Pengaruh Sumber Daya Komite Medik terhadap Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan

(1)

TESIS

OLEH : MUJI DALIFAH

067013022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

T E S I S

Diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

OLEH : MUJI DALIFAH

067013022/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Nama Mahasiswa : Muji Dalifah Nomor Induk Mahasiswa : 067013021

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, M.M) (dr. Jules H Hutagalung, M.P.H) Ketua Anggota

Ketua Program Studi Dekan

(Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si) (Dr. Drs. Surya Utama, M.S)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, M.M Anggota : 1. dr. Jules H Hutagalung, M.P.H

2. Prof. dr. Amri Amir, Sp.F (K), D.F.M, S.H, Sp.Ak. 3. dr. Fauzi, S.K.M.


(5)

PENGARUH SUMBER DAYA KOMITE MEDIK TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN AUDIT MEDIS DI

RUMAH SAKIT UMUM dr. PIRNGADI MEDAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2011


(6)

ABSTRAK

Tata kelola klinik yang baik mengharuskan komite medik untuk melaksanakan kegiatan audit medis agar mendapatkan mutu pelayanan medis yang prima. Kegiatan audit medis yang dilaksanakan secara sistematik dan berkesimbungan akan memberikan dampak semakin membaiknya indikator mutu klinik. Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan mendapatkan angka kematian neto (NDR) tahun 2003 – 2007 sekitar 34,17 – 62,19 ‰. Kementerian kesehatan RI menetapkan nilai standar NDR di bawah 25 ‰.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sumber daya komite medik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis. Jenis penelitian adalah survei tipe explanatory. Populasi penelitian adalah seluruh staf medis yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis dan seluruh populasi diambil menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara sumber daya komite medik (meliputi kemampuan sumber daya manusia, motivasi sumber daya manusia, data indikator mutu klinis, sarana, pedoman kerja dan dana) terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

Disarankan kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk melakukan perbaikan terhadap kualitas sumber daya komite medik. Komite medik diharapkan menyelenggarakan kegiatan audit medis sesuai dengan Permenkes RI nomor 496/MENKES/SK/IV/2005.


(7)

ABSTRACT

Good clinical governance requires the medical committee to providing medical audit activities to achieve excellent medical care. Medical audit activities conducted systematic and regular would improve the clinical quality indicators. The results of preliminary survey done by the researchers at dr. Pirngadi General Hospital in Medan showed that the net death rate (NDR) in 2003 to 2007 about 34.17 to 62.19 ‰. The Ministry of Health approved NDR is below 25 ‰.

The purpose of this study was to analyze the influence of medical committee resources on the implementation of medical audit activities. The study was conducted based on explanatory survey. The population were all of the medical staff that directly responable for the ongoing medical audit activities, totaling 36. The sample taken basically a population sampling. Data were obtained by distributing a questionnaire. The data obtained were analyzed through logistic regression test.

The results of this study showed that there were significant influence between the medical committe resources (including the ability of human resources, motivation of human resources, clinical quality indicator, facilities, work guidelines and funding) on the implementation of medical audit activities in dr. Pirngadi General Hospital Medan.

It is suggested that director of dr. Pirngadi General Hospital Medan must improve the quality of medical committee resources. The medical committee should performed medical audit based on Permenkes RI No. 496/MENKES/SK/IV/2005. Key Word : Medical Committee, Medical Audit.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kekuatan dan rahmatNya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis dengan judul Pengaruh Sumber Daya Komite Medik terhadap Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi

Medan” yang merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas segala jasa-jasa yang diberikan, kepada :

1. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan, perhatian dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si., sebagai Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kemudahan, perhatian dan bimbingan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

3. Dr. Ir. Sri Fajar Ayu, M.M dan dr. Jules H Hutagalung, M.P.H., selaku komisi pembimbing yang dengan kesabaran dan ketelitiannya telah banyak memberikan


(9)

pengarahan, bimbingan dan semangat kepada penulis sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Prof. dr. Amri Amir, Sp.F (K), D.F.M, S.H, dan dr. Fauzi, S.K.M, selaku dosen pembanding yang telah banyak memberikan masukan, saran dan kritikan sehingga tesis ini menjadi lebih baik.

5. dr. H. Sjahrial R Anas, Direktur RSU dr. Pirngadi Medan (2002 – 2009), yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan

6. Seluruh staf pengajar di program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bimbingan kepada penulis selama mengikuti pendidikan. 7. Ayahanda (Alm) Drs. H. Muchlis Tanjung dan ibunda (Almh) Hj. Nurasiani

Hutajulu yang senantiasa memberikan dorongan, semangat dan doa kepada penulis.

8. Suami tercinta dr. Suhartono, Sp.PD dan anak-anakku yang tersayang Fathan Chandra Suhartono, Farhan Aidhil Suhartono dan Fannisa Adani Suhartono, yang telah memberikan semangat dan dukungan serta pengorbanan selama penulis mengikuti pendidikan.

9. Kawan-kawan seangkatan penulis saat mengikuti peminatan administrasi rumah sakit pada program studi magister ilmu kesehatan masyarakat, yang telah membina rasa persaudaraan, kesetiakawanan dan kebersamaan selama menjalani pendidikan.


(10)

10.Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis selama menjalani pendidikan administrasi rumah sakit pada program studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi isi maupun penulisannya, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan pelaksanaan kegiatan audit medis di rumah sakit.

Medan, Agustus 2011 Penulis,


(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Muji Dalifah yang dilahirkan di Pangkalan Brandan Kabupaten Langkat pada tanggal 3 Desember 1976, anak bungsu dari tiga bersaudara, beragama Islam dan betempat tinggal di Jalan P.J Nehru no. 42 Kelurahan Petisah Tengah Kecamatan Medan Petisah Kota Medan.

Penulis menamatkan Sekolah Dasar pada tahun 1989 di SD Muhammadiyah 12 Medan, menamatkan Sekolah Menengah Pertama pada tahun tahun 1992 di SMP Tunas Kartina 2 Medan, menamatkan Sekolah Perawat Kesehatan pada tahun 1995 di SPK DEPKES RI Medan, menamatkan Pendidikan Bidan pada tahun 1996 di Program Pendidikan Bidan DEPKES RI Medan, menamatkan Akademi Kebidanan pada tahun 2001 di Akademi Kebidanan DEPKES RI Medan, memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada tahun 2004 dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Penulis bekerja sebagai Staf SubSeksi Imunisasi Seksi P2PL Dinas Kesehatan Kotamadya Dati II Medan pada tahun 1997 – 2004, Staf Bidang Diklit Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2004 – 2009 dan Staf Seksi Diklat Non Pegawai Bidang Diklat Direktorat Sumber Daya Manusia RSUD dr. Pirngadi Medan pada tahun 2009 – Sekarang.


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ... x

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. ... 1

1.2. Permasalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Hipotesis ... 8

1.5. Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Audit Medis ... ... 10

2.2. Komite Medik ... 16

2.3. Sumber Daya Komite Medik ... 21

2.4. Landasan Teori ... 26

2.5. Kerangka Konsep Penelitian ... 28

BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 29

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 29

3.3. Populasi dan Sampel ... 30

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 30

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 31

3.6. Metode Pengukuran ... 32

3.7. Metode Analisis Data ... 36

BAB 4. HASIL PENELITIAN 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 38

4.2. Analisis Univariat ... 40

4.3. Analisis Bivariat ... 45


(13)

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis di RSU dr. Pirngadi Medan ... 51 5.2. Pengaruh Sumber Daya Komite Medik Terhadap Pelaksanaan

Kegiatan Audit Medis di RSU dr. Pirngadi Medan ... .... 53 5.2.1.Pengaruh Kemampuan Sumber Daya manusia Terhadap

Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis ... ... 54 5.2.2.Pengaruh Motivasi Sumber Daya manusia Terhadap

Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis ... ... 55 5.2.3.Pengaruh Dana Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Audit

Medis ... ... 56 5.2.4.Pengaruh Sarana Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Audit

Medis ... .... 58 5.2.5.Pengaruh Pedoman Kerja Terhadap Pelaksanaan kegiatan

Audit Medis ... .... 60 5.2.6.Pengaruh Data Indikator Klinik Terhadap Pelaksanaan

Kegiatan Audit Medis ... .... 61 5.3. Keterbatasan Penelitian ... 62 BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 64 6.2. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN


(14)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman 1. Angka GDR dan NDR RSU dr.Pirngadi Kota Medan ... 5 2. Aspek Pengukuran Variabel Penelitrian ... 32 3. Ringkasan Hasil Uji Validitas dan Realibilitas Kuesioner ... 35 4. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Kemampuan

Sumber Daya Manusia Komite Medik di RSU dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009 ... 40 5. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Motivasi

Sumber Daya Manusia Komite Medik di RSU dr. Pirngadi

Medan Tahun 2009... 41 6. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Dana di

RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009... 42 7. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Sarana di

RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 42 8. Distribusi Pendapat Responden Menurut Kategori Pedoman

Kerja di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 43 9. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Data

Indikator Klnik di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 ... 44 10. Distribusi Pendapat Responden Menurut Kategori Pelaksanaan

Kegiatan Audit Medis di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 45 11. Hubungan Sumber Daya Komite Medik dengan Pelaksanaan

Kegiatan Audit Medis di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009 46 12. Ringkasan Hasil Uji Regresi Logistik ... 49


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 68

2. Master Tabel Data Penelitian ... 72

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 73

4. Hasil Analisis Univariat ... 80

5. Hasil Analisis Bivariat ... 90

6. Hasil Analisis Multivariat ... 96

7. Izin Penelitian ... 100


(16)

ABSTRAK

Tata kelola klinik yang baik mengharuskan komite medik untuk melaksanakan kegiatan audit medis agar mendapatkan mutu pelayanan medis yang prima. Kegiatan audit medis yang dilaksanakan secara sistematik dan berkesimbungan akan memberikan dampak semakin membaiknya indikator mutu klinik. Hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan mendapatkan angka kematian neto (NDR) tahun 2003 – 2007 sekitar 34,17 – 62,19 ‰. Kementerian kesehatan RI menetapkan nilai standar NDR di bawah 25 ‰.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh sumber daya komite medik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis. Jenis penelitian adalah survei tipe explanatory. Populasi penelitian adalah seluruh staf medis yang bertanggung jawab secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis dan seluruh populasi diambil menjadi sampel penelitian. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner. Analisis data dilakukan dengan uji regresi logistik.

Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh signifikan antara sumber daya komite medik (meliputi kemampuan sumber daya manusia, motivasi sumber daya manusia, data indikator mutu klinis, sarana, pedoman kerja dan dana) terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

Disarankan kepada Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan untuk melakukan perbaikan terhadap kualitas sumber daya komite medik. Komite medik diharapkan menyelenggarakan kegiatan audit medis sesuai dengan Permenkes RI nomor 496/MENKES/SK/IV/2005.


(17)

ABSTRACT

Good clinical governance requires the medical committee to providing medical audit activities to achieve excellent medical care. Medical audit activities conducted systematic and regular would improve the clinical quality indicators. The results of preliminary survey done by the researchers at dr. Pirngadi General Hospital in Medan showed that the net death rate (NDR) in 2003 to 2007 about 34.17 to 62.19 ‰. The Ministry of Health approved NDR is below 25 ‰.

The purpose of this study was to analyze the influence of medical committee resources on the implementation of medical audit activities. The study was conducted based on explanatory survey. The population were all of the medical staff that directly responable for the ongoing medical audit activities, totaling 36. The sample taken basically a population sampling. Data were obtained by distributing a questionnaire. The data obtained were analyzed through logistic regression test.

The results of this study showed that there were significant influence between the medical committe resources (including the ability of human resources, motivation of human resources, clinical quality indicator, facilities, work guidelines and funding) on the implementation of medical audit activities in dr. Pirngadi General Hospital Medan.

It is suggested that director of dr. Pirngadi General Hospital Medan must improve the quality of medical committee resources. The medical committee should performed medical audit based on Permenkes RI No. 496/MENKES/SK/IV/2005. Key Word : Medical Committee, Medical Audit.


(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Globalisasi dan liberalisasi dalam bidang pelayanan kesehatan telah menghantarkan tantangan persaingan dan lingkungan yang kompetitif bagi industri rumah sakit di Indonesia. Untuk dapat memiliki daya saing pada kondisi ini, aspek mutu menjadi sangat penting dan harus mendapat perhatian serius dari pengelola rumah sakit dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Mutu pelayanan yang kurang baik akan menyebabkan terjadinya pemborosan waktu dan sumber daya, meningkatkan kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan pelayanan dan meningkatkan resiko untuk terjadinya kesulitan lain.

Institute of Medicine (IOM) di Amerika Serikat pada tahun 1999 menyebutkan bahwa diperkirakan 44.000 – 98.000 pasien rawat inap per tahun meninggal karena kelalaian medis. Ini menjadi bukti bahwa upaya medik disamping memberikan peluang untuk memperbaiki hasil keluaran klinik, ternyata tidak selalu bebas dari resiko dan kadang justru menimbulkan kecacatan atau bahkan kematian. Dalam keadaan tertentu resiko yang diakibatkan oleh kelalaian, ketidaktahuan atau ketidaksengajaan dapat menimbulkan medical error. Beberapa contoh kelalaian medis adalah kondisi pasien yang semakin memburuk karena keterlambatan penanganan, timbulnya komplikasi akibat kekeliruan pengobatan, pengambilan


(19)

keputusan klinik yang merugikan pasien. Namun lebih dari 60% resiko klinik sebenarnya dapat dicegah apabila standar-standar pelayanan medik yang telah disepakati dapat dipatuhi dan dilaksanakan secara benar dan konsekuen (Depkes RI, 2005).

Rumah sakit adalah lembaga yang memberikan pelayanan klinik dengan badan dan jiwa manusia sebagai sasaran kegiatannya, maka mutu pelayanan medik menjadi indikator penting untuk menilai baik buruknya pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, untuk mewujudkan suatu pelayanan medis yang bermutu sangat diperlukan adanya tata pengaturan yang baik terhadap kegiatan pelayanan medis yang dilaksanakan oleh para dokter, perawat dan tenaga klinik lainnya. Sebagaimana sistem governance di bidang manajemen, pada saat ini telah dikembangkan sistem governance di bidang klinik dengan menggunakan istilah clinical governance, yaitu suatu kerangka kerja yang bertujuan untuk menjamin agar pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan standar pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat profesionalisme tinggi. Dalam konsep ini setiap petugas yang terlibat dalam pelayanan klinik harus memahami dan menerapkan prosedur-prosedur yang dapat mencegah terjadinya resiko akibat penatalaksanaan medik (Djasri, 2006).

Salah satu upaya untuk menjamin terlaksananya pelayanan medis yang bermutu dalam kerangka clinical governance adalah pelaksanaan kegiatan audit medis. Dalam pendekatan ini, kegiatan audit bukan untuk mencari-cari kesalahan


(20)

seseorang tetapi merupakan kegiatan review, surveillance dan assessment secara sistematis dan independen terhadap penyimpangan yang terjadi dalam proses pelayanan yang telah dilaksanakan. Bila dijumpai adanya penyimpangan terhadap prosedur standar yang ada maka harus ada pertimbangan ilmiah yang kuat dan berbasis pada bukti yang dapat diterima secara medik dan ilmiah. Melalui kegiatan audit ini diharapkan dapat memacu tenaga medis untuk menerapkan standar pelayanan yang optimun dalam setiap tindakan medik yang dilakukannya (Kuntjoro, 2005).

Bila ditinjau dari program akreditasi rumah sakit maka audit medis merupakan mekanisme untuk mengawasi dan mengevaluasi penerapan standar pelayanan medis yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan RI (Depkes RI, 1999).

Dalam Undang-Undang RI No.29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dinyatakan bahwa setiap tenaga medis dalam melaksanakan praktik kedokteran baik secara perorangan maupun berkelompok di institusi sarana penyelenggara pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan medis yang sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur operasional serta sesuai dengan kebutuhan pasien. Oleh karena itu para tenaga medis wajib melakukan kendali mutu dan biaya melalui penyelenggaraan audit medis. Standar prosedur operasional dibuat oleh profesi dengan mengacu kepada standar pelayanan medis dari organisasi profesi masing-masing. Sebagai


(21)

pedoman dan acuan awal dalam melakukan audit medis dapat digunakan instrumen yang telah diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan (Dody, 2006).

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Audit Medis di Rumah Sakit dan Keputusan Menteri Kesahatan RI Nomor 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan Internal Staf Medis di Rumah Sakit menyatakan bahwa komite medik merupakan wadah profesional medis yang bertugas melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis. Tugas tugas lainnya adalah menyusun standar prosedur operasional, menyusun indikator mutu pelayanan medis dan melaksanakan audit medis (Depkes RI, 2005).

Rumah sakit umum dr. Pirngadi Medan sebagai salah satu rumah sakit terbesar di Medan, dalam menghadapi persaingan di era globalisasi telah menetapkan visi untuk menjadi rumah sakit yang mandiri, tanggap dan profesional dalam kurun waktu tahun 2006 - 2010. Salah satu upaya untuk mewujudkan visi tersebut adalah melaksanakan program akreditasi rumah sakit untuk bidang pelayanan medis berupa pelaksanaan audit medis. Kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU dr. Pirngadi Medan dalam surat keputusan nomor 1758/066.1/VI/2003 membentuk subkomite audit medis pada komite medik. Subkomite audit medis bertugas melaksanakan kegiatan audit medis untuk menurunkan nilai indikator klinis dalam meningkatkan mutu pelayanan medis (Komite medik RSPM, 2003).

Pada bulan Nopember 2008 penulis melaksanakan survei pendahuluan. Penulis menemukan angka kematian umum per 1000 penderita keluar atau gross


(22)

death rate (GDR) maupun angka kematian 48 jam setelah dirawat per 1000 penderita keluar atau netto death rate (NDR) di RSU dr. Pirngadi Medan selama periode tahun 2003 – 2007. Hasil yang ditemukan adalah NDR RSU dr. Pirngadi Medan masih berada di atas standar yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI. Data ini memberikan gambaran bahwa mutu pelayanan medis masih belum sesuai dengan standar yang diharapkan (Renstra RSPM, 2006).

