Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, pemanfaatan teknologi informasi menjadi sangat penting keberadaannya dalam organisasi bisnis karena berkaitan dengan ketepatan waktu dan kebenaran penyediaan informasi yang dibutuhkan pemakai. Perkembangan teknologi informasi tersebut perlu didukung oleh banyak faktor yang diharapkan dapat memberikan kesuksesan dari pemanfaatan teknologi informasi itu sendiri yang tercermin melalui kepuasan para penggunanya. Teknologi informasi tidak hanya sebagai alat bantu dalam pengolahan data, namun juga digunakan untuk mengetahui lebih cepat jika timbul permasalahan dalam organisasi dan memfokuskan pada unsur tertentu guna mengambil tindakan dan keputusan secara cepat dan cermat. Pemanfaatan teknologi informasi adalah salah satu cara agar organisasi bisnis dapat memberikan keunggulan kompetitif dan mampu bersaing dengan para kompetitornya. Rockart 1995 dalam Jurnaili 2005 menyatakan bahwa teknologi informasi merupakan sumber daya keempat setelah sumber daya manusia, sumber daya uang, dan sumber daya mesin yang digunakan untuk membentuk dan mengoperasikan perusahaan. Teknologi informasi adalah faktor yang sangat mendukung dalam penerapan sistem informasi dan merupakan suatu solusi organisasi dan manajemen untuk memecahkan permasalahan manajemen dan akuntansi yang 2 timbul dalam praktiknya. Teknologi informasi sebuah organisasi terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, perangkat telekomunikasi, manajemen basis data, dan teknologi lain yang digunakan untuk menyimpan data dan membuat data tersedia dalam bentuk informasi kepada pembuat keputusan. Teknologi informasi saat ini memainkan peranan penting dalam mendukung keputusan oleh manajemen. Hal ini mendorong adanya suatu kebutuhan penting untuk melakukan evaluasi secara objektif tentang keberhasilan atau kegagalan sistem yang bermanfaat dalam proses pengambilan keputusan. Evaluasi yang dilakukan tersebut akan berguna dalam membantu tercapainya keberhasilan atas pengembangan teknologi informasi. Dalam bidang akuntansi, perkembangan teknologi informasi memiliki dampak yang sangat signifikan, terutama terhadap sistem informasi akuntansi dalam suatu organisasi bisnis. Dampak nyata yang dirasakan adalah pemrosesan data yang mengalami perubahan dari sistem manual menjadi sistem komputerisasi. Hal ini juga dialami oleh para akuntan, yang berprofesi sebagai pengelola keuangan yang dituntut untuk melakukan pengendalian dan pemantauan terhadap efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan. Sistem informasi akuntansi berbasis komputer dirancang untuk mengubah data akuntansi menjadi informasi. Atau merupakan sebuah serangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan dan diproses menjadi informasi, dan didistribusikan kepada para pemakai. Informasi adalah salah satu sumber daya bisnis yang vital untuk kelangsungan dan komunitas hidup perusahaan. Dalam dunia bisnis, informasi dapat berasal dari intern maupun 3 ekstern perusahaan. Setiap saat informasi diperlukan baik oleh manajemen maupun pengguna lainnya dalam rangka untuk pengambilan keputusan. Perkembangan dalam mengolah informasi akuntansi ini juga pada akhirnya berdampak pada jasa yang diberikan oleh seorang auditor internal. Dulu, auditor tidak harus ahli dalam bidang komputer untuk keperluan auditnya. Namun sekarang dengan kemajuan teknologi, seorang auditor tidak hanya harus ahli dalam bidangnya tetapi juga harus memiliki kemampuan tertentu di bidang komputer. Auditor internal dalam suatu perusahaan berperan penting dalam memeriksa sistem informasi akuntansi yang ada di dalam suatu perusahaan apakah sistem informasi tersebut sudah dijalankan sesuai kebijakan perusahaan atau malah melenceng dari kebijakan perusahaan. Dalam melaksanakan tugasnya, auditor internal berperan sebaik mungkin melaksanakan tugas utamanya, yaitu melakukan penilaian dan evaluasi terhadap sistem dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Maraknya kasus yang terjadi akibat lemahnya pengendalian internal menjadi tamparan bagi para auditor internal untuk kembali menunjukkan eksistensinya di mata publik. Seperti yang belum lama ini terjadi pada kasus Bank Mega terkait pembobolan dana PT Elnusa Tbk dan Pemkab Batubara Sumatera Utara di kantor cabang pembantu KCP Bank Mega Bekasi Jababeka. Dari hasil pemeriksaan ditemukan adanya pelanggaran ketentuan interen bank serta kelemahan pada penerapan manajemen risiko yang 4 tercermin dari kelemahan sistem dan prosedur Standard Operating ProcedureSOP dan pengendalian intern. Beberapa sanksi pun dijatuhkan kepada pihak Bank Mega diantaranya, yaitu menghentikan penambahan nasabah Deposit on Call DoC baru dan perpanjangan DoC lama, termasuk untuk produk sejenis seperti Negotiable Certificate of Deposit NCD selama 1 satu tahun serta menghentikan pembukaan jaringan kantor baru selama 1 satu tahun. Sebagai pemecahan solusi Bank Indonesia akhirnya mengintruksikan kepada Bank Mega untuk mereview seluruh kebijakan