Kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan (fraud Auditing) : studi empiris pada auditor internal dan eksternal di jakarta dan bandung

(1)

KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN

KECURANGAN (FRAUD AUDITING)

(Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung)

Disusun Oleh : ERNAWATI 106082002595

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING)

(Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh: Ernawati NIM: 106082002595

Dibawah bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. NIP. 19490602 197803 1001 NIP. 19720516 200901 1006

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

Hari ini Jum’at Tanggal 12 Bulan Maret Tahun 2010 telah dilakukan Ujian komprehensif atas nama Ernawati NIM: 106082002595 dengan judul Skripsi KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 12 Maret 2010

Tim Penguji Ujian Komprehensif

Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si.

Ketua Sekretaris

Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli


(4)

Hari ini Jum’at Tanggal 14 Bulan Mei Tahun 2010 telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Ernawati NIM: 106082002595 dengan judul Skripsi KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung). Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 02 Juni 2010

Tim Penguji Ujian Skripsi

Dr. Yahya Hamja, MM Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. Azzam Jassin, MBA Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. Penguji Ahli I Penguji Ahli II


(5)

LAM PI RAN

1


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Ernawati

Tempat & Tanggal Lahir : Banjarsari, 25 November 1985 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Kompleks. Griya Prima Asri (GPA)

Jl. Elang 1 C-4 No. 10 Bale Endah Bandung Telephone : 08588 277 9475

Email : erna_aizha@yahoo.co.id

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Anak ke… dari… : Anak pertama dari 3 bersaudara

DATA KELUARGA

Nama Ayah : Sukanto

Pekerjaan : Wiraswasta Nama Ibu : Ade Euis

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Suami : Riki Fadlillah Pekerjaan : Wiraswasta


(7)

PENDIDIKAN

ƒ SD Negeri 1 Bojong Juruh 1992 - 1998 ƒ SLTP Negeri 2 Banjarsari 1998 - 2001

ƒ SMKN 1 Serang 2001 - 2004

ƒ Strata 1 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi 2005 - 2010

PENGALAMAN ORGANISASI

ƒ Staff departemen Ekonomi Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia

(KAMMI) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2008 – 2009)

ƒ Staff divisi Kemahasiswaan BEM Jurusan Akuntansi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 – 2008)

ƒ Dewan Perwakilan Mahasiswa Universitas (DPMU)/Kongres Mahasiswa

Universitas (KMU) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2007 – 2008)

ƒ Staff divisi Litbang BEM Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (2006 – 2007) ƒ Sekretaris Pramuka SMK Negeri 1 Serang (2003 – 2005)


(8)

CONTRIBUTION INTERNAL CONTROL AND AUDITOR SKILL OF FRAUD AUDITING

(Empirical Study at internal auditor and eksternal auditor in Jakarta and Bandung)

By: Ernawati

ABSTRACT

This research purpose to analyze contribution of internal control and auditor skill in fraud auditing. The research used purposive sampling method to collect samples. The method of analyzing data used regression. It was obtained with spreading of questionnaire to 32 internal auditor and eksternal auditor. The independent variables used in research were internal control (X1), auditor skill (X2), and fraud auditing as a dependent variable.

The result of this analysis that internal control and auditor skill simultaneously contribution had significantly effect to fraud auditing with significant level 0,000 from the result F test. Partially, internal control contribution significantly effect to fraud auditing based on the t test, with significant level is 0,000 < 0,050 but auditor skill not contribution to fraud auditing with significant level is 0,941 > 0,050.


(9)

KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL

DAN KEAHLIAN AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN

(Study Empiris Pada Auditor Internal dan Auditor Eksternal di Jakarta dan Bandung)

Oleh: Ernawati

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan. Pengumpulan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling. Metode analisis menggunakan regresi, data diambil dengan cara menyebarkan kuesioner kepada 32 orang auditor internal dan auditor eksternal. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen, yaitu pengendalian internal (X1), keahlian auditor (X2), dan variabel dependen yaitu pemeriksaan kecurangan (Y).

Hasil analisis menunjukan bahwa pengendalian internal dan keahlian auditor secara simultan berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 dari hasil uji F. Secara parsial berdasarkan hasil uji t menunjukan bahwa pengendalian internal berkontribusi secara signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,050 tetapi keaahlian auditor tidak berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan dengan tingkat signifikansi 0,000 > 0,050.


(10)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang

berjudul KONTRIBUSI PENGENDALIAN INTERNAL DAN KEAHLIAN

AUDITOR TERHADAP PEMERIKSAAN KECURANGAN (FRAUD AUDITING) (Studi Empiris Pada Auditor Internal dan Eksternal di Jakarta dan Bandung).

Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa syukur pada Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Kedua orang tuaku tersayang, Bapak Sukanto dan Mamah Ade Euis serta Nenekku Ma’ Ami, terimakasih atas segala dukungan, bantuan, semangat dan do’anya yang tiada henti-hentinya kepada penulis. Ayu dan Agus adikku terimakasih atas semua bantuannya, teteh berharap kalian jadi anak yang bisa membanggakan orangtua dan berbakti pada keduanya

2. Suamiku tercinta, Riki Fadlillah terimakasih atas semua dukungan, bantuan, dan doa’nya, buah hatiku M. Faris Faqihuddin yang lucu dan menggemaskan serta mertuaku dan seluruh keluarga terimakasih atas do’anya.

3. Bapak Dr. Yahya Hamja, MM selaku dosen Pembimbing Skripsi I terimakasih telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.

4. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM. selaku dosen Pembimbing Skripsi II terimakasih telah bersedia meluangkan waktu, memberikan pengarahan dan bimbingannya dalam penulisan skripsi ini.


(11)

5. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakulltas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Bapak Afif Sulfa, SE., Ak., M.Si. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Ibu Yessi Fitri, SE., Ak., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Seluruh staff pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam hal administrasi.

9. Sahabat-sahabatku Asri, Kaka Rika, Zakia, Oti, Tiur, dan Putri, terimakasih atas bantuan, motivasi dan semangat yang ditularkan.

10.Sahabat-sahabatku di Akuntansi D 2005 khususnya Ichie, Via, Adzilah, Puput, Uwi, Rochmah, Rahmah, Ida, dan Sari

11.Teman-teman Auditing D dan semua anak jurusan akuntansi angkatan 2005

12.Teman-teman di kosan Angrek Al-Barqah I (Fuah, Siti, Iyan, Herin dan Te’Uci) terimakasih atas bantuannya serta jadi tempat istirahat saat penulis harus bolak-balik Jakarta-Bandung, terimakasih atas kenangan dan keceriaan yang telah diciptakan.

13.Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu yang turut memberikan semangat dan bantuan sehingga skripsi ini dapat selesai. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis membuka hati untuk menerima saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi semua pihak.

Jakarta, 2010


(12)

DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Skripsi ... i

Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ... ii

Lembar penggesahan Ujian Skripsi ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Abstract ... vi

Abstrak ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xiii

Daftar Gambar ... xv

Daftar Lampiran ... xvi

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kerangka Teoritis ... 7

1. Pengendalian Internal... 7

2. Keahlian Auditor... 10


(13)

B. Model Penelitian ... 33

C. Perumusan Hipotesis... 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 35

A. Ruang Lingkup Penelitian... 35

B. Metode Penentuan Sampel ... 35

C. Metode Pengumpulan Data ... 36

D. Metode Analisis ... 37

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukurannya ... 43

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

2. Karakteristik Responden ... 49

B. Analisis Deskriptif Kuantitatif ... 51

1. Uji Validitas ... 51

2. Uji Reliabilitas... 54

C. Analisis dan Pembahasan... 57

1. Uji Asumsi Klasik ... 57

a. Uji Multikolinieritas ... 57

b. Uji Heterokedastisitas ... 58


(14)

2. Uji Hipotesis ... 60

a. Uji Koefisien dan Determinasi ... 60

b. Uji F ... 61

c. Uji t ... 62

BAB V PENUTUP... 65

A. Kesimpulan ... 65

B. Implikasi ... 66

C. Saran dan Keterbatasan ... 67

Daftar Pustaka ... 68 Lampiran-Lampiran


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Hal

2.1 Auditing vs. Fraud Examination/Fraud... 26

3.1 Audit Operasional Variabel Penelitian ... 45

4.1 Deskripsi Penyebaran Kuesioner yang diterima dan Dapat Diolah ... 47

4.2 Sample dan Tingkat Pengembalian ... 48

4.3 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 49

4.4 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 49

4.5 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Jabatan ... 50

4.6 Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 51

4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Internal ... 52

4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor ... 53

4.9 Hasil Uji Validitas Variabel Pemeriksaan Kecurangan ... 54

4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengendalian Internal ... 55

4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Auditor ... 55

4.12 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pemeriksaan Kecurangan . 56 4.13 Hasil Uji Multikolinieritas ... 57


(16)

4.14 Hasil Uji koefisien Determinasi Untuk Hipotesis... 60 4.15 Hasil Uji F Untuk Hipotesis... 61 4.16 Hasil Uji t Untuk Hipotesis ... 62


(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Keterangan Hal

2.1 Fraud Triangle ... 24

2.2 Kerangka Pemikiran... 33

4.1 Hasil Uji Heterokedastisitas... 58


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 2 Surat Keterangan Telah Melakukan Riset dari BPKP Lampiran 3 Kuesioner Penelitian

Lampiran 4 Daftar Jawaban Responden Lampiran 5 Hasil Uji SPSS


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Praktik-praktik dalam dunia bisnis seringkali sudah menyimpang jauh dari aktivitas bisnis yang sebenarnya, Hal ini disebabkan karena tujuan bisnis adalah untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal, sehingga untuk mendapatkan keuntungan tersebut karyawan atau manajemen melakukan berbagai kecurangan tanpa memperhatikan aspek-aspek lainnya. Profesi akuntan menghadapi tantangan besar yang tidak kalah sulitnya, yaitu kecurangan akuntansi, kecurangan yang terjadi di dunia bisnis berupa kecurangan melalui pemalsuan, pencurian, tidak membayar, memalsukan form, pemalsuan laporan keuangan dan lainnya.