Tabel 1. Angka GDR dan NDR RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2003 - 2007

No. Indikator Mutu Tahun Angka

standar

2003 2004 2005 2006 2007

1. Angka Kematian

Umum (GDR) 80.10‰ 91.45‰ 88.18‰ 83.71‰ 81.48‰ 45‰ 2. Angka Kematian

Neto (NDR) 34.17‰ 55.98‰ 58.87‰ 62.19‰ 54.77‰ 25‰ Sumber : Renstra RSU dr. Pirngadi Medan 2006-2010.

Dalam pengamatan dan wawancara terhadap 15 orang staf medis didapatkan bahwa : (1) pemahaman staf medis tentang audit medis hanya sebatas pembahasan kasus kematian atau bermasalah, (2) staf medis kurang tertarik untuk mengikuti kegiatan di komite medik atau kelompok staf medis fungsional bila tidak terpaksa, (3) staf medis tidak mengetahui data pencapaian indikator mutu klinik untuk tingkat rumah sakit maupun pada kelompok staf medis fungsional tempatnya bertugas, (4) kasus yang dibahas umumnya berasal dari ruang bangsal dan terkait dengan kegiatan pendidikan dokter spesialis, (5) pembahasan kasus di tingkat kelompok staf medis fungsional (SMF) berlangsung tanpa melibatkan komite medik dan sebaliknya kegiatan pada tingkat komite medik berlangsung tanpa melibatkan seluruh staf medis


(23)

rumah sakit, (6) belum ada ruangan dan staf sekretariat komite medik yang permanen dan (7) belum ada dokumen tentang pedoman audit medis, laporan kegiatan audit, rekomendasi hasil audit dan tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi yang sudah dilaksanakan.

Kegiatan audit medis sebagai proses untuk meningkatkan mutu pelayanan medis dapat berfungsi secara optimal bila dilaksanakan secara berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu sehingga dapat mengenal permasalahan yang ada pada sistem pelayanan medis. Tujuan lainnya adalah agar dapat mencari peluang melakukan perbaikan dan melakukan tindakan perbaikan terhadap sistem yang ada agar tercapainya pelayanan medis prima di rumah sakit. Kegiatan audit medis yang dilaksanakan secara benar dan lengkap berperan besar dalam meningkatkan mutu pelayanan medis. Bila kegiatan audit medis tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang telah di tetapkan maka upaya perbaikan terhadap masalah yang ada dalam proses pelayanan medis tidak mungkin dapat dilaksanakan (Depkes RI, 2005).

Permasalahan yang banyak dihadapi oleh sebagian besar rumah sakit di Indonesia saat ini adalah belum berjalannya kegiatan audit medis secara efisien dan berkesinambungan, sekalipun berbagai pelatihan dan kursus yang berhubungan dengan hal itu telah banyak diikuti oleh para stafnya. Banyak hal berperan dalam timbulnya masalah tersebut, salah satu penyebab yang penting adalah belum siapnya budaya dan lingkungan di rumah sakit bagi tumbuhnya semangat pembelajaran yang ada pada kegiatan audit klinik. Secara teknis, pelaksanaan audit medis bisa dikatakan


(24)

mudah dilakukan, tetapi menyiapkan lingkungan dan budaya yang kondusif serta suportif untuk dilaksanakannya audit merupakan problema tersendiri yang tidak mudah dipecahkan. Jadi dalam pelaksanaannya, melakukan penyiapan lingkungan tersebut kadang justru lebih banyak menyita perhatian, waktu dan alokasi sumber daya lainnya. Hambatan yang umum dihadapi oleh kebanyakan organisasi atau individu untuk dapat terlibat dalam kegiatan audit adalah kekurangan waktu dan sumber daya (Siswishanto, 2004).

Agar suatu kegiatan audit medis dapat dilaksanakan oleh profesi medis sebagai upaya peningkatan mutu pelayanan medis, para staf medis hendaklah memiliki kesediaan (motivasi) untuk dievaluasi dan melaksanakan evaluasi. Staf medis yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan audit harus memiliki kemampuan yang cukup untuk melaksanakan kegiatan audit medis. Dana dan sarana harus tersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan audit medis secara berkala dan berkesinambungan. Pedoman kerja juga harus tersedia, sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan audit medis dan tersedianya data pencapaian indikator mutu klinik sebagai dasar pemilihan topik kegitan audit medis dan evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan audit medis (Depkes RI, 2005).

Dalam uraian terlihat bahwa belum berjalannya kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan sebagaimana yang tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 496/MENKES/SK/IV/2005 dipengaruhi oleh belum optimalnya dukungan dari sumber daya komite medik. Untuk itu peneliti ingin menganalisis


(25)

pengaruh sumber daya komite medik yang meliputi kemampuan SDM komite medik, motivasi SDM komite medik, dana, sarana, pedoman kerja dan data indikator mutu klinis terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang yang disampaikan maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian :

Bagaimana pengaruh sumber daya komite medik yang meliputi kemampuan SDM komite medik, motivasi SDM komite medik, ketersediaan dana, sarana, pedoman kerja dan data indikator mutu klinis terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh sumber daya komite medik (kemampuan SDM komite medik, motivasi SDM komite medik, ketersediaan dana, sarana, pedoman kerja, dan data indikator mutu klinik) terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

1.4. Hipotesis

1. Ada pengaruh kemampuan SDM komite medik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

2. Ada pengaruh motivasi SDM komite medik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.


(26)

3. Ada pengaruh dana (anggaran komite medik) terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

4 Ada pengaruh sarana komite medik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

5. Ada pengaruh ketersediaan pedoman kerja terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

6. Ada pengaruh tersedianya data indikator mutu klinik terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

1.5. Manfaat Penelitian 1.5.1. Bagi rumah sakit

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen rumah sakit umum dr. Pirngadi Medan untuk melakukan upaya penyempurnaan dalam pelaksanaan kegiatan audit medis.

1.5.2. Bagi staf medis

Sebagai bahan informasi bagi staf medis agar dapat melaksanakan upaya perbaikan terhadap kegiatan pelayanan medis yang diberikan sehingga sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan.

1.5.3. Bagi pengembangan ilmu pengetahuan

Hasil penelitian diharapkan akan memperdalam lingkup pembahasan tentang mutu pelayanan medis dalam pengembangan ilmu administrasi rumah sakit.


(27)

B A B 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Audit medis

Audit medis menurut National Institute for Clinical Excellence adalah suatu proses peningkatan mutu guna perbaikan perawatan kepada pasien dan luarannya melalui kajian sistematis terhadap pelayanan berdasarkan kriteria yang eksplisit, dan melakukan upaya-upaya perbaikan. Tujuan melaksanakan audit medis adalah pemeliharaan dan peningkatan mutu pelayanan klinik secara kontinu sehingga tercapainya pelayanan prima di rumah sakit. Kegiatan audit medis dilakukan untuk mengevaluasi mutu pelayanan medis, untuk mengetahui penerapan standar pelayanan medis, untuk melakukan perbaikan-perbaikan upelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis (Rukmono, 2004).

Pelaksana kegiatan audit medis rumah sakit dapat dilakukan oleh komite medis atau sub komite (panitia) peningkatan mutu medis atau Sub komite (panitia) audit medis, dengan melibatkan bagian rekaman medis dan kelompok staf medis. Audit medis harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan bukan untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang, harus dilaksanakan secara objektif, independen dan memperhatikan aspek kerahasiaan pasien dan wajib simpan rahasia kedokteran. Analisis hasil audit medis harus dilakukan oleh kelompok staf medis terkait yang mempunyai kompetensi,


(28)

pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang pelayanan dan atau kasus yang diaudit (Depkes RI, 2005).

Langkah-langkah persiapan, perencanaan dan pelaksanaan audit medis di rumah sakit Indonesia telah tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005. Sebelum melaksanakan audit medis, rumah sakit perlu melakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut :

1. Penetapan organisasi pelaksana audit medis beserta uraian tugas anggota dengan Surat Keputusan Direktur rumah sakit.

2. Menyusun pedoman audit medis rumah sakit, standar prosedur operasional audit medis serta standar dan kriteria jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan audit.

3. Membudayakan upaya self assessment atau evaluasi pelayanan termasuk evaluasi pelayanan medis sehingga setiap orang/unit kerja di rumah sakit sudah terbiasa dengan siklus PDCA (Plan, Do, Check, Action).

4. Membuat ketentuan bahwa setiap dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis wajib membuat rekaman medis dan harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan medis.

5. Melakukan sosialisasi dan atau pelatihan hal-hal yang terkait dengan persiapan pelaksanaan audit medis kepada seluruh tenaga dokter/dokter gigi yang memberikan pelayanan medis di rumah sakit.


(29)

Selain langkah-langkah persiapan tersebut, sebelum audit medis dilakukan perlu membuat perencanaan audit yang meliputi :

1. Apa yang ingin diketahui dari audit harus ditetapkan dengan jelas.

2. Bagaimana menetapkan standar/kriteria yang menjadi acuan dalam melakukan analisa data.

3. Bagaimana melakukan pencarian literatur untuk menetapkan standar/kriteria. 4. Bagaimana menjamin bahwa audit medis dapat mengukur pelayanan medis. 5. Bagaimana menetapkan strategi untuk pengumpulan data dan dari mana saja data

tersebut dikumpulkan.

