -0.00155 40 Lampung 0.0001 -0.0013 -0.0006 Beban Minimum -0.1256 -0.5698 -0.28505 Pajak Maksimum 0.0094 0.0114 0.00725 Rata-Rata -0.00732 -0.02576 -0.0165375 Manfaat Pajak Minimum -0.082 -0.4509 -0.0419 Maksimum 0.0076 0.0097 0.0054 Rata-Rata -0.00465 -0.01244 -0.0028 Sumber : Data Olahan Penelitian 2015 Setelah beban manfaat pajak tangguhan dibagi dengan total asset rata-rata, selanjutnya dilakukan pengelompokan dengan system quintile, yaitu dengan membagi sekelompok nilai pengamatan menjadi lima bagian sama besar Tabel 4.4 Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap No Kode Bank LPBTD LNBTD 2013 2014 2013 2014 1 BRI 1 2 Mandiri 1 1 3 BNI 1 4 Danamon 5 BCA 1 1 6 BII 7 CIMB 1 1 1 8 UOB 1 1 9 BPD-Aceh 1 10 BPD-Sumut 1 11 BTN 1 1 1 12 BTPN 1 1 13 Mega 1 1 Lanjutan Tabel 4.4 Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap No Kode Bank LPBTD LNBTD 2013 2014 2013 2014 14 Bukopin 1 1 15 Muamalat 1 1 1 16 BRI-Syariah 1 1 1 1 17 BNI-Syariah 1 18 Mandiri- Syariah 1 1 1 19 DKI 1 20 ANZ 1 21 Citibank 1 1 22 Permata 1 1 23 Arta-Graha 1 1 24 SCB 1 1 25 DBAG 1 26 BCI 1 1 27 BER 1 1 1 28 Mayapada 1 1 1 29 BMI 1 Lanjutan Tabel 4.4 Data Large Positive dan Large Negative Book Tax Gap No Kode Bank LPBTD LNBTD 2013 2014 2013 2014 30 BC 1 31 ICBC 1 32 BHS 1 1 33 Bank-Bisnis 1 1 1 34 BYB 1 1 35 BPD-Sumbar 1 1 36 BPD-Jatim 1 1 37 BPD-Jambi 1 1 38 BPD-Riau 1 1 39 BPD- SumselBalbel 1 1 40 Lampung 1 Sumber : Data Olah Penelitian 2015 Penelitian ini menggunakan variable kualitatif dengan 3 kelas, sehingga berdasarkan pada aturan main variable dummy, hanya diperlukan 2 variabel dummy untuk membentuk model regresinya Widarjono, 2007:95. Teknik dummy diatas memperlakukan small book tax difference sebagai kategori dasar atau acuan. Dengan begitu semua perbandingan book tax gap berupa large positive negative book tax gap dikaitkan dengan small book tax gap.

4.2.2. Statistik Deskrptif

Untuk lebih mempermudah dalam melihat gambaran mengenai variabel yang diteliti, variabel tersebut dapat dijelaskan secara statistic seperti yang tergambar pada table 4.5 Tabel 4.5 Deskriptif Statisktik Minimum Maksimum Mean PTTBI t 0.0105 0.6074 0.1669 PTBI t+1 0.0076 0.5826 0.1650 Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Pada tabel tersebut menjelaskan secara deskriptif mengenai variable-variabel dalam penelitian. variabel laba sebelum pajak periode sekarang PTBIt memiliki nilai minimum 0.0105 dan maksimum 0.6074 dan nilai rata-rata 0.1669. Sedangkan variabel laba sebelum pajak masa depan PTBIt+1 memiliki nilai minimum 0.0076 dan maksimum 0.5826 dan nilai rata-rata 0.1650.

4.2.3. Analisis Model Regresi Data Panel

Seperti yang telah di bahas pada bab sebelumnya penelitian ini menggunakan dua metode. Dalam analisismodel regresi data panel dilakukan beberapa uji, yaitu :

4.2.3.1. Model Pembentukan Book Tax Gap

4.2.3.1.1. Uji Chow

Chow test atau uji chow yakni pengujian untuk menentukan model Fixed Effet atau Random Effect yang paling tepat digunakan dalam mengestimasi data panel. Tabel 4.6 Uji Chow Model Pembentukkan Book Tax Gap Effect Test Statistic d.f Prob. Cross-Section F 2.130443 46.140 0.0004 Cross-Section Chi-Square 99.758418 46 0.0000 Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan hasil uji chow test dengan menggunakan SPSS Versi 21 diperoleh nilai probability sebesar 0,0004, nilai probability ini lebih kecil dari level signifikan α = 0,05, maka H0 untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah Random Effect