Salah satu kecurangan terbesar yang terjadi di dunia adalah kasus Enron pada tahun 2001. Enron adalah perusahaan peringkat ketujuh Fortune 500 dengan asset US $65,5 milyar yang hancur dalam waktu singkat dan merupakan sebuah kebangkrutan terbesar yang pernah terjadi pada sejarah perekonomian Amerika Serikat. Kasus ini melibatkan salah satu dari kantor akuntan terkenal The Big Five, Arthur Andersen & Co. auditor yang bertugas untuk mengaudit perusahaan tersebut merupakan auditor internal perusahaan yang bersangkutan. Ini merupakan salah satu penyimpangan etika profesi yang menyangkut integritas, objektivitas dan independensi akuntan publik. Selain kasus Enron ada beberapa perusahaan juga yang terkait kasus profesionalisme


(20)

etika auditor seperti WorldCom (2001), Kimia Farma (2002), Telkom (2002), dan Lippo (2003).

Sehubungan dengan semakin banyaknya kecurangan yang terjadi belakangan ini. Kini muncul suatu disiplin ilmu yang relatif masih baru dalam bidang auditing, yaitu pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Dengan meningkatnya perhatian masyarakat terhadap white collar crime dan kecurangan-kecurangan lainnya, maka terjadi perkembangan yang pesat pada

fraud auditing. Perkembangan yang mengarah pada kecurangan akuntansi ini harus dapat dicegah dengan adanya pengendalian internal dan dilakukan pemeriksaan intern secara berkala. Selain berdampak pada perkembangan standar akuntansi dan peraturan-peraturan baru tentang kecurangan akuntansi, peningkatan kasus-kasus kecurangan akuntansi juga mempengaruhi profesi-profesi yang secara langsung maupun tidak langsung terlibat dengan kecurangan dalam lingkungan akuntansi, menuntut adanya pengembangan profesi akuntansi dalam hal peningkatan keahlian dan kompetensi profesi akuntansi, penerapan etika profesi akuntan serta peningkatan kebutuhan pendidikan akuntansi yang lebih baik dan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha.

Profesi akuntan merupakan sebuah profesi yang hidup di dalam habitat bisnis, dimana eksistensinya dari waktu kewaktu terus semakin diakui oleh masyarakat bisnis itu sendiri. Peranan akuntan publik sangat dibutuhkan oleh kalangan dunia usaha, maka mendorong para akuntan publik ini untuk


(21)

benar-benar memahami pelaksanaan etika yang berlaku dalam menjalankan profesinya.

Ada empat elemen yang harus dimiliki oleh akuntan, yaitu: (Hery & Merina, 2007)

1. Keahlian dan pemahaman tentang standar akuntansi atau standar penyusunan laporan keuangan.

2. Standar pemeriksaan/auditing 3. Etika profesi, dan

4. Pemahaman terhadap lingkungan bisnis yang di audit.

Berdasarkan keempat elemen tersebut sangatlah jelas bahwa seorang akuntan, persyaratan utama yang harus dimiliki adalah wajib memegang teguh aturan etika profesi yang berlaku. (Hery & Merinna, 2007).

Kepatuhan terhadap kode etik dan kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan, serta Standar Profesional Akuntan Publik menjadi hal yang penting dalam menjaga dan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan dan jasa yang diberikan Kantor Akuntan Publik,

Auditor adalah pihak yang mengontrol dan menjaga kepentingan publik di bidang yang terkait dengan keuangan. Dan bertanggungjawab untuk merencanakan serta melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Pendeteksian atas kecurangan akuntansi dapat dilakukan dengan beberapa cara, antara lain melalui internal auditing dan memanfaatkan forensic accounting. Selain itu, American Institute


(22)

Certified Public Accountants (AICPA) juga telah mengeluarkan standar auditing baru No. 99 tentang kecurangan akuntansi dalam laporan keuangan, untuk membantu auditor menemukan resiko kecurangan. (Yuniarti dan Eti, 2008).

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Darwito (2006), adapun perbedaan dari penelitian sebelumnya yaitu dari segi tempat penelitian, penelitian sebelumnya dilakukan di wilayah kota Malang sedangkan penelitian ini dilakukan di wilayah kota Bandung dan perbedaan dari segi variabel, penelitian sebelumnya ada dua variabel dependen dan satu variabel intervening sedangkan penelitian ini hanya ada satu variabel dependen dan tidak ada variabel intervening.

Berdasarkan kasus-kasus diatas, melihat pentingnya pemeriksaan internal dan keahlian auditor untuk melaksanakan pemeriksaan kecurangan bagi seorang auditor dalam menjalankan tugasnya untuk melakukan pemeriksaan kecurangan, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) dengan judul “Kontribusi Pengendalian Internal dan Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing).”


(23)

B. Perumusan Masalah

Masalah yang akan menjadi perhatian utama dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah pengendalian internal berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)?

2. Apakah keahlian auditor berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)?

3. Apakah pengendalian internal dan keahlian auditor berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kontribusi pengendalian internal terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)

b. Untuk mengetahui kontribusi keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)

c. Untuk mengetahui kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing)


(24)

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

a. Bagi klien/perusahaan (pengguna jasa Auditor), sebagai bahan masukan untuk memberikan tugas fraud audit kepada auditor yang ahli dan kompeten dibidangnya.

b. Bagi auditor, dapat dijadikan masukan dalam meneliti penyebab kecurangan yang dilakukan organisasi, dan agar auditor melengkapi pengetahuannya untuk menjadi auditor yang ahli dan profesional. c. Bagi peneliti selanjutnya, semoga dari kekurangan-kekurangan


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teoritis

1. Pengendalian Internal

Pengendalian internal adalah suatu perencanaan organisasi dan semua metode yang terkoordinasi dan pengukuran-pengukuran yang diterapkan diperusahaan untuk mengamankan aktiva, memeriksa akurasi dan keandalan data aktiva, meningkatkan efisiensi operasional dan mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang ditetapkan. (Sawyer’s, 2009)

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian internal adalah untuk:

a. Menjaga kekayaan organisasi.

b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi. c. Mendorong efisiensi.

d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian internal dapat dibagi menjadi dua yaitu Pengendalian Internal Akuntansi (Preventive Controls) dan Pengendalian Internal Administratif (Feedback Controls).

Pengendalian Internal Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan


(26)

memeriksa keakuratan data akuntansi. Contoh: adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit organisasi.

Pengendalian administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen (dikerjakan setelah adanya pengendalian akuntansi) Contoh: pemeriksaan laporan untuk mencari penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan

Dalam teori akuntansi dan organisasi, pengendalian internal atau internal kontrol didefinisikan sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai suatu tujuan atau objektif tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu cara untuk mengarahkan, mengawasi, dan mengukur sumber daya suatu organisasi. Ia berperan penting untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya organisasi baik yang berwujud (seperti mesin dan lahan) maupun tidak berwujud (seperti reputasi atau hak kekayaan intelektual seperti merek dagang).

Pada tingkatan organisasi, tujuan pengendalian internal berkaitan dengan keandalan laporan keuangan, umpan balik yang tepat waktu terhadap pencapaian tujuan-tujuan operasional dan strategis, serta kepatuhan pada hukum dan regulasi. Pada tingkatan transaksi spesifik, pengendalian internal merujuk pada aksi yang dilakukan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (misal, memastikan pembayaran terhadap pihak ketiga dilakukan terhadap suatu layanan yang benar-benar dilakukan).


(27)

Pengendalian internal merupakan unsur kunci pada Foreign Corrupt Practices Act (FCPA) tahun 1977 dan Sarbanes-Oxley tahun 2002 yang mengharuskan peningkatan pengendalian internal pada perusahaan-perusahaan publik Amerika Serikat.

Elemen-elemen Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organizations of the Treatway Commission (COSO) memperkenalkan adanya lima komponen pengendalian intern yang meliputi (Sawyer’s, 2009):

a. Lingkungan pengendalian (Control Environment) b. Penaksiran risiko Manajemen (Management Risk) c. Aktivitas Pengendalian (Control Activities)

d. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) e. Pemantauan (Monitoring)

Pengendalian internal dapat mencegah kerugian atau pemborosan pengolahan sumber daya perusahaan. Pengendalian internal dapat menyediakan informasi tentang bagaimana menilai kinerja perusahaan dan manajemen perusahaan serta menyediakan informasi yang akan digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan.

Penilaian secara khusus biasanya dilakukan secara berkala saat terjadi perubahan pokok dalam strategi manajemen senior, struktur korporasi atau kegiatan usaha. Pada perusahaan besar, auditor internal adalah pihak yang bertanggung jawab atas pemantauan sistem pengendalian internal. Auditor internal juga sering melakukan penilaian


(28)

atas pengendalian internal sebagai bagian dari audit atas laporan keuangan.