6. Bagaimana menetapkan sampel dari pasien yang layak.

7. Bagaimana data yang dikumpulkan dianalisa dan dipresentasikan.

8. Susun perkiraan waktu audit, waktu mulai dilakukan audit sampai audit tersebut selesai.

Setelah langkah-langkah persiapan dan perencanaan audit medis dilakukan, maka selanjutnya dilaksanakan langkah-langkah kegiatan audit medis sebagai berikut : 1. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit

Pemilihan topik dapat berupa penanggulangan penyakit tertentu di rumah sakit, penggunaan obat tertentu, tentang prosedur atau tindakan tertentu, tentang infeksi nosokomial di rumah sakit, tentang kematian karena penyakit tertentu, dan lain-lain. Pemilihan topik perlu dilakukan dengan pertimbangan yang seksama karena setiap kegiatan tentu berkonsekuensi pada investasi sumber daya rumah sakit,


(30)

oleh karena itu dalam memilih topik perlu dilakukan penetapan prioritas dengan mempertimbangkan : adanya kecukupan bukti yang dapat dipakai menyusun pedoman atau standar, merupakan masalah kualitas yang serius, peluang untuk dapat diperbaiki, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan, dan sesuai dengan prioritas organisasi.

2. Penetapan standar dan kriteria.

Setelah topik dipilih maka perlu ditentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, objektif dan rinci terkait dengan topik tersebut. Penetapan standar dan prosedur ini oleh peer group (kelompok staf medis terkait) dan atau dengan ikatan profesi setempat. Ada dua level standar dan kriteria yaitu must do yang merupakan absolut minimum kriteria dan should do yang merupakan tambahan kriteria yang merupakan hasil penelitian yang berbasis bukti.

3. Penetapan jumlah sampel yang akan diaudit.

Dalam mengambil sampel bisa dengan menggunakan metode pengambilan sampel tetapi bisa juga dengan cara sederhana yaitu menetapkan kasus yang akan diaudit dalam kurun waktu tertentu, misalnya kasus typhus abdominalis dalam kurun waktu januari sampai maret.

4. Membandingkan standar/kriteria dengan pelaksanaan pelayanan.

Tim pelaksana audit medis mempelajari rekaman medis untuk mengetahui apakah kriteria atau standar dan prosedur yang telah ditetapkan tadi telah dilaksanakan atau telah dicapai dalam masalah atau kasus-kasus yang dipelajari. Data tentang


(31)

kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, dipisahkan dan dikumpulkan untuk dianalisa.

5. Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria.

Tim pelaksana audit medis menyerahkan kasus yang tidak sesuai standar/kriteria

kepada ”peer-group” atau kelompok staf medis untuk dinilai lebih lanjut. Kasus -kasus tersebut dianalisa dan didiskusikan apa kemungkinan penyebabnya dan mengapa terjadi ketidaksesuaian dengan standar.

6. Tindakan korektif

Peer group melakukan upaya perbaikan terhadap penyebab masalah yang dijumpai.

7. Rencana re-audit

Mempelajari kembali topik yang sama di waktu kemudian, misalnya setelah enam bulan. Tujuan re-audit dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah sudah ada upaya perbaikan. Hal ini bukan berarti topik audit adalah sama terus menerus, audit yang dilakukan 6 (enan) bulan kemudian ini lebih untuk melihat upaya perbaikan. Namun sambil melihat upaya perbaikan ini, tim pelaksana audit dan peer group dapat memilih topik yang lain.

Terlaksananya langkah-langkah audit medis sebagaimana tersebut diatas sangat tergantung dengan motivasi staf medis untuk meningkatkan mutu pelayanan.

Program audit medis biasanya dipublikasi paling lama setiap 6 bulan sekali dalam rapat komite medik yang khusus membahas hasil audit medis. Kesuksesan


(32)

program audit dibutuhkan keterlibatan seluruh kelompok staf medis, karena itu rapat komite medik yang membahas hasil audit medis harus dihadiri oleh seluruh kelompok staf medis, minimal kelompok staf medis yang terkait dengan topik audit medis tersebut. Rapat dimulai dengan presentasi dari ketua komite medik tentang latar belakang atau dasar pemilihan topik, dilanjutkan dengan presentasi hasil audit oleh ketua tim pelaksana audit, kemudian hasil audit didiskusikan secara bebas diantara para kelompok staf medis dan dibuatkan kesimpulan dalam notulen rapat secara jelas, sederhana dan lengkap oleh sekretaris komite medis. Pertemuan ditutup oleh ketua komite medik dengan kesimpulan tentang alternatif pemecahan masalah dan penetapan rencana audit/ presentasi yang akan datang. Melalui mekanisme rapat audit medis dapat pula dilaksanakan pembahasan kasus yang merupakan salah satu bentuk audit medis yang sederhana atau tingkat awal. Pembahasan kasus dapat dilakukan untuk kasus kematian, kasus kesakitan, kasus langka, kasus sulit, kasus pengadilan dan lain sebagainya, dimana kasus tersebut dapat berasal dari jajaran direksi, komite medis, ketua kelompok staf medis, tuntutan/komplain dari pasien/pihak ketiga dan lain sebagainya (Depkes RI, 2005 a).

Menurut pedoman audit medis dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dinyatakan agar proses audit medis dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan audit medis paling lama setiap tahun. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengembangkan indikator mutu antara lain :


(33)

1. Jumlah pembahasan kasus pertahun. 2. Jumlah pelaksanaan audit medis pertahun

3. Prosentase rekomendasi dari pembahasan kasus yang sudah dilaksanakan 4. Prosentase rekomendasi dari hasil audit medis yang sudah dilaksanakan 5. Prosentase penurunan medical error.

Evaluasi dan monitoring juga dapat dilaksanakan melalui program akreditasi rumah sakit meliputi :

1. Keberadaan tim pelaksana audit medis 2. Pedoman audit medis

3. Jumlah kasus yang dilakukan audit minimal 3 (tiga) buah 4. Laporan kegiatan audit medis

5. Rekomendasi dari hasil audit

6. Tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi. 2.2. Komite Medik

Tenaga medis merupakan sumber daya manusia rumah sakit yang paling potensial. Maju mundurnya rumah sakit antara lain sangat ditentukan oleh keberhasilan manajemen tenaga medis. Dalam kaitan manajemen tenaga medis, pemerintah telah melakukan penyempurnaan di bidang organisasi rumah sakit dengan memberlakukan Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.983/Menkes/SK/XII/1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, dimana dalam struktur organisasi rumah sakit terdapat wadah yang bertugas membantu direktur rumah sakit untuk


(34)

menjaga kualitas pelayanan medik dengan menghimpun, mengatur, mengawasi dan mengembangkan tenaga medis di rumah sakit, yaitu komite medik. Petunjuk pelaksanaan struktur organisasi komite medik ini diperjelas dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis No.811/2/2/VII/1993 dan petunjuk teknisnya melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis No.HK.00.06.2.3.730 tahun 1995.

Komite medik adalah wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua kelompok staf medis atau yang mewakili. Pembentukan komite medik rumah sakit pemerintah ditetapkan dengan surat keputusan direktur rumah sakit dengan masa kerja selama 3 tahun. Komite medik mempunyai otoritas tertinggi di dalam pengorganisasi staf medis dan bertanggung jawab terhadap mutu pelayanan medis, pembinaan etik kedokteran dan pengembangan profesi medis, untuk itu komite medik mempunyai kewajiban (a) menyusun peraturan internal staf medis, (b) membuat standarisasi format untuk standar pelayanan medis, standar prosedur operasional dibidang manajerial/administrasi dan bidang keilmuan/profesi, standar profesi dan standar kompetensi, (c) membuat standarisasi format pengumpulan, pemantauan dan pelaporan indikator mutu klinik, (d) melakukan pemantauan mutu klinik, etika kedokteran dan pelaksanaan pengembangan profesi medis (Depkes RI, 2005 b).


(35)

Keputusan Menteri Kesehatan RI No.631/Menkes/SK/IV/2005 tentang peraturan internal staf medis di rumah sakit, menyatakan fungsi, tugas dan wewenang komite medik sebagai berikut :

1. Fungsi komite medik

- Memberikan saran kepada direktur rumah sakit

- Mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pelayanan medis - Menangani hal-hal yang berkaitan dengan etik kedokteran,

- Menyusun kebijakan pelayanan medis sebagai standar yang harus dilaksanakan oleh semua kelompok staf medis di rumah sakit.

2. Tugas komite medik :

- Membantu direktur rumah sakit menyusun standar pelayanan medis dan memantau pelaksanaannya,

- Melaksanakan pembinaan etika, disiplin dan mutu profesi, - Mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf medis,

- Membantu direktur rumah sakit menyusun medical staff bylaws dan memantau pelaksanaannya,

- Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan mediko-legal

- Membantu direktur rumah sakit menyusun kebijakan dan prosedur yang terkait dengan etiko-legal.


(36)

- Melakukan kordinasi dengan direktur medis dalam melaksanakan pemantauan dan pembinaan pelaksanaan tugas kelompok staf medis.