dan prosedur, khususnya aktivitas pendanaan funding termasuk penetapan target, limit dan kewenangan untuk kantor cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas dan individu, baik nominal maupun suku bunga, pengaturan wilayah kerja kantor serta mekanisme inisiasi nasabah baru. Selain itu juga memperbaiki fungsi internal control dan risk management, termasuk kecukupan jumlah auditor di setiap kantor, proses check and balance baik melalui tahapan kewenangan maupun sistem, fungsi pengawasan kantor pusat terhadap kantor-kantor dibawahnya dan prinsip know your employee. Bersamaan dengan semakin kompleksnya komputer karena perkembangan kapasitas multiprogramming yang canggih, disertai dengan hubungan-hubungan telekomunikasi dan variasi yang luas mengenai peralatan input dan output yang baru, peranan auditor bertambah dengan dimensi lain, untuk memenuhi tanggungjawab profesionalnya, auditor sekarang harus dapat melaksanakan berbagai tugas yang begitu luas yang mana sampai dewasa ini 5 belum ada atau belum “dipertimbangkan” dalam ruang lingkup auditor Utomo, 2006 Para auditor harus memahami sistem komputer karena sistem ini memiliki dampak yang besar terhadap cara-cara yan dipergunakan organisasi dalam bisnisnya. Seperti yang disebutkan oleh Utomo 2006 yang menyatakan bahwa sistem yang dikomputerisasi bukanlah semata-mata alat yang baru dipergunakan untuk memroses pekerjaan administrasi. Seringkali, sistem pengendalian internal harus disusun kembali karena karakteristik suatu sistem komputer. Hal ini telah menimbulkan adanya serangkaian kesenjangan pengendalian yang mengakibatkan terbukanya risiko-risiko baru untuk organisasi-organisasi yang menggunakan komputer. Tiga kepentingan utama auditor adalah : 1. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam lingkungan auditor dan dalam sistem pengolahan data jika dipergunakan suatu komputer. 2. Peluang-peluang yang diberikan oleh komputer untuk pelaksanaan tugas-tugas auditing dengan lebih efektif dan efisien. 3. Meningkatnya kemungkinan-kemungkinan untuk pencurian, pemerasan, dan spionase yaitu kejahatan dengan mempergunakan komputer sebagai akibat dari suatu lingkungan yang dikomputerisasi. 4. Pengandalan pengendalian komputer bukti pendukung elektronik dapat diandalkan hanya apabila pengendalian dapat diandalkan. Penelitian yang berkaitan dengan judul penulis telah beberapa kali dilaksanakan. Dalam penelitiannya Mayangsari, 2003 menunjukkan bahwa 6 auditor ahli dan non ahli memang mempunyai perbedaan daalm memberikan suatu pendapat jika mereka tidak mendapat tekanan sosial maupun ekonomis dalam proses pemberian pendapat, perbedaannya menjadi tidak signifikan. Sri Murtini dan Edi Wijayanto 2003 menyebutkan bahwa auditor memberikan pendapatnya berdasarkan investigasi yang dilakukan, oleh karena itu agar pendapat auditor tersebut benar, maka proses investigasi yang dilakukan harus sesuai dengan prosedur audit yang telah ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pendapat auditor yang baik akan tergantung pada prosedur audit yang dilakukan dan juga keahlian auditor. Penelitian-penelitian untuk mengungkap faktor-faktor keahlian audit perlu dilakukan secara berkesinambungan. Hal tersebut karena ada dua alasan pokok dilakukannya penelitian untuk mengidentifikasi faktor-faktor keahlian ini. Pertama, kantor akuntan publik berkepentingan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas proses audit. Dengan demikian kantor akuntan butuh untuk meningkatkan pemahaman para auditornya terhadap faktor-faktor yang penting bagi keahlian sehingga pada akhirnya akan berguna dalam merancang keputusan yang akan diambilnya, mengembangkan program pelatihan, menetapkan pedoman tarif jasa audit, dan menerapkan prosedur untuk evaluasi. Alasan kedua adalah meningkatkan kualitas audit, Sri Murtini dan Edi Wijayanto 2003. Penelitian yang dilakukan oleh Abdolmohammadi dan Shanteau 1992 dalam Sri Murtini dan Edi Wijayanto 2003 mengungkapkan beberapa atribut personal keahlian auditor, mereka mengevaluasi 20 atribut yang dirasa 7 penting bagi keahlian auditor. Hasil penelitian ini mempunyai tiga implikasi, pertama profesional dapat mengidentifikasikan seperangkat atribut yang dihubungkan dengan keahlian mereka. Kedua, terdapat beberapa perbedaan persepsi antara ketiga subyek. Ketiga, hasil penelitian mempunyai implikasi guna mendefinisikan dan mengukur keahlian, untuk mengembangkan sistem keahlian dan untuk menetapkan prosedur pelatihan, evaluasi, dan promosi. Penelitian yang dilakukan oleh Murtanto dan Gudono 1999 memperlihatkan bahwa pengalaman dan pengetahuan masih merupakan karakteritik yang penting bagi keahlian auditor, namun untuk meningkatkan kualitas profesi auditor juga perlu memperhatikan karakteristik lain yang terungkap melalui penelitian ini. Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih Christ,1993. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka yang tidak mempunyai pengetahuan yang cukup dalam tugasnya. Boner dan Walker 1994 dalam Herliansyah 2006, mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus. Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh ijin menjadi akuntan publik UU No.5 Tahun 2011 . 8 Dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai seorang profesional, auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan tersebut berupa kegiatan-kegiatan, seperti seminar, simposium, lokakarya pelatihan itu sendiri dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Melalui program pelatihan para auditor juga mengalami proses sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan ditemui Putri dan Bandi, 2002. Pengetahuan auditor yang berkenaan dengan bukti relevan dan tidak relevan mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun dengan bertambahnya pengalaman auditor itu sendiri. Keberadaan informasi yang tidak relevan terhadap sasaran mengurangi kesamaan antara sasaran dan keadaan hipotesis yang disarankan oleh informasi yang relevan. Dengan demikian maka kompleksitas tugas yang dihadapi oleh seorang auditor akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung oleh Abdolmohammadi dan Wright 1987 yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman. Sri Murtini dan Edi Wijayanto 2003 menyatakan bahwa pengalaman dan pengetahuan merupakan dua faktor yang berpengaruh terhadap keahlian auditor. Beberapa penelitian menggunakan lamanya pengalaman audit sebagai pengukur keahlian seorang auditor Hamilton dan Wright, 1982. Pendapat itu dibantah oleh peneliti-peneliti lain dengan memberikan bukti empiris bahwa lam pengalaman bukanlah suatu pengukur yang sempurna. Ada pengukur lain yang harus dipertimbangkan ketika menggunakan factor keahlian auditor, 9 yaitu pengetahuan. Perbedaan timbul karena beberapa penelitian mempertimbangkan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melakukan tugas- tugas eksperimental ketika pengetahuan tersebut dibutuhkan dan cara penggunaan pengetahuan tersebut untuk menyelesaikan tugas. Berdasarkan uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian ini karena yang pertama, masih buruknya pengendalian internal dan manajemen risiko seperti kasus yang terjadi pada Bank Mega yang disebabkan karena auditor internal tidak berperan aktif dalam proses audit sehingga sistem pengendalian internal tidak berjalan dengan baik dan buruknya pemanfaatan teknologi informasi. Hal tersebut tidak sesuai dengan peran auditor internal yang sesungguhnya, yaitu memberikan informasi untuk manajemen tentang pelaksanaan sistem pengendalian internal, serta memiliki tujuan membantu fungsi pengawasan terhadap sistem pengendalian internal dan menghasilkan laporan hasil audit yang berkualitas. Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat diketahui bahwa kualitas hasil audit sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor dari lingkungan maupun faktor dari dalam diri seseorang. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian yang berjudul ”Analisis Pengaruh Pengalaman, Keahlian, dan Pemanfaatan Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Hasil Audit Internal Studi Empiris Pada Auditor Internal di Jakarta.” Terdapat perbedaan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Sukriah 2009, penelitian Lubis 2009, dan penelitian 10 Winidyaningrum 2010. Dimana perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah: 1. Perbedaan dalam hal objek penelitian. Pada penelitian ini objek yang diteliti adalah auditor internal yang mengikuti pelatihan di Yayasan Pendidikan Internal Auditor, sedangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian Sukriah 2009, objek yang diteliti adalah Inspektorat se-pulau Lombok. Pada penelitian Lubis 2009, objek yang diteliti adalah Inspektorat Provinsi Sumatera Utara. Pada penelitian Winidyaningrum 2010, objek yang diteliti adalah Pemerintah Daerah Subosukawonosraten. 2. Perbedaan yang kedua adalah dalam hal periode penelitian. Penelitian ini menggunakan data pada tahun 2011, sedangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu pada penelitian Sukriah, data yang digunakan yaitu data dari tahun 2009. Pada penelitian Lubis, data yang digunakan yaitu data dari tahun 2009. Pada penelitian Winidyaningrum, data yang digunakan yaitu data dari tahun 2010. 3. Perbedaan yang ketiga dalam hal variabel penelitian. Variabel Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengalaman, keahlian, dan pemanfaatan teknologi informasi, sedangkan pada penelitian sebelumnya, yaitu penelitian Sukriah 2009 tidak memasukan variabel keahlian dan pemanfaatan teknologi informasi. Pada penelitian Lubis 2009 tidak memasukan variabel pengalaman, tetapi menggunakan variable kecermatan dan kepatuhan pada kode 11 etik. Pada penelitian Winidyaningrum 2010 tidak memasukan variabel pengalaman dan keahlian auditor.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh akuntabilitas, pengetahuan audit dan gender terhadap kualitas hasil kerja auditor internal : studi empiris pada Inspektorat Wilayah Provinsi DKI Jakarta