Prosedur Pengendalian

Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendalian manajemen dapat tercapai.

Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari :

a. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau transaksi.

b. Pembagian tugas.

c. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai. d. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.

e. Pengecekan independen terhadap kinerja.

2. Keahlian Auditor

Auditor senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian keahlian tersebut dimulai dengan pendidikan formal yang diperluas melalui pengalaman-pengalaman dan selanjutnya diperdalam selama praktik audit.

Literatur psikologi menunjukan bahwa pengetahuan spesifik dan lama pengalaman bekerja sebagai faktor penting untuk meningkatkan keahlian (Ashton, 1991; Chou dan Trothman, 1991; dan Tubs, 1992) dalam Murtini & Edi W (2003). Murtanto dan Gudono (1999) dalam


(29)

Darwito (2006). Mendefinisikan keahlian diukur dengan memasukan unsur kinerja, seperti kemampuan (ability), pengetahuan (knowledge), pengalaman (experience).

Menurut Djuni Farhan dan Abdul Halim (2004) dalam Sucipto (2007) faktor yang berpengaruh pada pengalaman auditor adalah:

a. Lama bekerja b. Posisi akuntan c. Hirarki profesi d. Jenjang pendidikan e. Aktivitas profesi.

Murtanto dan Gudono (1999) dalam Sucipto (2007) telah mengidentifikasi 29 karateristik yang berperan dalam membentuk keahlian audit, lima karakteristik yang paling penting dalam membentuk suatu keahlian audit tersebut adalah:

a. Pengetahuan umum dan khusus b. Komunikatif

c. Tidak mudah putus asa dan percaya diri d. Bertanggungjawab

e. Berpengalaman

Dalam penelitiannya Darwito (2006) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi keahlian auditor yaitu pengetahuan kognitif, psikologi dan strategi dalam pengambilan keputusan.


(30)

Menurut Tan dan Libby (1997) dalam Sulistiyowati (2003), seorang auditor minimal harus memiliki keahlian audit yang secara garis besar dikelompokan menjadi dua yaitu:

a. Keahlian teknis

Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi secara umum dan auditing.

Yang termasuk keahlian teknis adalah :

(1) Komponen pengetahuan dengan faktor-faktornya yang meliputi pengetahuan umum dan khusus berpengalaman, mendapat informasi yang cukup dan relevan, selalu berusaha untuk tahu, dan mempunyai visi.

(2) Analisis tugas yang mencakup ketelitian, tegas, profesional dalam tugas, keterampilan teknis. Menggunakan metode analisis, kecermatan, loyalitas dan idealisme.

b. Keahlian non teknis.

Keahlian non teknis merupakan kemampuan dalam diri seorang auditor yang baik, dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan pengalaman. Menurut Rasuli (2000) dalam Sulistiyowati (2003) keahlian non teknis meliputi:

(1) Ciri-ciri psikologis yang meliputi rasa percaya diri, tanggung jawab, ketekunan, ulet dan enerjik, cerdik dan kreatif, kemampuan beradaptasi, kejujuran, dan kecekatan.


(31)

(2) Kemampuan berpikir yang analitis dan logis, cerdas, tanggap dan berusaha menyelesaikan masalah, berpikir cepat dan terperinci.

(3) Strategi penentuan keputusan yang mencakup independen, objektif dan memiliki integritas.

Hasil penelitian Murtanto dan Gudono (1999) dalam Darwito (2006) menunjukan bahwa komponen keahlian untuk auditor di Indonesia terdiri atas:

a. Komponen Pengetahuan, yang merupakan komponen penting dalam suatu keahlian. Komponen ini meliputi pengetahuan terhadap fakta-fakta, prosedur-prosedur dan pengalaman.

b. Ciri-ciri psikologis, seperti kemampuan berkomunikasi, kreativitas, kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Menurut Abdolmuhammadi (1999) dalam penelitian Lehmann dan Norman (2006) dalam Sucipto (2007) terdapat tiga kelompok akuntan pemeriksa yang diklasifikasikan menurut tingkat pengalamannya:

Novice Group : Meliputi Mahasiswa dan staf yang mempunyai pengalaman kurang dari 12 bulan.

Mid-Level Experiance Group : Meliputi staf senior yang mempunyai

pengalaman antara 12 bulan sampai


(32)

Experiance Group : Meliputi Partner dan Manager yang

mempunyai pengalaman lebih dari

72 bulan.

Menurut Raharjo (1998) dalam Sucipto (2007) Pengetahuan auditor yang berkaitan dengan pemeriksaan atau audit adalah:

a. Pengetahuan jenis-jenis dokumen dalam operasi dalam perusahaan dan alur dokumen dalam operasi perusahaan

b. Pengetahuan atas berbagai indikasi terjadinya kekeliruan dan kecurangan dan kemampuan auditor untuk mengetahui sisi psikologis.

Menurut Sri Sularso dan Ainun Na’im (1999) dalam Sucipto (2007) faktor-faktor yang diperkirakan mempengaruhi perkembangan pengetahuan akuntan pemeriksa adalah:

a. Pengalaman Audit

b. Diskusi mengenai audit dengan rekan kerja

c. Pengawasan dan review oleh akuntan pemeriksa/pengawas d. Program pelatihan

e. Tindak lanjut perencanaan audit f. Penggunaan pedoman audit.

Disamping faktor-faktor tersebut menurut Libby dan Luft (1993) dalam penelitian Thomas, Davis dan Seaman (1998) dalam Sucipto (2007), partisipasi dalam continuing profesional education (CPE) atau pendidikan edukasi berkelanjutan (PPL) juga dapat meningkatkan


(33)

pengetahuan seorang auditor dalam menjalankan tugas pengauditannya. Dalam penelitian tersebut ternyata continuing profesional education (CPE) atau pendidikan edukasi berkelanjutan (PPL) terbukti dapat meningkatkan pengetahuan seorang auditor yang kemudian berdampak pada keahlian dan performance auditor tersebut.

Menurut Hartadi (2004) dalam Sucipto (2007), pengalaman yang dimiliki oleh akuntan pemeriksa yang mendukung kemampuannya untuk melakukan audit atau pemeriksaan adalah:

a. Pengalaman atas penanganan berbagai bentuk kecurangan dan kekeliruan secara menyeluruh. Hal tersebut membuka peluang semakin besar bahwa pihak auditor akan mudah mengidentifikasi berbagai bentuk kekeliruan dan kecurangan dalam laporan keuangan.

b. Pengalaman atas pengidentifikasian berbagai bentuk kekeliruan yang terjadi dalam laporan keuangan, dengan adanya pengalaman tersebut maka auditor akan tahu berbagai bentuk kecurangan yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan.

c. Pengalaman dalam melakukan analisa alur dokumen operasi perusahaan. Hal ini akan semakin memperlancar pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor dan mempercepat proses pemeriksaan laporan keuangan perusahaan.


(34)

Standar Profesional Akuntan Publik Tentang Keahlian Auditor

Kompetensi mengenai keahlian auditor, telah diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), yaitu standar umum seksi 210 yang mengatur tentang Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen. Seksi ini terdiri dari tiga bagian yaitu:

1. Standar Umum Pertama,

01 Standar umum pertama berbunyi:

”Audit harus dilakukan oleh seseorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor”

02 Standar umum pertama menegaskan bahwa betapapun tingginya kemampuan seseorang dalam bidang lain, termasuk dalam bidang bisnis dan keuangan, ia tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan dalam standar auditing ini, jika ia tidak memiliki pendidikan serta pengalaman memadai dalam bidang auditing.

2. Pelatihan dan Keahlian Auditor Independen 3. Tanggal Berlaku Efektif


(35)

Fraud Auditor

Auditor yang sudah terlatih dalam bidang audit mempunyai potensi untuk menjadi fraud auditor. Di Amerika Serikat, untuk menjadi seorang pemeriksa

fraud seseorang diharuskan menempuh pendidikan yang memenuhi syarat. Mereka mendapatkan pelatihan khusus di bidang pendeteksian, pengusutan/penyidikan, dan pencegahan terhadap fraud dan kejahatan kerah putih. Setiap anggota asosiasi, diharapkan dapat menjadi seorang Pemeriksa

Fraud Bersertifikat (Certified Fraud Examiners), yang memperoleh sertifikat setelah melalui proses aplikasi yang ekstensif (luas) dan lulus ujian CFE yang seragam.

Keanggotaan asosiasi CFE terbuka bagi semua orang yang bermoral tinggi dengan syarat profesional yang berkepentingan, berpendidikan, atau berpengalaman di bidang pemeriksaan fraud. Para CFE tersebut berasal dari berbagai profesi, termasuk auditor, Akuntan, penyidik fraud, spesialis pencegah kerugian, aparat penegak hukum, jasa/penuntut, manajer dan para eksekutif, pengacara, ahli kriminologi, akademisi dan pelajar, serta konsultan anti fraud. Lingkup kerja CFE meliputi perolehan/penggalian bukti, memeriksa rekening atau laporan keuangan, menyusun laporan, dan turut membantu proses penyelidikan dalam berbagai bentuk.

Menurut Regar (1998) dalam Sulistiyowati (2003), seorang fraud auditor

harus memiliki ciri-ciri khusus, antara lain sikap ingin tahu (curiosity), curiga pofesional (professional skepticism), ketangguhan (persistence), kreativitas


(36)

(creativity), kepercayaan (conpidence) dan pertimbangan profesional (professional judgement).

Menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam Sulistiyowati (2003), seorang

fraud auditor yang efektif harus memiliki kemampuan dan pengetahuan pada tingkat tertentu, dan berbagai perspektif berikut:

• Manusia dan individu

• Organisasi, budaya, dan motivasi

• Ekonomi/kompetitif

• Sosial

• Peraturan, hukum, dan bukti (bagaimana cara melihat, mendeteksi dan mendokumentasikan kecurangan yang terjadi)

• Pengawasan akuntansi, audit dan internal (kapan, di mana, dan bagaimana kecurangan yang paling mungkin terjadi dalam akuntansi dan laporan keuangan)

Menurut Tunggal dan Tunggal (2000) dalam Sulistiyowati (2003), seorang fraud auditor yang efektif harus mampu secara kompeten:

• Melakukan suatu tinjauan pengendalian intern.

• Menilai kekuatan dan kelemahan pengendalian intern.

• Merencanakan sekenario kerugian kecurangaan yang mungkin terjadi berdasarkan kelemahan-kelemahan yang diidentifikasi dalam pengendalian itern.


(37)

• Mengenali keadaan-keadaan yang bisa di pertanyakan dan diperkecualikan dalam neraca akuntansi.

• Mengenali transaksi-transaksi yang bisa dipertanyakan dan diperkeculikan (terlalu tinggi, terlalau rendah, terlalau sering, terlalau jarang, terlalu banyak, terlalau kecil, waktu yang janggal, tempat yang janggal, orang yang janggal)

• Membedakan antara kesalahan manusia sederhana dan kelalaian dalam catatan yang curang.

• Mengikuti aliaran dana masuk dan keluar akuntansi dalam perusahaan.

• Mencari dokumen pendukung mendasar untuk transaksi-tranasaksi yang biasa dipertanyakan.

• Meninjau dokemen-dokumen tersebut dari segi keanehannya, misalnya jumlah yang dinaikkan, pemalsuan, penjiplakan, rekening palsu, pembuatan faktur klaim, penghancuran data, klasifikasi akuntansi yang tidak cocok, ketidakteraturan dalam rangkaian, kuantitas, penetapan harga, penambahan atau perluasan, serta penggantian salinan-salinan untuk dokumen asli.

• Mengumpulkan dan menyimpan bukti untuk memastikan kerugian asset, transaksi-transaksi curang, dan laporan-laporan keuangan.

• Mendokumentasikan dan melaporkan suatu kerugian karena klaim-klain kejahatan atau asuransi.


(38)

• Mengetahui kebijakan-kebijakan manajeman, administratif dan organisasi, prosedur dan praktik-praktik.

• Meninjau motifasi dan iklim etis organisasi.

3. Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) Pengertian Kecurangan (Fraud)

Pengertian kecurangan (fraud) menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dalam Tuanakota (2006) yaitu:

a. Pasal 362: Pencurian (definisi KUHP: “mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum”)

b. Pasal 368: Pemerasan dan Pengancaman (definisi KUHP: “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya membuat utang maupun penghapusan piutang.

c. Pasal 372: Penggelapan (definisi KUHP: “dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi yang ada dalam kekuasaanya bukan karena kejahatan”)


(39)

dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun menghapuskan piutang”);

e. Pasal 396: Merugikan pemberi piutang dalam keadaan pailit.

f. Pasal 406: Menghancurkan atau merusakkan barang (definisi KUHP: “dengan sengaja atau melawan hukum menghancurkan, merusakan, membuat tak dapat dipakai atau menghilangkan barang sesuatu yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain”).

Tindakan yang Temasuk Kategori Kecurangan (Fraud) menurut Simon (1995) dalam Prasetyawati (2003) dalam Darwito (2006), mengemukakan beberapa hal yang termasuk kedalam kategori kecurangan (fraud), yaitu:

a. Suap (bribery) adalah memberi, menerima, menawarkan atau meminta “sesuatu” untuk mempengaruhi pegawai pemerintah dalam melaksanakan tugasnya, atau agar melalaikan pelaksanaan tugas-tugasnya yang sah secara hukum. Mempengaruhi atau meminta suatu jabatan atau berkolusi untuk melakukan suatu jenis kecurangan. Suap dalam bisnis (commercial bribery) adalah memberi, menerima, menawarkan atau meminta ”sesuatu” untuk mempengaruhi sesuatu b. Konflik kepentingan (conflict of interest) terjadi ketika seseorang


(40)

dan memiliki atau kepentingan pribadi dalam tindakan yang dilakukannya.

c. Kecurangan karena laporan dan klaim palsu, terjadi ketika seseorang dengan sadar dan sengaja mengubah fakta yang material atau membuat penyajian yang palsu atau fiktif.

d. Penggelapan (embezzlement) adalah kecurangan dalam pertukaran pemilikan pribadi dengan orang lain, dimana kepemilikan tersebut diperoleh berdasarkan hubungan kepercayaan. Penggelapan ditandai oleh penyalahgunaan uang atau harta dan pemalsuan catatan keuangan sehingga sulit untuk dideteksi.

Dalam kamus Inggris Indonesia (Echols dan Shadly, 2007) fraud

berarti penipuan, seorang penipu atau gadungan, kecurangan, penggelapan.

Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran yang dilakukan dengan sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya.

Beberapa aktivitas yang mendorong terjadinya kecurangan (fraud) antara lain adalah:

a. Aktivitas yang berhubungan dengan pengeluaran, yang meliputi: klaim terhadap keuntungan dan bantuan, pembayaran kontrak, saham dan persediaan yang bernilai, penyewaan karyawan, mobil, bonus dan pembayaran lembur, biaya tempat tinggal, pasien rumah sakit,


(41)

biaya kas kecil, dana tidak resmi untuk persaudaraan atau kelompok, serta karyawan yang dibayar berdasarkan jam kerja.

b. Aktivitas yang berhubungan dengan pendapatan, meliputi kas yang diperoleh dan penyewaan, parkir mobil, biaya risensi, hadiah untuk trevel, pembayaran pinjaman hipotik, pinjaman pengembangan industri, cek yang menggunakan inisial, penimbunan iklan dan sebagainya.

Ada juga istilah lain yang seringkali dipergunakan untuk menggambarkan suatu jenis fraud, yakni kejahatan kerah putih atau white collar crime. Kejahatan kerah putih yang dikenal dalam bahasa inggris

white-collar crime. Istilah ini dikenalkan oleh Edwin H. Sutherland (1939) dalam Tuanakota (2006), kemudian Edwin H. Sutherland menerbitkan monograf berjudul White-Collar Crime yang catatan kakinya ia menjelaskan makna istilah white-collar crime sebagai:

Crime in the upper, white-collar class, which is composed of respectable, or at least resfected, business, and professional men”.

(Kejahatan kelas atas, kelas manusia berkerah putih yang terdiri atas orang-orang bisnis dan professional terhormat atau dihormati.

Belum ada kesepakatan definisi dari white collar crime. Ada suatu definisi yang diusulkan Albert J. Reiss, Jr. dan Albert Biderman dalam Tuanakota (2006):

“White-collar crime violations are those are those violations of law to which penalities are attached that involve use, of a violator’s position of economic power, influence or trust in the legitimate economic or political institutional order for the purpose of illegal gain, or to commit illegal act for personal or organitational gain.”


(42)

Pelanggaran kerah putih adalah pelanggaran terhadap hukum yang terkena sanksi tertentu dan yang meliputi pemanfaatan kedudukan pelakunya yang mempunyai kekuasaan ekonomi, pengaruh, atau kepercayaan dalam lembaga-lembaga yang sebenarnya mempunyai legitimasi ekonomi dan politik namun disalahgunakan untuk keuntungan ilegal atau untuk melakukan kegiatan ilegal untuk keuntungan pribadi atau golongan.

Fraud Triangle

Donald R. Cressey dalam penelitiannya dalam Tuanakota (2006) membuat hipotesa yang lebih dikenal dengan fraud triangle atau segitiga

fraud, seperti terlihat dalam gambar di bawah ini:

PERCEIVED OPORTUNITY

RATIONALIZATION PRESSURE

Gambar 2.1 Fraud Triangle Sumber: Tuanakota (2006)


(43)

Sisi pertama dari segitiga fraud diberi judul Pressure yang merupakan perceived non-shareable financial need. Sisi keduanya,

Perseived Oportunity. Sisi ketiga, Rationalization.

Ada 3 kondisi muncul pada saat kecurangan muncul yaitu:

1. Pressure/Incentive, merupakan tekanan/dorongan yang menghasilkan adanya alasan untuk melakukan kecurangan,

2. Oportunity, merupakan kesempatan yang menyebabkan kecurangan timbul, seperti kurangnya pengendalian atau pengendalian yang tidak efektif dan ketidakmampuan manajemen untuk melakukan pengawasan,

3. Attitude/Rationalization, setiap pelaku kecurangan umumnya memiliki sikap-sikap yang membuat mereka merasionalkan tindakan kecurangan. (Yuniarti dan Eti, 2008).

Bentuk-bentuk kecurangan

Tergantung pada siapa pelakunya, kecurangan dapat diklasifikasikan dalam dua katogori besar yaitu :

a. Kecurangan yang merugikan perusahaan

Perusahaan merupakan korban kecurangan yang biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang menengah kebawah. Bentuk kecurangan dalam katagori ini misalnya : Lapping, Chaech, Qitting, maupun pencurian harta kekayaan perusahaan.