- Meningkatkan program pelayanan, pendidikan dan pelatihan serta penelitian dan pengembangan dalam bidang medis.

- Melakukan monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis antara lain melalui monitoring dan evaluasi kasus bedah, penggunaan obat, farmasi dan terapi, ketepatan, kelengkapan dan keakuratan rekaman medis, tissue review, mortalitas dan morbiditas, medical care review/peer review/audit medis melalui pembentukan sub komite - sub komite.

- Memberikan laporan kegiatan kepada direktur rumah sakit dan atau pemilik rumah sakit.

3. Wewenang komite medik :

- Memberikan usul rencana kebutuhan dan peningkatan kualitas tenaga medis - Memberikan pertimbangan tentang rencana pengadaan, penggunaan dan

pemeliharaan peralatan medis dan penunjang medis serta pengembangan pelayanan medis.

- Monitoring dan evaluasi yang terkait dengan mutu pelayanan medis sesuai yang tercantum di dalam tugas komite medis.

- Monitoring dan evaluasi efisiensi dan efektifitas penggunaan alat kedokteran di rumah sakit.


(37)

- Melaksanakan pembinaan etika profesi serta mengatur kewenangan profesi antar kelompok staf.

- Membentuk tim klinis yang mempunyai tugas menangani kasus-kasus pelayanan medik yang memerlukan koordinasi lintas profesi, misalnya penanggulangan kanker terpadu, pelayanan jantung terpadu dan lain sebagainya.

- Memberikan rekomendasi tentang kerjasam antara rumah sakit dan fakultas kedokteran/institusi pendidikan lain.

Dalam melaksanakan tugasnya komite medik dapat dibantu oleh sub komite yang pembentukannya ditetapkan oleh direktur rumah sakit atas usulan ketua komite medis setelah mendapat kesepakatan dalam rapat pleno komite medik dan disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit. Sub komite tersebut antara lain :

1. Sub komite peningkatan mutu profesi medis, yang fungsinya melaksanakan kebijakan komite medik di bidang mutu profesi medis dengan membuat program kerja dan jadwal kegiatan, membuat panduan mutu pelayanan medis, melakukan pemantauan dan pengawasan mutu pelayanan medis, menyusun indikator mutu klinik dengan melakukan koordinasi dengan kelompok staf medis dan unit kerja, melakukan koordinasi dengan komite peningkatan mutu rumah sakit dan melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.

2. Sub komite kredensial, yang fungsinya melaksanakan kebijakan komite medik di bidang kredensial profesi medis dengan melakukan review permohonan untuk


(38)

menjadi anggota staf medis rumah sakit secara total obyektif, adil, jujur dan terbuka, membuat rekomendasi hasil review berdasarkan kriteria yang ditetapkan dan sesuai dengan kebutuhan staf medis di rumah sakit, membuat laporan kepada komite medik apabila permohonan sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam perturan internal staf medis di rumah sakit, melakukan review kompetensi staf medis dan memberikan laporan serta rekomendasi kepada komite medik dalam rangka pemberian clinical privileges, reapoinments dan penugasan staf medis pada unit kerja, membuat rencana kerja sub komite kredensial, melaksanakan rencana kerja sub komite kredensial, menyusun tata laksana dan instrumen kredensial, melaksanakan kredensial dengan melibatkan lintas fungsi sesuai kebutuhan, dan membuat laporan berkala kepada komite medis.

3. Sub komite etika dan disiplin profesi, yang berfungsi melaksanakan kebijakan komite medik dibidang etika dan disiplin profesi medis dengan membuat dan melaksanakan rencana kerja, menyusun tatalaksana pemantauan dan penanganan masalah etika dan disiplin profesi, melakukan sosialisasi yang terkait dengan etika profesi dan disiplin profesi, mengusulkan kebijakan yang terkait dengan bioetika, melakukan koordinasi dengan komite etik rumah sakit dan melakukan pencatatan dan pelaporan secara berkala.

2.3. Sumber Daya Komite Medik

Dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI No.631/Menkes/SK/IV/2005 tentang peraturan internal staf medis di rumah sakit, dinyatakan bahwa komite medik


(39)

bertugas melakukan evaluasi dan monitoring mutu pelayanan medis yang telah dilaksanakan yang diantaranya melalui penyelenggaraan kegiatan seperti audit medis. Pelaksanaan serangkaian kegiatan fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan memerlukan dukungan sumber daya organisasi agar mencapai tujuan organisasi. Sumber daya organisasi rumah sakit meliputi sumber daya manusia, keuangan, metode, sarana, peralatan dan informasi (Sabarguna, 2004).

2.3.1. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam pelayanan medis meliputi tenaga dokter, dokter gigi, dokter/dokter gigi spesialis yang dikelompokkan sebagai staf medis fungsional sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Dukungan sumber daya manusia bagi terlaksananya tujuan organisasi sangat dipengaruhi oleh faktor kemampuan dan faktor motivasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Keith Davis (dikutip dari Mangkunegara, 2005) yang merumuskan bahwa :

Human performance = Ability x Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x Skill

Kemampuan sumber daya manusia dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dan ketrampilan. Karyawan dengan pendidikan atau pengetahuan yang memadai untuk menjalankan pekerjaan serta terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari akan lebih mudah mencapai prestasi yang


(40)

diharapkan. Oleh karena itu karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (Riduwan, 2002)

Motivasi dapat diartikan sebagai suatu sikap sumber daya manusia di lingkungan organisasinya. Motivasi ialah konsep yang menguraikan tentang kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri karyawan memulai dan mengarahkan perilaku (Gibson, 1997). Selanjutnya menurut Sedermayanti (dikutip dari Riduwan, 2002), motivasi adalah keseluruhan proses pemberian motif kepada para bawahan sedemikian rupa sehingga mereka mau bekerja dengan iklas demi tercapainya tujuan organisasi dengan efektif dan efisien. Dalam buku yang sama, George R.Terry berpendapat bahwa motivasi adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan.

Teori-teori motivasi dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu : 1. Teori motivasi dengan pendekatan isi (Content Theory)

2. Teori motivasi dengan pendekatan proses (Process Theory)

3. Teori motivasi dengan pendekatan penguat (Reinforcement Theory)

Teori motivasi dengan pendekatan isi lebih banyak menekankan pada faktor apa yang membuat karyawan melakukan suatu tindakan tertentu, contohnya teori motivasi Abraham Maslow. Teori motivasi pendekatan proses tidak hanya menekankan pada faktor apa yang membuat karyawan bertindak, tetapi juga bagaimana karyawan tersebut termotivasi, contohnya teori motivasi berprestasi dari David Mc.Clelland. Teori motivasi dengan pendekatan penguat lebih menekankan


(41)

pada faktor-faktor yang dapat meningkatkan suatu tindakan dilakukan atau yang dapat mengurangi suatu tindakan, contohnya teori motivasi dari Skinner (Mangkunegara, 2005).

Teori kebutuhan tentang motivasi dari Maslow menyebutkan jika kebutuhannya terpenuhi karyawan akan memperlihatkan perilaku gembira sebagai manifestasi dari rasa puasnya. Menurut hirarki kebutuhan manusia adalah :

1. Kebutuhan fisiologis yaitu kebutuhan untuk bernafas, makan, minum. 2. Kebutuhan rasa aman yaitu perlindungan dari ancaman bahaya.

3. Kebutuhan untuk rasa memiliki yaitu diterima dalam kelompok, interaksi. 4. Kebutuhan akan harga diri yaitu kebutuhan untuk dihargai, dihormati.

5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan, ketrampilan dan potensi.

2.3.2. Sumber Daya Keuangan (dana)

Berdasarkan analisis terhadap keputusan menteri kesehatan RI Nomor 496/MENKES/SK/IV/2005, didapatkan bahwa untuk melaksanakan berbagai aktivitas monitoring dan evaluasi mutu pelayanan medis secara berkala dan berkesinambungan memerlukan dukungan dana, seperti untuk :

1. Biaya konsumsi peserta rapat 2. Biaya penggandaan dokumen 3. Biaya pengadaan sarana pendukung 3. Insentif bagi petugas pelaksana kegiatan


(42)

4. Honor untuk konsultan tamu

Untuk menjamin ketersediaan dana agar kegiatan komite medik dapat berlangsung dengan baik maka dana yang dibutuhkan tersebut harus sudah dialokasikan dalam anggaran kegiatan pelayanan medis rumah sakit.

2.3.3. Sumber Daya Sarana

Berdasarkan analisis terhadap keputusan menteri kesehatan RI nomor 496/MENKES/SK/IV/2005, didapatkan bahwa untuk mendukung pelaksanaan kegiatan komite medik dibutuhkan sarana berupa :

1. Ruang rapat yang dapat menampung kehadiran dari seluruh anggota kelompok staf medis rumah sakit.

2. Peralatan audio visual untuk presentasi

3. Ruang sekretariat komite medis/tim pelaksana audit medis yang mandiri dan permanen.

4. Perangkat komputer untuk pengolahan data dan penyusunan laporan

5. Standar pelayanan medis dan standar prosedur operasional kegiatan pelayanan medis sebagai alat ukur dalam melakukan analisa.