7 95 142

Kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan (fraud Auditing) : studi empiris pada auditor internal dan eksternal di jakarta dan bandung

1 10 90

PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 4 13

KUALITAS AUDIT INTERNAL, PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS PENGARUH PENGALAMAN DAN AKUNTABILITAS TERHADAP KUALITAS AUDIT INTERNAL INSPEKTORAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

0 3 36

PENGARUH FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP INDEPENDENSI DAN KUALITAS AUDIT AUDITOR Pengaruh Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Independensi Dan Kualitas Audit Auditor (Studi Empiris Pada KAP di Surakarta dan Yogyakarta).

1 3 15

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Internal Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada D

0 2 15

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Internal Terhadap Keterandalan Pelaporan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada D

0 2 15

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Internal Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada

0 3 14

PENGARUH SUMBER DAYA MANUSIA, PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN PENGENDALIAN INTERNAL TERHADAP Pengaruh Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi Dan Pengendalian Internal Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan Daerah (Studi Empiris Pada

0 3 15

PENGARUH DUKUNGAN MANAJEMEN SENIOR, KUALITAS AUDIT INTERNAL DAN PENGALAMAN AUDITOR INTERNAL TERHADAP EFEKTIVITAS AUDIT INTERNAL DENGAN KEBERANIAN MORAL SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perbankan di Kota Lubuklinggau Provinsi Sumatera Selatan)

0 3 30