(44)

Biasanya dilakukan oleh karyawan jenjang atas atau manajemen puncak. Kecurangan ini dilakukan untuk mengelabui pemegang saham, kreditur maupaun fiskus. Bentuk kecurangan dalam katagori ini misalnya: Smoothing profits melalui praktek pencatatan penjualan, laba dan aktiva yang lebih besar, mencatat biaya-biaya yang lebih kecil, tidak mencatat retur penjualan, dan lain lain. Kecurangan yang dilakukan untuk mengelabui fiskus misalnya dalam bentuk ”under in voicing” dan memperbesar biaya yang dapat diperhitungkan untuk laporan fiskal.

Pengertian Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

Definisi fraud auditing menurut Association of Certified Fraud Examiner (1993) dalam Prasetyawati (2003) dalam Darwito (2006) adalah:

An initial approach (proactive) to ditecting financial frauds, using accaunting records and informations, analytical relationship and awardness of fraud perpetrations and concealments efforts”.

Audit Umum dan Pemeriksaa Kecurangan

Perbedaan antara audit umum (general audit atau opinion audit) dan pemeriksaan atas fraud dapat dilihat dalam kolom berikut:

Tabel 2.1

Auditing vs. Fraud Examination/Fraud Auditing

Issue Auditing Fraud Examination

Timing Recurring

Audit dilakukan secara teratur, berkala, dan berulang kembali

Non Recurring

Pemeriksaan fraud tidak berulang kembali, dilakukan setelah ada cukup indikasi.


(45)

Scope Objective Relationship Methodology Presumption General

Lingkup audit adalah pemeriksaan umum atas data keuangan

Opinion

Tujuan ajaran audit

adalah untuk memberikan pendapat

atas laporan keuangean

Non Adversarial

Sifat pekerjaan audit

adalah tidak bermusuhan. Audit Techniques Audit dilakukan terutama dengan pemeriksaan data keuangan. Professional Skepticism Auditor melaksanakan tugasnya dengan professional skepticism Specific

Pemeriksaan fraud diarahkan pada dugaan, tuduhan atau sangkaan yang spesifik.

Affix Blame

Tujuan pemeriksaan fraud

adalah untuk memastikan apakah fraud memang terjadi, dan untuk menentukan siapa yang bertanggungjawab.

Adversarial

Karena pada akhirnya pemeriksa harus menentukan siapa yang bersalah, sifat pemeriksaan fraud adalah bermusuhan.

Fraud Examination

Pemeriksaan fraud dilakukan dengan memeriksa dokumen, telaah data ekstern, dan wawancara.

Proof

Pemeriksa fraud berupaya mengumpulkan bukti untuk mendukung atau membantah dugaan, tuduhan atau sangkaan terjadinya fraud

Sumber: Tuanakota, 2006

Fraud selalu tersembunyi

Berbeda dengan kejahatan lain, sifat perbuatan fraud adalah tersembunyi atau mengandung tipuan (yang terlihat di permukaan bukanlah yang sebenarnya terjadi atau berlangsung).


(46)

Pembuktian ada atau telaah terjadinya fraud meliputi upaya untuk membuktikan fraud itu tidak terjadi. Dan sebaliknya, untuk membuktikan

fraud tidak terjadi, kita harus berupaya membuktikan fraud itu terjadi. Harus ada upaya pembuktian timbal balik atau reverse proof. Kedua sisi

fraud (terjadi dan tidak terjadi) harus diperiksa.

Peranan Pengendalian Internal Dalam Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

Auditor akan membuat prosedur pemeriksaan sesuai dengan keadaan khusus yang diteliti, namun, garis pedoman umum berikut ini dapat dipakai sebagai pedoman Internal control dalam suatu bidang dimana fraud diperkirakan terjadi haruslah diselidiki secara mendalam,

internal control yang sehat akan sangat membantu membatasi kemungkinan fraud atau penggelapan. Godaan untuk melakukan fraud

terutama timbul bila seorang pegawai menemukan kelemahan tertentu dalam suatu sistem disuatu perusahaan. Karena itu, bila internal control

disusun baik dan diterapkan sebagaimana mestinya, kemungkinan terjadinya fraud (kecurangan) amatlah sangat kecil. Namun demikian adanya internal control tidaklah menjamin bahwa suatu fraud itu dalam setiap keadaan tidak mungkin terjadi.


(47)

Bologna dan Linquist (1995) dalam Prasetyawati (2003) dalam Darwito (2006) mengemukakan tiga belas prinsip fraud auditing sebagai berikut:

c. Fraud auditing tidak seperti financial auditing. Fraud auditing lebih merupakan serangkaian pemikiran (mind set) daripada sebuah metodologi.

d. Fraud auditor tidak seperti financial auditor, fraud auditor lebih memfokuskan pada hal yang tidak lazim (exception), keanehan (oddities), accounting irregulirities dan pola tingkah laku bukan pada kesalahan (errors) dan penghilangan (ommisiions).

e. Fraud auditing dipelajari terutama melalui pengalaman bukan dari buku-buku teks audit maupun kertas kerja tahun lalu. Belajar menjadi seorang fraud auditor berarti belajar untuk berfikir seperti pencuri “dimanakah letak kerangka terlemah dari rantai pengendalian intern”.

f. Dari perspektif financial audit, kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja atas fakta-fakta keuangan dalam jumlah yang material. Dari perspektif fraud auditing, kecurangan adalah salah saji yang disengaja atas fakta-fakta keuangan.

g. Kecurangan (fraud) dilakukan dengan alasan ekonomi, egosentris dan psikotik (psychotic).

h. Kecurangan (fraud) cenderung mencakup suatu teori yang terstruktur tentang motif, kesempatan, dan keuntungan (benefit).


(48)

i. Kecurangan (fraud) dalam tingkat akuntansi yang terkomputerisasi dapat terjadi pada saat proses input , troughput atau output.

j. Pola kecurangan yang umum pada pegawai level bawah meliputi masalah-masalah yang berkaitan dengan pengeluaran (hutang, gaji, dan klaim atas keuntungan serta biaya).

Pendeteksian Kecurangan Berdasarkan Statement Auditing Standard (SAS) No. 99 oleh American Institute Of Certified Publik Accountant (AICPA)

SAS No. 99 dalam Yuniarti dan Eti (2006) merupakan standar pendeteksian kecurangan yang dikeluarkan oleh AICPA sebagai tanggapan atas maraknya kasus akuntansi, terutama yang melibatkan auditor dan memberikan pemahaman tentang definisi fraud dan karakteristiknya, pengumpulan, identifikasi, analisa, evaluasi serta pengkomunikasian kecurangan.

Ramos (2003) dalam Yuniarti dan Eti (2006) menyatakan bahwa SAS No. 99 menjelaskan proses dimana auditor perlu melakukan:

a. Pengumpulan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi risiko atas pelaporan keuangan yang salah yang mengarah pada kecurangan.

b. Memeriksa dan menguji risiko-risiko tersebut setelah mengevaluasi program dan sistem pengendalian.


(49)

SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk mengumpulkan dan mempertimbangkan informasi yang lebih banyak dibanding standar sebelumnya yakni, SAS No. 82.

a. Sesi Brainstorming

SAS No. 99 mengharuskan adanya sesi brainstorming

untuk mendiskusikan bagian mana laporan keuangan perusahaan mungkin mengandung unsur kecurangan.

b. Pengumpulan Informasi

yang diperlukan untuk mengidentifikasi risiko dari salah saji material yang timbul sebagai akibat dari suatu kecurangan dengan cara sebagai berikut:

a. Melakukan wawancara dengan pihak manajemen dan pihak terkait lainnya dalam entitas yang bersangkutan. b. Memepertimbangkan hasil prosedur analitikal yang

dilakukan pada tahap perencanaan audit.

c. Memperkirakan dan mempertimbangkan faktor-faktor risiko.

d. Mempertimbangkan informasi-informasi terkait lainnya. c. Identifikasi Risiko

SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk menggunakan informasi yang telah dikumpulkan untuk mengidentifikasi risiko yang muncul sebagai salah saji yang material. Auditor harus dapat


(50)

mengidentifikasi risiko dan mensistensikan bagaimana risiko tersebut dapat menunjuk kearah salah saji yang material sebagai akibat dari kecurangan.

d. Evaluasi atas Program dan Sistem Pengendalian Klien

SAS No. 99 mengharuskan auditor untuk mengevaluasi program dan sistem pengendalian dalam suatu perusahaan yang mengarahkan pada pengidentifikasian risiko atas salah saji yang material yang diakibatkan oleh kecurangan. Auditor harus mempertimbangkan sistem pengendalian yang mana yang dapat mengurangi risiko- risiko kecurangan yang teridentifikasi.

e. Respon atas Hasil Pemeriksaan (audit)

Respon yang diberikan auditor sebagai hasil proses audit yang dilakukan dapat berupa:

1) Tanggapan menyeluruh atas bagaimana audit

dilaksanakan,

2) Tanggapan atas akun-akun tertentu atau tingkat transaksi tertentu.

3) SAS No. 99 menyediakan panduan umum untuk

memodifikasi bentuk, penetapan waktu dan perluasan prosedur audit yang dapat dilakukan untuk mengarahkan risiko teridentifikasi sebagai kecurangan.

4) Tanggapan atas adanya pengendalian yang berlebihan oleh manajemen (management override of internal control).