2.3.4. Pedoman Kerja

Agar komite medik dapat melaksanakan kegiatan manajemen mutu secara sistematis, objektif dan berkesinambungan maka dibutuhkan adanya suatu pedoman kerja sebagai acuan bagi petugas pelaksanaan kegiatan. Dalam pedoman kerja berisi


(43)

tujuan pelaksanaan kegiatan, tata laksana kegiatan, mekanisme pelaksanaan kegiatan dan upaya monitoring atau evaluasi mutu pelaksanaan kegiatan (Depkes RI, 2005). 2.3.5. Sumber Daya Informasi

Kegiatan manajemen mutu pelayanan medis sangat membutuhkan ketersediaan data pencapaian indikator mutu klinis. Data ini dibutuhkan sebagai bahan untuk pemilihan topik pelaksanaan kegiatan perbaikan mutu dan untuk mengadakan monitoring atau evaluasi keberhasilan pelaksanaan kegiatan peningkatan mutu. Data informasi mutu klinik ini dapat diperoleh dari unit rekaman medis rumah sakit antara lain meliputi angka kematian, angka infeksi, angka kesalahan tindakan medis, angka komplikasi akibat tindakan medis (Depkes RI, 2005).

2.4. Landasan Teori

Setiap organisasi rumah sakit diharapkan dapat menyelenggarakan kendali mutu melalui kegiatan audit medis secara berkala dan berkesinambungan. Audit medis merupakan suatu sistem dan proses untuk melakukan monitoring dan peningkatan mutu pelayanan medis. Dalam kegiatan audit medis dilakukan evaluasi secara professional terhadap tindakan medis yang telah diberikan kepada pasien melalui pelaksanaan suatu siklus kegiatan yang terdiri dari langkah-langkah PDCA secara berkala dan berkesinambungan terhadap faktor masukan, proses dan keluaran dari tindakan medis yang telah diberikan kepada pasien dengan menggunakan kriteria-kriteria yang telah dinyatakan secara eksplisit, agar dapat menemukan masalah-masalah yang tersembunyi dalam proses pelayanan medis, melakukan upaya


(44)

perbaikan dan monitoring untuk mempertahankan perbaikan yang telah dilaksanakan (Depkes, 2005).

Dari aspek pendekatan sistem manajemen mutu pelayanan medis, upaya perbaikan mutu pelayanan medis melalui kegiatan audit medis harus dilakukan bersamaan dengan menciptakan lingkungan yang mendukung karena terdapat hubungan timbal balik antara metoda audit dan lingkungan dimana metoda tersebut diterapkan. Apabila lingkungan sudah mendukung, akan tetapi metoda audit belum dipergunakan dengan tepat, maka perbaikan yang terjadi tidak akan sebaik seperti yang diharapkan atau tidak ada bukti yang dapat menunjukkan bahwa telah terjadi perbaikan. Demikian juga halnya bila metoda audit diterapkan di lingkungan yang belum mendukung, maka tidak akan menghasilkan perbaikan dalam mutu pelayanan medis (Siswishanto, 2004).

Lingkungan yang mendukung pelaksanaan kegiatan audit antara lain adalah adanya staf medis yang memiliki kemampuan (pengetahuan dan ketrampilan) yang cukup untuk pelaksanaan kegiatan audit medis, adanya motivasi staf medis untuk melakukan perubahan melalui kegiatan audit medis, adanya sistem yang jelas untuk pengelolaan kegiatan audit (dana, sarana, standar pelayanan medis), adanya komitmen untuk penyelenggaraan kegiatan audit medis (tim audit dan metode audit), adanya ketersediaan data indikator mutu klinis dan mekanisme yang memudahkan pengumpulan data (National Institute for Clinical Exellence, 2002). Menurut Manullang (2004), sarana atau alat yang digunakan untuk mendukung pelaksanaan


(45)

kegiatan manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengarahan untuk mencapai tujuan organisasi disebut sebagai sumber daya organisasi.

Adanya indikator mutu pelayanan medis yang belum sesuai dengan standar yang ditetapkan menunjukkan bahwa kegiatan audit medis belum befungsi secara baik (audit medis belum dilaksanakan sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam pedoman audit atau kegiatan audit medis belum dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan), atau kegiatan audit medis belum didukung oleh sumber daya yang memadai.

2.5. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan landasan teori, maka dapat dirumuskan kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

Sumber Daya Komite Medik

 Kemampuan SDM komite medik  Motivasi SDM komite medik  Dana

 Sarana

 Pedoman kerja

 Data indikator mutu klinik

Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis


(46)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dengan metode explanatory yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis. Penelitian ini digunakan untuk menganalisis besarnya pengaruh sumber daya komite medis (meliputi kemampuan dan motivasi sumber daya manusia, dana, sarana, pedoman kerja dan data indikator mutu klinik) terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU dr. Pirngadi Medan, dengan pertimbangan bahwa RSU dr. Pirngadi Medan memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pelayanan medis melalui pelaksanaan kegiatan audit medis.

3.2.2. Waktu Penelitian

Kegiatan survei pendahuluan, penyusunan proposal, seminar proposal, pengumpulan data, analisa data dan penyusunan laporan penelitian berlangsung selama 12 bulan. Kegiatan seminar hasil penelitian dilaksanakan bulan Juli 2010.


(47)

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh staf medis yang berada dalam kepengurusan komite medik dan secara langsung mempunyai tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Sesuai dengan tanggung jawab diatas, maka populasi penelitian terdiri dari pimpinan komite medik, anggota komite medik yang bertugas sebagai subkomite audit medis dan ketua kelompok staf medis fungsional. Pada penelitian pendahuluan diketahui populasi ini berjumlah 36 orang.

3.3.2. Sampel

Menurut Arikunto (2002), jika jumlah populasi kurang dari 100, sebaiknya seluruh populasi diambil menjadi sampel penelitian. Berdasarkan pendapat Arikunto tersebut, maka peneliti mengambil seluruh populasi penelitian sebagai sampel penelitian.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada responden dengan berpedoman pada kuesioner penelitian. Data sekunder diperoleh dengan mengutip data dokumen komite medik, bidang pelayanan medik, kelompok staf medis, bidang rekaman medik dan subbagian kepegawaian Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.


(48)

3.5. Variabel dan Definisi operasional 3.5.1. Variabel

Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis, maka dalam penelitian ini ditetapkan sebagai variabel bebas adalah sumber daya komite medis (X), yang terdiri dari komponen kemampuan sumber daya manusia (X1), motivasi sumber daya manusia (X2), dana (X3), sarana (X4), pedoman kerja (X5), data indikator mutu klinis (X6), dan variabel terikat adalah pelaksanaan kegiatan audit medis (Y).

3.5.2. Definisi Operasional

1. Kemampuan sumber daya manusia (X1) adalah pengetahuan tentang audit medis. 2. Motivasi sumber daya manusia (X2) adalah dorongan dan semangat untuk

mendukung terlaksananya kegiatan audit medis

3. Dana (X3) adalah dana untuk mendukung pelaksanaan kegiatan audit medis. 4. Sarana (X4) adalah peralatan standar untuk pelaksanaan kegiatan audit medis. 5. Pedoman kerja (X5) adalah panduan untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

audit medis.

6. Data indikator mutu klinik (X6) adalah data hasil pencapaian indikator standar mutu pelayanan medis.

7. Pelaksanaan Kegiatan Audit medis (Y) adalah pelaksanaan kegiatan yang sesuai dengan standar pedoman audit medis


(49)

3.6. Metode Pengukuran

Pengukuran terhadap variabel bebas (X) dan terikat (Y) dilakukan dengan menpergunakan skala ordinal. Kepada responden diberikan 33 pertanyaan untuk pengukuran variabel bebas dan 8 pertanyaan untuk pengukuran variabel terikat. Setiap pertanyaan terdiri dari dua pilihan jawaban, dimana jawaban YA diberi nilai 1 dan jawaban TIDAK diberi nilai 0. Selanjutnya total nilai dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu :

1. Kurang Baik, bila nilai yang diperoleh <75% total nilai 2. Baik, bila nilai yang diperoleh ≥ 75% total nilai

Tabel 2. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Variabel Dependen

Variabel Kategori

jawaban Nilai Interval

Kategori Variabel

Skala Ukur

Kemampuan SDM (X1) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Motivasi SDM (X2) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Dana (X3) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Sarana (X4) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Pedoman kerja (X5) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Data indikator mutu klinik (X6) 0. TIDAK 1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik

2. Baik Ordinal

Pelaksanaan audit medis (Y) 0. TIDAK

1. YA

1. < 75% total skor 2. ≥ 75% total skor

1. Kurang Baik


(50)

Data yang valid dan reliabel sangat dibutuhkan untuk menghasilkan penelitian yang baik dan bermutu, oleh karena itu perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas terhadap pertanyaan dan variabel dalam kuesioner sebelum digunakan dalam proses pengumpulan data.