4.2.3.1.2. Uji Hausman

Tabel 4.7 Uji Hausman Model Pembentukkan Book Tax gap Test Summary Chi Sq Statistic Chi-sq d.f Prob Cross-Section Random 271.697121 1 0.0000 Sumber : Olahan Data SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan hasil uji Hausman dengan menggunakan SPSS Versi 21 Didapat probability sebesar 0.000. Nilai probability lebih kecil dari pada level signifikan α = 0,05, maka Ho untuk model ini ditolak dan H1 diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah random effect

4.2.3.2. Model Hubungan book tax gap dan Persistensi Laba

4.2.3.2.1. Uji Chow

Tabel 4.8 Uji Chow Model Hubungan book tax gap dan Persistensi Laba Effect Test Statistic d.f Prob. Cross-Section F 26.501256

46.89 0.0000

Sumber : Data Olahan SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan Tabel 4.8 hasil uji chow test dengan menggunakan SPSS Versi 21 diperoleh nilai probability sebesar 0,000, nilai probability ini lebih kecil dari level signifikan α = 0,05, maka H0 untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah fixed effect model FEM.

4.2.3.2.2. Uji Hausman

Tabel 4.9 Uji Hausman Model II Test Summary Chi Sq Statistic Chi-sq d.f Prob Cross-Section Random 282.924554 5 0.0000 Sumber : Olahan Data SPSS Versi 21 2015 Berdasarkan hasil uji Hausman dengan menggunakan SPSS Versi 21, didapat probability sebesar 0.000. Nilai probability lebih kecil dari pada level signifikan α = 0,05, maka Ho untuk model ini ditolak dan Ha diterima, sehingga estimasi yang lebih baik digunakan dalam model ini adalah fixed effect model FEM.

4.2.4. Model Regresi Data Panel

Penelitian ini dapat ditentukan pengaruh laba akuntansi sebelum pajak saat ini dengan laba akuntansi sebelum pajak periode yang akan datang, berdasarkan estimasi regresi panel dengan pendekatan fixed effect model FEM dan random effect.

4.2.4.1. Model Pembentuk Book Tax Gap

Tabel 4.10 Hasil Estimasi Regresi Panel Model Pembentuk Book Tax Gap PBTI t+1 = γ0 + γ1 PTBI t + U t+1 Variabel Coeeficient Std Eror t-Statistic Prob C 0.047491 0.010471 4.535309 0.0000 PTBI -1 0.762246 0.051925 14.67969 0.0000 R-Squared 0.607891 Mean dependent Var 0.163143 Adjusted R Squared 0.605070 S.D dependent Var 0.130337 S.E of regression 0.0819808 Akaike info creation -2.152345 Sum squared 0.932551 Schwarz criterion -2.110519 Log likelihood 153.7403 Hannan-Quinn criter. -2.135348 F-statistic 215.4934 Durbin-Watson stat 1.747294 ProbF-statistic 0.000000 Sumber : Data Olahan Penelitian menggunakan SPSS Versi 21 2015 Dari pengolahan data statistik di atas, diperoleh persamaan regresi data panel sebagai berikut: PTBI t+1 = 0.047491 + 0.762246PTBIt + e Karena model yang digunakan pada penelitian menggunakan random effect, maka pengujian asumsi klasik tidak diperlukan lagi. Nilai konstansta yang diperoleh sebesar 0.047491. Hal ini berarti apabila variabel-variabel independen tidak ada, maka besarnya relevansi nilai yang terjadi adalah sebesar 0.047491. Nilai coefficient regresi variable PTBI γ1 0.762246 0 yang menunjukkan bahwa laba akuntansi sebelum pajak periode sekarang persisten untuk laba akuntansi periode mendatang. Jika PTBIt naik sebesar satu satuan, maka PTBIt+1 akan naik sebesar0.762246 dengan asumsi cateris paribus.