(51)

f. Komunikasi atas Hasil Pemeriksaan

SAS No. 99 menyatakan bahwa: Standar ini mengharuskan bahwa setiap bukti-bukti yang menunjukan adanya kecurangan harus dikomunikasikan kepada pihak manajemen dan pihak terkait lainnya, termasuk komite audit dan dewan direksi perusahaan. g. Pendeteksian Kecurangan dengan Akuntansi Forensik

Akuntansi forensik merupakan praktek yang memanfaatkan kemampuan akuntansi, auditing, dan kemampuan investigasi untuk membantu penyidik untuk membuat terang perkara pidana khusus yang sedang dihadapi penyidik, serta mengumpulkan bukti-bukti dokumenter/surat untuk mendukung dakwaan jaksa.

b. Model Penelitian

Gambar dibawah ini menunjukan kerangka pemikiran yang dibuat dalam model penelitian mengenai Kontribusi Pengendalian Internal dan Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing).

Model hubungan kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan.

Pengendalian Internal

Keahlian Auditor

Pemeriksaan Kecurangan


(52)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

c. PERUMUSAN HIPOTESIS

Berdasarkan pemikiran diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ha1 : Pengendalian internal berkontribusi secara signifikan terhadap

pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

Ha2 : Keahlian Auditor berkontribusi secara signifikan terhadap

pemeriksaan kecurangan (fraud auditing).

Ha3 : Pengendalian internal dan keahlian Auditor berkontribusi secara


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan. Dalam penelitan ini terdapat tiga variabel yaitu 2 variabel independen (pengendalian internal dan keahlian auditor) dan 1 variabel dependen (pemeriksaan kecurangan).

B. Metode Penentuan Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah auditor internal dan auditor eksternal yang bekerja pada instansi pemerintah dan pada kantor akuntan publik di wilayah Jakarta dan Bandung.


(54)

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode

purposive sampling, yaitu metode yang berguna untuk mengumpulkan sampel non probabilitas berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. (Sekaran, 2006).

Kriteria Responden

Responden dalam penelitian ini yaitu para auditor internal dan auditor eksternal yang memiliki kriteria:

1. Memiliki pengalaman kerja dan professional

2. Memiliki keahlian dalam bidang akuntansi, auditing dan hukum 3. Jika seorang auditor eksternal minimal auditor senior

4. Memiliki pengalaman pernah melakukan fraud auditing

5. Pernah mengikuti pelatihan khusus dibidang pendeteksian, pengusutan, penyidikan dan pencegahan terhadap fraud dan kejahatan kerah putih.

Responden dalam penelitian ini adalah auditor internal dan auditor eksternal yang menjabat sebagai: partner, manajer, supervisor, dan auditor senior.

35

C. Metode Pengumpulan Data

Dalam memperoleh data-data untuk penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu:


(55)

Kepustakaan merupakan bahan utama dalam penelitian data sekunder (Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Peneliti memperoleh data yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti melalui buku, majalah, artikel, jurnal, skripsi, tesis, internet dan media lainnya yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Data utama dalam penelitian ini di peroleh melalui penelitian lapangan, peneliti memperoleh data langsung dari pihak pertama (data primer) yang dikumpulkan melalui metode survey dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data primer yang berisi sekumpulan pertanyaan berdasarkan pengetahuan dan pengalaman pihak bersangkutan sesuai dengan penelitian yang dibutuhkan. Jenis kuesioner yang digunakan adalah kuesioner tertutup yaitu seperangkat daftar pertanyaan dengan kemungkinan jawaban yang telah tersedia, dimana responden hanya memiliki satu dari jawaban yang ada. Pada penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah auditor internal dan auditor eksternal yang bekerja pada instansi pemerintah dan kantor akuntan publik. Peneliti mengirimkan kuesioner secara langsung ataupun melalui perantara serta dilakukan pula dengan menghubungi responden lewat telephone untuk memproses lebih lanjut.

D. Metode Analisis


(56)

Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan data demografi responden.

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtoris, dan skewness (kemencengan distribusi). (Ghozali, 2005).

2. Uji Kuantitas Data

Untuk melakukan uji kualitas data, maka peneliti melakukan uji validitas dan realibilitas:

a. Uji Validitas Data

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya pertanyaan pada kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji validitas ini menggunakan

Pearson Correlation yaitu dengan cara menghitung korelasi antara nilai yang diperoleh dari pertanyaan-pertanyaan. Apabila Pearson Corelation yang memiliki nilai di bawah 0,05 berarti data yang diperoleh adalah valid. (Ghozali, 2005).

Kriteria yang digunakan untuk menentukan valid atau tidak valid adalah jika kolerasi antara skor masing-masing butir pertanyaan dengan total skor mempunyai tingkat signifikansi dibawah 0,05 maka


(57)

butir pertanyaan tersebut valid sebaliknya jika total skor mempunyai tingkat signifikasi diatas 0,05 maka butir pertanyaan tersebut tidak valid. (Santoso, 2004).

Kriteria Pengujian:

Jika nilai Pearson Corelation < 0,05 maka H0 diterima.

Jika nilai Pearson Corelation > 0,05 maka H0 ditolak.

Hipotesis:

H0 = Pertanyaan dalam kuesioner yaitu valid

H1 = Pertanyaan dalam kuesioner yaitu tidak valid

b. Uji Reliabitas Data

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur bahwa variabel yang digunakan benar-benar bebas dari kesalahan sehingga menghasilkan hasil yang konsisten meskipun diuji berkali-kali. Suatu kuesioner dapat dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan tersebut konsisten atau stabil dari waktu kewaktu.

Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: 1. Repeated Measure atau pengukuran ulang: disini seseorang akan

disodori pertanyaan yang sama pada waktu yang berbeda, dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawaban.


(58)

2. One Shot atau pengukuran sekali saja, pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan.

Untuk menguji reliabilitas menggunakan uji statistik yang menghasilkan Cronbach Alpha. Jika hasil dari Cronbach Alpha > 0,60 maka dikatakan reliabel sedangkan sebaliknya data tersebut tidak reliabel. (Ghozali, 2005).

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. (Ghozali, 2005).

Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya

Variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai Tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF =1/T). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukan adanya Multikolinieritas adalah nilai Tolerance < 0,10 sama dengan nilai VIF > 0,10. (Ghozali, 2005).


(59)

Apabila VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinieritas sebaliknya tidak terjadi multikolinieritas antar variabel independen apabila nilai VIF berada pada kisaran 0,10 sampai 10. Hair, dkk (1999) yang dikutip oleh Trisnaningsih (2004) dalam Rosita (2008) dalam Senjani (2009).

i. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Jika varians dari pengamatan kepengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedatisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. (Ghozali, 2005).

b. Uji Normalitas Data

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu dan residual memiliki distribusi normal. (Ghozali, 2005).

Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-Plot atau dengan melihat histogram dari residunya. Dasar pengambilan keputusan:


(60)

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan/atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. (Ghozali, 2005).

4. Uji Hipotesis

Untuk menguji kontribusi Pengendalian Internal dan Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) maka dilakukan uji hipotesis:

a. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel dependen. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan


(61)

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel-variabel dependen. (Ghozali, 2005).

b. Uji F

Uji F dilakukan dengan tujuan untuk menguji keseluruhan variabel independen terhadap variabel dependen secara bebas dengan signifikansi sebesar 0.05. (Ghozali, 2005).

Dapat disimpulkan:

1) Jika nilai signifikan < 0.05, maka Ha diterima 2) Jika nilai signifikan > 0.05, maka Ha ditolak

c. Pengujian secara Individual (Uji t)

Pengujian secara individual (Uji t) digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05. (Ghozali, 2005).

Untuk dapat mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen, maka nilai signifikan t dibandingkan dengan derajat kepercayaannya.

Apabila sig t lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima.


(62)

ditolak. Bila H0 ditolak ini berarti ada hubungan antara variabel

independen terhadap variabal dependen. (Ghozali, 2005).

E. Operasional Variabel Penelitian

Pada bagian ini akan diuraikan mengenai definisi dari masing-masing variabel yang digunakan berikut dengan operasional dan cara pengukurannya.

Variabel-variabel operasional yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pengendalian Internal

Pengendalian Internal adalah suatu proses, dijalankan oleh dewan komisaris, managemen, dan karyawan lain dari suatu entitas, dirancang untuk memberikan jaminan memadai sehubungan dengan pencapaian tujuan perusahaan. Instrumen yang digunakan variabel ini adalah instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin Iskak (1999). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5).

2. Keahlian Auditor

Keahlian Auditor adalah kemampuan (ability) seseorang yang memiliki pengetahuan (knowledge) dan keterampilan prosedural yang luas ditunjukan dalam pengalaman (experience) audit. Instrumen yang digunakan variabel ini adalah instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin Iskak (1999). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin


(63)

dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5).

3. Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing)

Kecurangan (fraud) merupakan perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran seperti penipuan, penggelapan yang dilakukan dengan sengaja, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan bagi pelakunya dan merugikan orang lain atau suatu organisasi. Instrumen yang digunakan variabel ini adalah instrumen yang di gunakan oleh Jamaludin Iskak (1999). Variabel ini diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin dari sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2), kurang setuju (3), setuju (4), sangat setuju (5).