Uji validitas ditujukan untuk mengetahui sejauhmana suatu instrumen penelitian benar-benar tepat digunakan untuk mengukur peristiwa yang diteliti. Pengujian dilakukan dengan menggunakan formula Pearson product moment corelation coeficient (r) sebagai berikut :

N (∑ xy) –(∑ x ∑ y)

r = --- {[ N ∑ x2–(∑ x)2] . [ N ∑y2. (∑y)2]}1/2 Keterangan :

x = skor tiap-tiap variabel y = skor total tiap responden N = jumlah responden

Jika nilai r hitung > r tabel, maka dinyatakan valid Jika nilai r hitung < r tabel, maka dinyatakan tidak valid

Uji validitas yang dilakukan terhadap tiap butir pertanyaan yang digunakan dalam penelitian ini didapati nilai r hitung berkisar antara 0,433 – 0,985. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel (0,299), sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh pertanyaan dalam kuesioner penelitian berstatus valid. Ringkasan dari hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3.2.


(51)

Uji reliabilitas ditujukan untuk mengetahui sejauh mana konsistensi hasil penelitian jika kegiatan tersebut dilakukan berulang-ulang. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan formula Alpha Cronbach sebagai berikut :

M ( Vt.Vx) Rtt = ---

M.1 (Vt) Keterangan :

Vt = variasi total Vx = variasi butir-butir M = jumlah butir pertanyaan

Jika nilai r Alpha > r tabel, maka dinyatakan reliabel. Jika nilai r Alpha < r tabel, maka dinyatakan tidak reliabel.

Uji reliabilitas yang dilakukan terhadap tiap variabel dari kuesioner penelitian didapati nilai Alpha berkisar antara 0,8389 – 0,9661. Hasil ini menunjukkan bahwa Alpha variabel kuesioner lebih besar dari nilai r tabel (0,299), sehingga dapat dinyatakan bahwa seluruh pertanyaan variabel dari kuisioner berstatus reliabel. Ringkasan dari hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 3.2.


(52)

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Penelitian

Variabel Pertanyaan r Hitung Status r Tabel Alpha Status

Kemanpuan SDM (X1) 1 2 3 4 5 6 7 8 0,436 0,396 0,386 0,705 0,313 0,638 0,471 0,524 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,777

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Motivasi SDM (X2) 9 10 11 12 13 0,344 0,426 0,617 0,662 0,307 Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,710

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Dana (X3) 14

15 16 17 18 0,615 0,345 0,508 0,325 0,480 Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,696

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel

Sarana (X4) 19

20 21 22 23 0,367 0,609 0,754 0,376 0,658 Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,771

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Pedoman Kerja (X5) 24 25 26 27 28 0,371 0,650 0,424 0,687 0,385 Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,737

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Data Indikator Klinik (X6) 29 30 31 32 33 0,309 0,329 0,327 0,434 0,582 Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,639

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Pelaksanan Kegiatan Audit Medis (Y) 34 35 36 37 38 39 40 41 0,566 0,586 0,375 0,595 0,360 0,640 0,668 0,545 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0,299 0,819

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel


(53)

3.7. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan selanjutnya diedit, dikoding dan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sesuai dengan variabel yang diteliti. Dengan menggunakan program SPSS, penulis melakukan beberapa analisis data :

1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah chi square. 3. Analisis Multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk mengetahui pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah regresi logistik berganda.

Sebelum dilakukan uji regresi logistik terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang meliputi :

1. Uji heteroskedastisitas : bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika varians tidak sama dikatakan heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika varian sama dikatakan homokedastisitas. Pada model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas.


(54)

2. Uji multikolinieritas : bertujuan untuk mengetahui apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat multikolinieritas. Pada model regresi yang baik tidak terdapat multikolinieritas.

3. Uji Autokorelasi : bertujuan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem otokorelasi. Pada model regresi yang baik bebas dari otokorelasi.

Persamaan uji regresi logistik yang digunakan pada penelitian ini adalah : Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + b4x4 + b5x5 + b6x6 + e

Dimana :

Y : Pelaksanaan kegiatan audit medis a : Konstanta

b1- b6 : Koefisien regresi logistik

x1 : Kemampuan sumber daya manusia x2 : Motivasi sumber daya manusia x3 : Dana

x4 : Sarana

x5 : Pedoman kerja

x6 : Data indikator mutu klinis e : Error term


(55)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Umum dr Pirngadi Medan merupakan rumah sakit dengan klasifikasi tipe B pendidikan milik pemerintah kota Medan yang berlokasi di jalan Prof. H M Yamin SH No. 47, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Medan Timur. Rumah sakit ini memiliki kapasitas rawat inap sebanyak 750 tempat tidur dengan didukung oleh 194 tenaga medis, 582 tenaga paramedis keperawatan, 164 paramedis non keperawatan dan 301 tenaga non medis. Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan saat ini telah memiliki kemandirian dalam menyelenggarakan pelayanan medis spesialistik lengkap dan subspesialistik luas. Rumah sakit ini juga menyelenggarakan pendidikan profesi bagi mahasiswa dari berbagai institusi pendidikan tenaga kesehatan dan menjadi rumah sakit rujukan bagi rumah sakit lain yang ada di daerah Sumatera bagian Utara.

Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan telah membentuk organisasi komite medik untuk membantu direktur rumah sakit dalam mengelola kegiatan pelayanan medis. Kepengurusan komite medik ditetapkan oleh direktur dengan masa kerja selama 3 tahun dengan susunan terdiri dari ketua merangkap anggota, wakil ketua merangkap anggota, sekretaris merangkap anggota, anggota (para ketua kelompok staf medis fungsional) dan 5 subkomite (subkomite audit medis, etika profesi dan


(56)

peningkatan mutu profesi medis, subkomite rekaman medis, subkomite kredensial, subkomite pengendalian infeksi nosokomial dan subkomite kanker). Untuk kepentingan pelayanan, pendidikan dan penelitian maka staf medis fungsional yang bekerja di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dikelompokan menjadi 20 kelompok staf medis fungsional (SMF) berdasarkan keahliannya.

Gambar 2. Struktur Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan KETUA

WAKIL KETUA

ANGGOTA

1. Ka. SMF Penyakit Dalam 11. Ka. SMF Kardiologi 2. Ka. SMF Penyakit Anak 12. Ka. SMF Gigi Mulut

3. Ka. SMF Bedah 13. Ka. SMF Psikiatri

4. Ka. SMF Mata 14. Ka. SMF Forensik

5. Ka. SMF THT 15. Ka. SMF Bedah Saraf

6. Ka. SMF Kulit Kelamin 16. Ka. SMF Kebidanan & Kandungan

7. Ka. SMF Neurologi 17. Ka. SMF Patologi Anatomi

8. Ka. SMF Paru 18. Ka. SMF Patologi Klinik

9. Ka. SMF Rehabilitasi Medik 19. Ka. SMF Anestesi & Reanimasi

10. Ka. SMF Radiologi 20. Ka. SMF Dokter Umum

SEKRETARIS DIREKTUR

SUB KOMITE

1. Sub Komite Audit Medis, Etika Profesi dan Peningkatan Mutu Profesi Medis 2. Sub Komite Rekaman Medis

3. Sub Komite Kredensial

4. Sub Komite Pengendalian Infeksi Nosokomial 5. Sub Komite Kanker


(57)

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran`distribusi frekuensi dari sumber daya komite medik dan pelaksanaan kegiatan audit medis. Sumber daya komite medik seperti yang telah dipaparkan pada bahagian sebelumnya terdiri dari kemampuan sumber daya manusia komite medik, motivasi sumber daya manusia komite medik, dana komite medik, sarana komite medik, pedoman kerja komite medik, data indikator mutu klinik komite medik.

4.2.1. Kemampuan Sumber Daya Manusia Komite Medik

Hasil penelitian mengenai kemampuan sumber daya manusia komite medik diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan kuesioner penelitian nomor 1 sampai 8. Gambaran mengenai kemampuan sumber daya manusia komite medik tentang audit medis disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Kemampuan Sumber Daya Manusia Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Kategori Frekuensi %

1. Baik 4 11,1

2. Tidak Baik 32 88,9

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa kemampuan sumber daya manusia komite medik tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 32 orang (88,9%). Responden yang berpendapat bahwa kemampuan sumber daya manusia komite medik tergolong dalam kategori baik sebanyak 4 orang (11,1%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan


(58)

secara umum bahwa kemampuan sumber daya manusia komite medik tentang audit medis masih belum baik.

4.2.2. Motivasi Sumber Daya Manusia Komite Medik

Hasil penelitian mengenai motivasi sumber daya manusia komite medik diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan kuesioner penelitian nomor 9 sampai 13. Gambaran mengenai motivasi sumber daya manusia komite medik tentang audit medis disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Motivasi Sumber Daya Manusia Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Kategori Frekuensi %

1. Baik 8 22,2

3. Tidak Baik 28 77,8

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa memiliki motivasi sumber daya manusia komite medik tentang audit medis tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 28 orang (77,8%). Responden yang berpendapat motivasi sumber daya manusia komite medik termasuk dalam kategori baik hanya sebanyak 8 orang (22,2%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan secara umum bahwa motivasi sumber daya manusia komite medik tentang audit medis masih belum baik.