4.2.4.2. Model Hubungan Book Tax Gap dan Persistensi Laba

Penelitian model ini merupakan pengembangan dari model pertama, mengestimasi persistensi laba dengan memasukkan tingkatan book tax difference, untuk pengujian perusahaan dengan large positive negative book tax difference terhadap persistensi laba, berdasarkan estimasi regresi panel dengan pendekatan fixed effect model FEM. Tabel 4.11. Hasil Estimasi Regresi Panel Model Book Tax Gap dan Persistensi Laba Variabel Coeeficient Std Eror t-Statistic Prob C 0.172897 0.005776 29.93524 0.0000 PTBI -1 -0.070209 0.036276 -1.935398 0.0561 LP-1 0.019902 0.004712 4.223944 0.0001 LN-1 0.021918 0.004802 4.564737 0.0000 PTBI-1LP-1 -0.105487 0.034658 -3.043624 0.0031 PTBI-1LN-1 -0.199026 0.028151 -7.069876 0.0000 R-Squared 0.607891 Mean dependent Var 0.163143 Adjusted R Squared 0.605070 S.D dependent Var 0.130337 S.E of regression 0.0819808 Akaike info creation -2.152345 F-statistic 215.4934 Durbin-Watson stat 1.747294 ProbF-statistic 0.000000 Sumber : Data Olahan menggunakan SPSS Versi 21 2015 Dari pengolahan data statistik di atas, maka diperoleh persamaan regresi data panel sebagai berikut PTBI t+1 = 0.172897 + 0.019902 LPBTDt + 0.021918 LNBTDt - 0.070209 PTBIt – 0.105487 PTBIt LPBTDt – 0.199026 PTBIt LNBTDt+ ε t+ 1 Nilai konstansta yang diperoleh sebesar 0.172897. Hal ini berarti apabila tidak ada variabel-variabel independen LPBTDt, LNBTDt, PTBIt, PTBItLPBTDt, PTBItLNBTDt atau bernilai 0, maka laba masa depan adalah sebesar 0.172897. Nilai koefisien regresi variable LPBTD sebesar 0.019902 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LPBTD akan diikuti oleh kenaikan laba masa depan sebesa 0.019902, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi variabel LNBTD sebesar 0.021918 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LPBTD akan diikuti oleh kenaikan laba masa depan sebesar 0.021918, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi variabel PTBIt sebesar -0.070209 menunjukkan bahwa setiap kenaikan PTBIt akan diikuti oleh penurunan laba masa depan sebesar - 0.070209, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi variabel PTBItLPBTDt sebesar -0.105487 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LPBTDt akan diikuti oleh penurunan laba masa depan sebesar -0.105487, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi variabel PTBItLNBTDt sebesar -0.199026 menunjukkan bahwa setiap kenaikan LNBTDt akan diikuti oleh penurunan laba masa depan sebesar -0.105487, dengan asumsi variable lain tetap. Nilai koefisien regresi sebesar 0.021918. Hal ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan akan meningkatkan relevansi nilai sebesar 0.021918.

4.2.5. Uji Asumsi Klasik

4.2.5.1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu residual memiliki distribusi normal. Menurut Ghozali 2005 : 110 “dapat diketahui bahwa uji t dan uji F dengan mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal”. Salah satu uji statistik yang digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik non – parametrik Kolmogorov – Smirnov K-S. uji K-S dilakukan dalam membuat hipotesis : H : Data residual berdistribusi normal H a : Data residual tidak berdistribusi normal Pengambilan keputusannya adalah : Signifikan K- S α maka terima H : Residual normal Signifikan K- S α maka terima H a : Residual tidak normal a. Pendekatan histogram Salah satu cara untuk melihat normalitas adalah dengan melihat kurva normal. Kurva normal adalah kurva yang memiliki ciri khusus dimana mean, mode, dan mediannya berada ditempat yang sama. Maka jika terjadi kemencengan pada kurva skewness maka data tidak berdistribusi normal Sumber : Data Olahan Menggunakan SPSS Versi 21 2015 Gambar 4.1. Histogram Uji Normalitas Histogram Dependent Variabel : Persistensi Laba Fr e que nc y Regression Standardized Residual Mean = 1.54E-4 Std.Dev = 1 1 . . 7 7 5 5 7 7 9 9 3 3 4 4 4 4 5 5 Observed Cum Prob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 E xpect ed C um P rob 1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0 Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Dependent Variable: Minat Beli Konsumen Persistensi Laba Berdasarkan Gambar 4.1 grafik histogram terlihat bahwa data variabel berdistribusi normal. Hal ini ditunjukkan oleh gambar histogram yang membentuk lonceng yang tidak melenceng baik ke kiri maupun ke kanan.

b. Pendekatan Grafik

Cara untuk melihat normalitas adalah dengan melakukan pendekatan grafik. Pendekatan ini dengan melihat titik-titik di sepanjang garis diagonal Sumber : Data diolah Menggunakan SPSS Versi 21 2015 Gambar 4.2. Graffik Uji Normalitas Berdasarkan Gambar 4.2 diatas dapat dilihat bahwa distribusi dari titik-titik data pengaruh book tax gap terhadapa persistensi laba menyebar disekitar garis diagonal, dimana dapat disimpulkan bahwa data yang disajikan bersifat normal. Maka model regresi layak dipakai untuk memprediksi persistensi laba perbankan di Indonesia berdasarkan Independent Variable.