Tabel 3.1

Operasional Variabel Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Pengukuran Pengendalian Internal 1. Fungsi pengendalian internal 2. Pembagian tugas dan wewenang 3. Prosedur audit internal 4. Laporan audit

internal

1. Fungsi pengendalian internal

2. Fungsi pengendalian

internal untuk menyediakan informasi sebagai pedoman dalam perencanaan

3. Fungsi Pengendalian internal untuk mencegah pemborosan sumber daya perusahaan

4. Fungsi pengendalian inernal untuk mencegah terjadinya

fraud

5. Pemisahan fungsi, wewenang dan tanggung

Skala Interval


(64)

jawab

6. Prosedur audit internal. 7. Laporan audit internal Keahlian

Auditor

1. Kemampuan (ability), 2. Pengetahuan

(knowledge), 3. Pengalaman

(experience)

1. Sikap yang harus dimiliki oleh seorang fraud auditor

2. ProfessionalSkepticism dan

professional judgement

3. Memiliki penetahuan dalam bidang akuntansi dan auditing

4. Memiliki kemampuan dan pengetahuan dalam bidang sosial, ekonomi dan hukum

5. Pelatihan khusus

pendeteksian dan pencegahan fraud

6. Memiliki pengalaman

minimal 3 tahun

7. Pengalaman melakukan

fraud auditing Skala Interval Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) 1. Perencanaan fraud auditing 2. Indikasi-indikasi kecurangan 3. Dokumentasi

4. Bukti yang

cukup 5. Laporan

hasil

pemeriksaan

1. Perencanaan pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) 2. Pemeriksa merancang

pemeriksaan untuk mendeteksi fraud

3. Indikasi-indikasi kecurangan

4. Pemahaman tentang pengendalian internal 5. Pemeriksaan yang detail

dan terfokus pada temuan yang mengindikasikan kecurangan

6. Bukti yang cukup 7. Dokumentasi hasil

pemeriksaan

8. Laporan hasil pemeriksaan

Skala Interval


(65)

(66)

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada auditor internal yang bekerja pada instansi pemerintah yang berada di wilayah kota Jakarta dan Bandung dan auditor eksternal yang bekerja di kantor akuntan publik yang berada di wilayah kota Bandung. Auditor eksternal yang menjadi objek penelitian meliputi partner, manajer, supervisor, dan auditor senior.

Pengumpulan data dilaksanakan melalui penyebaran kuesioner penelitian secara langsung maupun melalui perantara kepada responden. Penyebaran kuesioner dimulai tanggal 24 Mei 2010 sampai 2 Juni 2010 yang dilakukan kepada 2 kantor instansi pemerintah dan 3 kantor akuntan publik (KAP) yang berada di wilayah DKI Jakarta dan kota Bandung. Dengan peta distribusi sebagai berikut:

Tabel 4.1

Deskripsi penyebaran Kuesioner yang Diterima dan Dapat Diolah

No Nama Instansi Wilayah Kuesioner

Dikirim

Kuesioner diterima

1 Badan Pengawasan

Keuangan dan

Pembangunan (BPKP)

Jakarta 10 8


(67)

3 Prof. DR. H. TB. Hasanuddin dan Rekan (Pusat)

Bandung 7 7

4 Arifin, Halid dan Rekan Bandung 7 5

5 AF. Rachman dan Soetjipto

WS Bandung 6 4

Total 40 34

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Kuesioner yang disebarkan berjumlah 40 buah sedangkan yang kembali dan dapat diolah berjumlah 34 buah atau 85%. Jumlah kuesioner yang tidak kembali adalah 6 buah atau 15%. Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 32 buah atau 80%, sedangkan yang tidak dapat diolah karena tidak memenuhi kriteria sebagai responden berjumlah 2 buah atau 5%. Data sampel ini dapat dilihat dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2

Sampel dan Tingkat Pengembalian

Keterangan Jumlah Persentase

Jumlah kuesioner yang disebar Jumlah kuesioner yang tidak kembali

Jumlah kuesioner yang tidak dapat diolah Jumlah kuesioner yang dapat diolah

40 6 2 32 100% 15% 5% 80%

Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2009

Dari data dalam tabel 4.2 dapat dilihat bahwa dari 40 kuesioner yang disebar yang telah terkumpul kembali adalah sebanyak 34 kuesioner atau 85% dan yang dapat diolah sebanyak 32 kuesioner atau 80%. Hal ini


(68)

2. Karakteristik Responden

Berikut ini adalah karakteristik dari responden disajikan dalam tabel berikut:

Tabel 4.3

Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Laki-laki 21 65.6 65.6 65.6

Perempuan 11 34.4 34.4 100.0

Valid

Total 32 100.0 100.0

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Tabel 4.3 diatas memberikan informasi mengenai deskripsi statistik demografi responden berdasarkan jenis kelamin yang menjelaskan mengenai frekuensi absolut dan presentase rensponden. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa responden laki-laki mendominasi (65,6%) dibanding responden wanita (34,4%).

Tabel 4.4

Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

D3 5 15.6 15.6 15.6

S1 23 71.9 71.9 87.5

S2 4 12.5 12.5 100.0

Valid

Total 32 100.0 100.0


(69)

Tabel 4.4 memberikan informasi mengenai deskripsi statistik demografi responden berdasarkan pendidikan yang menjelaskan mengenai frekuensi absolut dan presentase rensponden. Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa responden yang berpendidikan terakhir Strata 1 mendominasi (71,9%) dibanding responden yang berpendidikan terakhir Diploma 3 (15,6%) dan Strata 2 (12,5).

Tabel 4.5

Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Jabatan

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Auditor Internal 18 56.2 56.2 56.2

Auditor Eksternal 14 43.8 43.8 100.0

Valid

Total 32 100.0 100.0

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Tabel 4.5 menunjukan bahwa kategori jabatan auditor internal merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 56,2% dibandingkan auditor eksternal sebanyak 43,8%.


(70)

Tabel 4.6

Deskripsi Statistik Demografi Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent <1 th 1-3 th 3-5 th 0 0 13 0 0 40.6 0 0 40.6 0 0 40.6

>5 th 19 59.4 59.4 100.0

Valid

Total 32 100.0 100.0

Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2009

Tabel 4.6 menjelaskan bahwa jumlah responden yang memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun merupakan responden terbanyak dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 59,4% dibandingkan responden yang memiliki pengalaman antara 3 sampai 5 tahun sebanyak 40,6%, sementara untuk responden yang memiliki pengalaman kurang dari 1 tahun 0% dan 1 sampai 3 tahun 0%.

B. Analisis Deskriptif Kuantitatif 1. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Uji signifikansi dilakukan dengan menggunakan

Pearson Corelation, suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05 maka butir pertanyaan tersebut dapat


(71)

Tabel berikut menunjukan hasil uji validitas:

Tabel 4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Pengendalian Internal

Item Pearson Corelation

Sig (2-tailed) Kesimpulan

Variabel Kualitas Auditor PI1 PI2 PI3 PI4 PI5 PI6 PI7 0,453** 0,803** 0,829** 0,690** 0,645** 0,588** 0,829** 0,009 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Tabel 4.7 Menunjukan variabel pengendalian internal yang terdiri dari 7 butir pertanyaan yang keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05. (Ghozali, 2005).


(72)

Tabel 4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Keahlian Auditor

Item Pearson Corelation

Sig (2-tailed) Kesimpulan Variabel Keahlian Auditor KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 0,410* 0,503** 0,402* 0,616** 0,647** 0,636** 0,728** 0,507** 0,020 0,003 0,023 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Tabel 4.8 Menunjukan variabel keahlian auditor yang terdiri dari 8 butir pertanyaan yang keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05. (Ghozali, 2005).


(73)

Tabel 4.9 Hasil Uji Validitas

Variabel Pemeriksaan Kecurangan

Item Pearson Corelation

Sig (2-tailed) Kesimpulan Variabel Pemeriksaan Kecurangan PK1 PK2 PK3 PK4 PK5 PK6 PK7 PK8 PK9 PK10 PK11 PK12 PK13 0,717** 0,614** 0,604** 0,582** 0,446** 0,741** 0,767** 0,756** 0,761** 0,652** 0,594** 0,595** 0,620** 0,000 0,000 0,000 0,000 0,011 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Berdasarkan tabel 4.9 Menunjukan variabel pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) yang terdiri dari 13 butir pertanyaan yang keseluruhannya adalah valid, dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05. Suatu model dikatakan valid jika tingkat signifikansinya dibawah 0,05. (Ghozali, 2005).


(74)

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas ini dilakkukan untuk menilai konsistensinya dari instrumen penelitian, instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha diatas 0,6. (Ghozali, 2005)

Tabel 4.10 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Pengendalia Internal

Cronbach's menilsAlpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.821 .818 7

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Berdasarkan tabel 4.10 Menunjukan nilai cronbach’s alpha atas variabel pengendalian internal sebesar 0,821, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2005) Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha

diatas 0,6.

Tabel 4.11 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Keahlian Auditor

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on Standardized

Items N of Items

.642 .705 8

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Berdasarkan tabel 4.11 Menunjukan nilai cronbach’s alpha atas variabel keahlian auditor sebesar 0,642, sehingga dapat disimpulkan


(75)

bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai

cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2005) Instrumen dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha

diatas 0,6.

Tabel 4.12 Hasil Uij Reliabilitas

Variabel Pemeriksaan Kecurangan

Cronbach's Alpha

Cronbach's Alpha Based on

Standardized

Items N of Items

.885 .886 13

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Berdasarkan tabel 4.12 Menunjukan nilai cronbach’s alpha atas variabel pemeriksaan kecurangan sebesar 0,885, sehingga dapat disimpulkan bahwa pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,6. Hal ini sesuai dengan pendapat Ghozali (2005) Instrumen dikatakan reliabel jika nilai


(76)

C. Analisis Dan Pembahasan 1. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Multikoliniearitas

Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel. Uji multikoliniearitas dilakukan dengan melihat: (1) nilai tolerance dan lawannya

(2) variance inflation factor (VIF).