4.2.3. Dana Komite Medik

Hasil penelitian mengenai dana komite medik untuk program audit medis diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan


(59)

kuesioner penelitian nomor 14 sampai 18. Gambaran mengenai dana komite medik untuk program audit medis disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Dana Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Kategori Frekuensi %

1. Baik 6 16,7

3. Tidak Baik 30 83,3

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 6 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa dana komite medik untuk program audit medis tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 30 orang (83,3%), Responden yang berpendapat bahwa dana komite medik untuk program audit medis termasuk kategori baik hanya sebanyak 6 orang (16,7%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan secara umum bahwa dana komite medik untuk program audit medis masih belum baik. 4.2.4. Sarana Komite Medik

Hasil penelitian mengenai sarana komite medik untuk program audit medis diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan nomor 19 sampai 23 dari kuesioner penelitian. Gambaran tentang sarana komite medik untuk program audit medis disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Sarana Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Sarana Komite Medik Frekuensi %

1. Baik 15 41,7

2. Tidak Baik 21 58,3


(60)

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 7 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa sarana komite medik untuk program audit medis tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 21 orang (58,3%). Responden yang berpendapat bahwa sarana komite medik untuk program audit medis termasuk dalam kategori baik hanya sebanyak 15 orang (41,7%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan secara umum bahwa sarana komite medik untuk program audit medis masih belum baik.

4.2.5. Pedoman Kerja Komite Medik

Hasil penelitian mengenai pedoman kerja komite medik untuk program audit medis diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan nomor 24 sampai 28 dari kuesioner penelitian. Gambaran mengenai pedoman kerja komite medik untuk program audit medis disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Pedoman Kerja

Komite Medik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Pedoman Kerja Frekuensi %

1. Baik 13 36,1

3. Tidak Baik 23 63,9

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa pedoman kerja untuk program audit medis tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 23 orang (63,9%). Responden yang berpendapat bahwa pedoman kerja komite medik untuk program audit medis tergolong dalam kategori baik hanya sebanyak 13 orang (36,1%). Berdasarkan hasil ini dapat


(61)

dinyatakan secara umum bahwa pedoman kerja komite medik untuk program audit medis masih belum baik.

4.2.6. Data Indikator Mutu Klinik Komite Medik

Hasil penelitian mengenai data indikator mutu klinik komite medik diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan nomor 29 sampai 33 dari kuesioner penelitian. Gambaran tentang data indikator mutu klinik komite medik disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Pendapat Responden Berdasarkan Kategori Data Indikator Mutu Klinik RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No Data indikator Mutu Klinik Frekuensi %

1. Baik 11 30,6

2. Tidak Baik 25 69,4

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 9 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa data indikator mutu klinik tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 25 orang (69,4%). Responden yang berpendapat bahwa data indikator mutu klinik komite medik tergolong dalam kategori baik ada sebanyak 11 orang (30,6%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan secara umum bahwa data indikator mutu klinik komite medik masih belum baik.

4.2.7. Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis

Hasil penelitian mengenai pelaksanaan kegiatan audit medis diperoleh dari kumulatif nilai jawaban masing-masing responden atas pernyataan nomor 34 sampai


(62)

41 dari kuesioner penelitian. Gambaran tentang pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Distribusi Pendapat Responden menurut Kategori Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis di RSU dr. Pirngadi Medan Tahun 2009

No. Pelaksanaan Kegiatan Audit Medis Frekuensi %

1. Baik 8 22,2

2. Tidak Baik 28 77,8

Jumlah 36 100

Hasil jajak pendapat yang disajikan pada Tabel 10 menunjukkan responden yang berpendapat bahwa pelaksanaan kegiatan audit medis tergolong dalam kategori tidak baik ada sebanyak 28 orang (77,8%). Responden yang berpendapat bahwa pelaksanaan kegiatan audit medis tergolong dalam kategori baik hanya sebanyak 8 orang (22,2%). Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan secara umum bahwa pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan masih belum baik.

4.3. Hasil Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan antara sumber daya komite medik dengan pelaksanaan kegiatan audit medis. Hasil tabulasi silang disajikan pada Tabel 11.


(1)

Berdasarkan hasil ini dapat dinyatakan bahwa data indikator mutu klinik yang belum tersedia secara baik menyebabkan tidak berkembangnya pelaksanaan kegiatan audit medis di RSU dr. Pirngadi Medan.

Data indikator mutu klinik dibutuhkan oleh komite medik atau kelompok staf medis untuk mengetahui kegiatan pelayanan medis yang tidak sesuai dengan standard, sebagai bahan pertimbangan dalam memilih topik audit medis dan bahan untuk menilai keberhasilan upaya perbaikan yang telah dilaksanakan dalam proses audit medis. Keadaan ini memerlukan tersedianya data indikator mutu klinik yang baik dan senantiasa diperbaharui secara teratur untuk mendukung terlaksananya kegiatan audit medis yang baik dan berkesinambungan.

Dalam buku pedoman upaya peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dinyatakan bahwa data indikator mutu klinik harus dikumpulkan, diolah dan dianalisis secara teratur agar kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap mutu pelayanan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan.

5.3. Keterbatasan Penelitian

Keadaan sumber daya komite medik dan pelaksanaan kegiatan audit medis pada penelitian ini dinilai berdasarkan jawaban responden terhadap pernyataan yang


(2)

63

Penelitian ini menggunakan responden yang secara langsung bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis, sehingga ada kecenderungan terjadi ketidak terbukaan responden untuk menjawab pernyataan kuesioner secara objektif oleh karena dapat menimbulkan persepsi buruk atas kinerja mereka dalam mengelola kegiatan audit medis.

Kepustakaan dan penelitian yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan audit medis maupun sumber daya komite medik masih sangat terbatas sehingga tidak ada data perbandingan yang dapat digunakan untuk mendukung hasil penelitian ini.


(3)

B A B 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

1. Kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan belum dilaksanakan secara sistematik dan berkesinambungan.

2. Subkomite audit medis dari komite medik belum berfungsi sebagai pengelola atas kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

3. Kondisi sumber daya komite medik (meliputi kemampuan sumber daya manusia, motivasi sumber daya manusia, dana, sarana, pedoman kerja dan data indikator klinik) secara umum masih dalam kategori tidak baik.

4. Analisis dengan uji regresi logistik menunjukkan ada pengaruh sumber daya komite medik secara positif dan bermakna terhadap pelaksanaan kegiatan audit medis di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan.

6.2. Saran

1. Direktur Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan harus menetapkan kebijakan yang dapat mendukung atau mendorong komite medik menyelenggarakan kegiatan


(4)

65

2. Manajemen Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan harus menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk mendukung komite medik agar dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya secara optimal.

3. Komite medik diharuskan menyusun program kerja dan rencana kegiatan audit medis secara terstruktur agar manajemen Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan dapat mengajukan anggaran yang dibutuhkan kepada Pemerintah Kota Medan pada saat penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Medan. 4. Komite medik diharuskan melengkapi pedoman kerja, standar pelayanan medis

dan standar prosedur operasional yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan audit medis.


(5)

Aditama T Y., 2003. Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Arikunto S., 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta. ..., 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Azwar, A., 1996. Pengantar Administrasi Kesehatan. Edisi ketiga. Jakarta, Binarupa Aksara.

...,1999. Pedoman Penilaian Instrumen ” Self Assessment.” Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 2005. Pedoman Audit Medis, Jakarta. ..., 2005. Internal Staf By Laws. Jakarta.

Djasri, H., 2006. Penerapan Clinical Governance Melalui ISO 9000 : Studi Kasus di Dua RSUD Provinsi Jawa Timur, JMPK., Vol.9, No.3 : Hal.121-8.

Dwiprahasto, D., 2001. Clinical Governance, Disampaikan pada Seminar Nasional IV dan Hospital Expo XIV PERSI, Jakarta.

Firmanda D., 2006. Audit Medis di Rumah Sakit. Disampaikan pada Hospital Management Refreshing Course and Exhibition (HMRCE), Jakarta.

Gibson, Ivancevich dan Donnelly, 1997. Organisasi : Perilaku, struktur, Proses. Jakarta : Erlangga.

Jhonston G,et al., 2000. Reviewing audit : barriers and facilitating factors for effective clinical audit. Quality in Health Care 9 : 23-36.

Kuntjoro, T., 2005. Pengembangan Manajemen Kinerja Perawat dan Bidan sebagai Strategi Dalam Peningkatan Mutu Klinis, JMPK Vol. 8, No.3 : Hal. 149-54.


(6)

67 Notoatmodjo, S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jakarta : Rineka Cipta.

Riduwan., 2005. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian, Bandung: Alfabeta Rumah Sakit Umum Dr.Pirngadi Medan, 2006. Rencana Strategis tahun 2006 – 2010.

Medan,

Sabarguna B S., 2005. Pemasaran Rumah Sakit. Yogyakarta: Konsorsium Rumah Sakit Islam Jateng – DIY.

Santoso S., 2002. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo.

Siagian SP., 1995. Teori Motivasi dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Siswihanto R., 2004. Audit Klinik : Proses Pembelajaran Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan Klinik, Yogjakarta

Thoha M., 2000. Perilaku Organisasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Wijono D., 2000. Manajemen Mutu Pelayanan Kesehatan. Surabaya : Airlangga University Press.

Zainum B., 1994. Manajemen dan Motivasi. Jakarta : Balai Aksara.