c. Pendekatan Residual Data Tabel 4.12

Hasil Uji Normalitas Model Penelitian Jarque Bera Prob. Model Pembentukkan book tax gap 34.17618 0.0000 Model hubungan book tax gap dengan persistensi laba 10.06165 0.0065 Sumber : Data diolah menggunakna SPSS Versi 21 2015 Dari Tabel 4.12 di atas dapat dilihat bahwa residual data belum terdistribusi dengan normal dimana nilai Jarque-Bera model model pembentukkan book tax gap 34,17618 2 dan nilai Jarque-Bera model hubungan book tax gap dengan persistensi laba 10,06165 2, sedangkan nilai probabilitas model pembentukkan redi ct ed 2 Scatterplot Dependent Variable: Minat Beli Konsumen Persistensi Laba book tax gap yaitu 0.0000 0.05 dan nilai probabilitas model hubungan book tax gap dengan persistensi laba yaitu 0.0065 0.05 sehingga dianggap belum layak untuk dilakukan uji regresi berganda. Menurut Imam 75:2012 maka dilakukan regresi persamaan semilog yaitu variabel dependen dalam bentuk logaritma dan variabel independen biasa atau sebaliknya. Hasil yang diperoleh adalah residual sudah berdistribusi normal .

4.2.6. Uji Heterokedasitas

Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Menurut Ghozali 2005 : 105 jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut Homokedastisitas dan jika berbeda disebut Heteroskedastisitas. a. Pendekatan Grafik Mendeteksi apakah ada atau tidak gejala Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menganalisa penyebaran titik-titik yang terdapat pada scatterplot yang dihasilkan program SPSS Versi 16 dengan dasar pengambilan keputusan, yaitu : 1. Jika diagram pancar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur maka regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. 2. Jika diagram pancar tidak membentuk pola atau dengan acak maka regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. Sumber : Data diolah menggunakan SPSS Versi 21 2015 Gambar 4.3. Scaterplot Uji Heterokedasitas Berdasarkan Gambar 4.3 terlihat titik-titik secara acak atau tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi ini layak dipakai untuk prediksi anggaran berdasarkan masukan Independent Variable. b. Uji Glejser Pendekatan grafik yaitu melihat sebaran titik scatterplot memiliki kelemahan dimana jika jumlah pengamatan sedikit maka akan sulit menginterprettasikan hasil grafik plot. Untuk itu dilakukan uji Glejser. Tabel 4.13 Uji Glejser Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Eror Beta 1 Constant -.770 .982 -.784 .436 Perubahan Pendapatan .943 .023 .976 40.974 .000 Nilai aktiva tetap .035 .019 .043 1.827 .073 Ukuran Perusahaan .012 .012 0.12 1.8007 .065 Large Positive Book Tax Gap .010 .010 .010 1.8000 .060 Large Negative Book Tax Gap .009 .003 .008 1.0010 0.43 a Dependent Variable:Persistensi Laba Sumber : Output SPSS Versi 212015 Tabel 4.13 menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen persistensi laba. Dapat dilihat pada kolom Sig. yang merupakan probabilitas signifikansi variabel, dimana probabilitas signifikansi variabel independen berada diatas tingkat kepercayaan 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi ini tidak terindikasi heteroskedastisitas

4.2.7. Uji Multikolinearitas

Dokumen yang terkait

The impact of macroeconomic variables toward credit default swap spreads in Asia and Europe

0 5 140

ANALISIS ESTIMASI MODEL REGRESI DATA PANEL DENGAN PENDEKATAN COMMON EFFECT MODEL (CEM), FIXED EFFECT MODEL (FEM), DAN RANDOM EFFECT MODEL (REM)

5 34 106

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP PERSISTENSI LABA Pengaruh Book-Tax Differences Dan Tingkat Hutang Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012).

0 3 16

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES DAN TINGKAT HUTANG TERHADAP PERSISTENSI LABA Pengaruh Book-Tax Differences Dan Tingkat Hutang Terhadap Persistensi Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2012).

0 2 18

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 2 14

PENGARUH BOOK-TAX DIFFERENCES TERHADAP PERSISTENSI LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR Pengaruh Book-Tax Differences Terhadap Persistensi Laba Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia.

0 3 14

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BOOK TAX GAP DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERSISTENSI LABA

0 1 17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Perbedaan Laporan Keuangan Akuntansi (Komersial) dengan Laporan Keuangan Fiskal - Pengaruh Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba Perbankan Di Indonesia Dengan Model Fixed Effect Dan Random Effect

0 0 23

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu yang menarik saat ini di Indonesia adalah book tax gap yaitu - Pengaruh Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba Perbankan Di Indonesia Dengan Model Fixed Effect Dan Random Effect

0 0 10

Pengaruh Book Tax Gap Terhadap Persistensi Laba Perbankan Di Indonesia Dengan Model Fixed Effect Dan Random Effect

0 1 11