Tabel 4.13

Hasil Uji Multikolinieritas

Prediktor Tolerance VIF Keputusan

Pengendalian Internal

0,800 1,250 Tidak ada

Multikolinearitas Keahlian

Auditor

0,800 1,250 Tidak ada

Multikoliniearitas

Sumber: Hasil Penelitian yang diolah, 2009

Berdasarkan tabel 4.13 diatas menggambarkan tidak ada korelasi antar variabel independen atau tidak ada problem multikolinearitas. Hal ini dapat dilihat dari nilai tolerance variabel pengendalian internal dan keahlian auditor memiliki nilai tolerance 0,80 lebih besar dari 0,10 dan hasil Variabel Inflation Factor (VIF) sebesar 1,250 lebih kecil dari 10.


(77)

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan kepengamatan lain. Hasil pengujian heterokedastisitas berupa grafik scatterplot, berikut hasil pengujiannya:

Gambar 4.1

Hasil Uji Heterokedastisitas

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Dari Gambar 4.1 Terlihat bahwa titik-titik menyebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y. hal ini dapat disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi berganda.


(78)

c. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel penggangu atau residual memiliki distribusi normal. Hasil pengujian normalitas berupa grafik yang disebut normal probability plot, berikut hasil pengujian normalitas:

Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas

Sumber: Hasil Penelitian yang Diolah, 2009

Dari Gambar 4.2 Terlihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti garis diagonal. Maka dapat disimpulkan bahwa regresi memenuhi asumsi normalitas.


(1)

2. Hasil pengujian data secara parsial pada penelitian ini menunjukan bahwa pengendalian internal berkontribusi secara signifikan terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) ini berarti bahwa pengendalian internal sangat berperan penting dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan, sementara variabel keahlian auditor tidak berkontribusi terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing). Tidak signifikannya kontribusi keahlian auditor terhadap pemeriksaan kecurangan (fraud auditing) mengindikasikan bahwa para auditor dalam penelitian ini kurang memiliki keahlian dan pengetahuan di bidang fraud auditing.

C. Saran dan Keterbatasan

Peneliti menemukan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang kemungkinan bias atau ketidakakuratan pada hasil penelitian ini antara lain: 1. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat mengumpulkan data

penelitian, bukan berupa hasil wawancara langsung atau observasi yang dikumpulkan secara tertulis.

2. Dalam penelitian ini hanya menggunkan dua variabel independen dan satu variabel dependen

3. Karena keterbatasan waktu, sampel penelitian ini hanya sebanyak 32 orang, sehingga memungkinkan adanya perbedaan hasil dan kesimpulan apabila dilakukan pada sampel yang lebih banyak.


(2)

Untuk penelitian selanjutnya penulis memberikan saran, yaitu:

1. Dalam pengumpulan data disarankan untuk dilakukan dengan metode lain misalnya wawancara secara langsung agar dapat dilakukan pengawasan atas jawaban responden dalam menjawab pertanyaan.

2. Disarankan untuk menambah beberapa variabel independen dan variabel dependen


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. “Auditing (Pemeriksaan Akuntan Oleh KAP),” Edisi ketiga, FE-UI, Jakarta, 2007.

Darmadi, Bambang. “Investigasi Sebagai Salah Satu Bidang Pemberian Jasa Akuntan Publik”, FE-Universitas Gunadarma, Jakarta, 1999.

Darwito. “Pengaruh Keahlian Auditor terhadap Pemeriksaan Kecurangan (Fraud Auditing) dan Opini Audit dengan Independensi sebagai Variabel Intervening,” Jurnal Ilmiah Bidang Manajemen dan Akuntansi Vol 3 No. 2, Malang, 2006.

Ghozali, Imam, “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,” Universitas Diponegoro, Semarang, 2005.

Hall, James A., dan Singleton, Tommie. “Audit dan Assurance Teknologi Informasi” Salemba empat, Jakarta, 2007.

Hamid, Abdul. “Buku Panduan Penulisan Skripsi”, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007.

Hery, dan Agustiny, Merrina. “Pengaruh Pelaksanaan Etika Profesi Terhadap Pengambilan Keputusan Akuntan Publik (Auditor),” Jurnal Akuntansi dan Manajemen Vol. 18, No. 3, Jakarta, 2007.

Ikatan Akuntan Indonesia. “Standar Profesional Akuntan Publik,” Salemba Empat, Jakarta, 2001.

Indriantoro, Nur, dan Bambang Supomo. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen,” BP-FE, Yogyakarta, 2002.

Iskak, Jamaludin, ”Pengaruh Besarnya Perusahaan dan Lamanya Waktu Audit Serta Besarnya Kantor Akuntan Publik Terhadap Audit Fee”, Vol 2 (2) Publikasi FE Universitas Tarumanegara, Jakarta, 1999.

Hartono, Jogiyanto, ”Metodologi Penelitian Bisnis: Salah Kaprah dan Pengalaman-Pengalaman” FE UGM, Yogyakarta, 2005.

Lestyorini, Indarti Dwi, ”Efektivitas Audit Investigatif dalam Mengungkap Fraud Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Study kasus pada Badan Pemeriksa Keuangan, jakarta)” Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2007.


(4)

Mayangsari, Sekar. “Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasieksperimen,” Jurnal Akuntansi Indonesia, Jakarta, 2003.

Murtini, Sri, dan Edi Wijayanto, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keahlian Auditor”, Jurnal Akuntansi BPI Volume 9, Semarang, 2003.

Santoso, Singgih, “Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik”, PT. Elex Media Computindo, Jakarta, 2004.

Sawyer, Lawrence B, dkk. “Internal Auditing, Audit Internal Sawyer”, Edisi 5, Salemba Empat, Jakarta, 2009.

Sekaran, Uma, “Metodologi Penelitian untuk Bisnis” Edisi 4, Salemba Empat, Jakarta, 2006.

Senjani, Yayu Putri. “Analisis Pengaruh Kualitas Auditor Terhadap Kualitas Kertas Kerja Audit dengan Ukuran Kantor Akuntan Publik Sebagai Variabel Moderating”, Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009.

Sucipto, Andre, “Analisis pengaruh pengetahuan dan pengalaman terhadap kemampuan akuntan pemeriksa dalam mendeteksi kekeliruan pada KAP di Surabaya”. Universitas Kristen Petra, Surabaya 2007.

Sulistiyowati, Firma, “Peran Fraud Auditor dalam mendeteksi Fraud untuk Mewujudkan Good Governance dan Good Corporate governance di Indonesia” Jurnal Akuntansi dan Keuangan Sektor Publik Vol 04, No. 01, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, 2003.

Tuanakota, Theodorus M., “Akuntansi Forensik dan Investigatif” LPUI, Jakarta, 2006.

Tunggal, Amin Wijaya, ”Pokok-Pokok Audit Kecurangan,” Harvarindo, Jakarta, 2009.

Tumanggor, M.S, “Profesi Penyidikan dan Pemeriksaan Terhadap Tindak Pidana di Bidang Akuntansi,” Jurnal Akuntansi FE-Untar, Jakarta, 2001.

Yuniarti, Emilya, dan Eti, “Pendeteksian Kecurangan Akuntansi dan Dampaknya Terhadap Profesi Akuntan,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Akuntansi Volume. 2, No. 1, 2008.


(5)

Widyastuti, Rani, “Analisis Pengaruh Pengalaman, Kompetensi dan Integritas Auditor Eksternal Terhadap Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan (Fraud)” Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Jakarta, 2009.


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian sertifikasi qualified internal auditor (QIA) dan pengalaman kerja auditor internal terhadap kemampuan dalam mendeteksi fraud (studi empiris pada Perusahaan di Jakarta)

2 18 132

Pengaruh efektivitas penggunaan dan kepercayaan atas teknologi sistem informasi akuntansi terhadap kinerja auditor internal : studi pada auditor di Jakarta

1 28 121

Pengaruh etika, Indenpendensi, pengalaman, dan keahlian auditor terhadap opini audit : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

3 14 155

Pengaruh peran dan tanggung jawab auditor internal terhadap peningkatan efektivitas sistem pengendalian internal

3 43 132

Pengaruh pengalaman auditor terhadap keahlian auditor dalam mengaudit perusahaan : studi empiris pada kantor akuntan publik di jakarta

0 5 92

Kontribusi pengendalian internal dan keahlian auditor terhadap pemeriksaan (fraud Auditing) : studi empiris pada auditor internal dan eksternal di jakarta dan bandung

1 10 90

Pengaruh peran dan kinerja auditor internal terhadap efektivitas sistem pengendalian internal : studi empiris perguruan tinggi badan layanan umum di wilayah Provinsi DKI Jakarta dan Banten

1 18 0

Penggunaan metode red flags untuk mendeteksi kecurangan dalam perusahaan : studi terhadap persepsi eksternal dan internal auditor di wilayah Jakarta dan sekitarnya

6 42 142

Pengaruh profesionalisme auditor internal dan objektivitas auditor internal terhadap lapoiran audit internal pada BUMN di Kota Bandung

0 2 1

Pengaruh independensi auditor internal dan komite audit terhadap pengendalian internal : (penelitian pada perbankan di Bandung yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

1 21 113