Audit medis Latar Belakang

B A B 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Audit medis

Audit medis menurut National Institute for Clinical Excellence adalah suatu proses peningkatan mutu guna perbaikan perawatan kepada pasien dan luarannya melalui kajian sistematis terhadap pelayanan berdasarkan kriteria yang eksplisit, dan melakukan upaya-upaya perbaikan. Tujuan melaksanakan audit medis adalah pemeliharaan dan peningkatan mutu pelayanan klinik secara kontinu sehingga tercapainya pelayanan prima di rumah sakit. Kegiatan audit medis dilakukan untuk mengevaluasi mutu pelayanan medis, untuk mengetahui penerapan standar pelayanan medis, untuk melakukan perbaikan-perbaikan upelayanan medis sesuai dengan kebutuhan pasien dan standar pelayanan medis Rukmono, 2004. Pelaksana kegiatan audit medis rumah sakit dapat dilakukan oleh komite medis atau sub komite panitia peningkatan mutu medis atau Sub komite panitia audit medis, dengan melibatkan bagian rekaman medis dan kelompok staf medis. Audit medis harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab untuk meningkatkan mutu pelayanan bukan untuk menyalahkan atau menghakimi seseorang, harus dilaksanakan secara objektif, independen dan memperhatikan aspek kerahasiaan pasien dan wajib simpan rahasia kedokteran. Analisis hasil audit medis harus dilakukan oleh kelompok staf medis terkait yang mempunyai kompetensi, Universitas Sumatera Utara pengetahuan dan ketrampilan sesuai dengan bidang pelayanan dan atau kasus yang diaudit Depkes RI, 2005. Langkah-langkah persiapan, perencanaan dan pelaksanaan audit medis di rumah sakit Indonesia telah tercantum dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 496MENKESSKIV2005. Sebelum melaksanakan audit medis, rumah sakit perlu melakukan langkah-langkah persiapan sebagai berikut : 1. Penetapan organisasi pelaksana audit medis beserta uraian tugas anggota dengan Surat Keputusan Direktur rumah sakit. 2. Menyusun pedoman audit medis rumah sakit, standar prosedur operasional audit medis serta standar dan kriteria jenis kasus atau jenis penyakit yang akan dilakukan audit. 3. Membudayakan upaya self assessment atau evaluasi pelayanan termasuk evaluasi pelayanan medis sehingga setiap orangunit kerja di rumah sakit sudah terbiasa dengan siklus PDCA Plan, Do, Check, Action. 4. Membuat ketentuan bahwa setiap dokterdokter gigi yang memberikan pelayanan medis wajib membuat rekaman medis dan harus segera dilengkapi setelah pasien selesai menerima pelayanan medis. 5. Melakukan sosialisasi dan atau pelatihan hal-hal yang terkait dengan persiapan pelaksanaan audit medis kepada seluruh tenaga dokterdokter gigi yang memberikan pelayanan medis di rumah sakit. Universitas Sumatera Utara Selain langkah-langkah persiapan tersebut, sebelum audit medis dilakukan perlu membuat perencanaan audit yang meliputi : 1. Apa yang ingin diketahui dari audit harus ditetapkan dengan jelas. 2. Bagaimana menetapkan standarkriteria yang menjadi acuan dalam melakukan analisa data. 3. Bagaimana melakukan pencarian literatur untuk menetapkan standarkriteria. 4. Bagaimana menjamin bahwa audit medis dapat mengukur pelayanan medis. 5. Bagaimana menetapkan strategi untuk pengumpulan data dan dari mana saja data tersebut dikumpulkan. 6. Bagaimana menetapkan sampel dari pasien yang layak. 7. Bagaimana data yang dikumpulkan dianalisa dan dipresentasikan. 8. Susun perkiraan waktu audit, waktu mulai dilakukan audit sampai audit tersebut selesai. Setelah langkah-langkah persiapan dan perencanaan audit medis dilakukan, maka selanjutnya dilaksanakan langkah-langkah kegiatan audit medis sebagai berikut : 1. Pemilihan topik yang akan dilakukan audit Pemilihan topik dapat berupa penanggulangan penyakit tertentu di rumah sakit, penggunaan obat tertentu, tentang prosedur atau tindakan tertentu, tentang infeksi nosokomial di rumah sakit, tentang kematian karena penyakit tertentu, dan lain- lain. Pemilihan topik perlu dilakukan dengan pertimbangan yang seksama karena setiap kegiatan tentu berkonsekuensi pada investasi sumber daya rumah sakit, Universitas Sumatera Utara oleh karena itu dalam memilih topik perlu dilakukan penetapan prioritas dengan mempertimbangkan : adanya kecukupan bukti yang dapat dipakai menyusun pedoman atau standar, merupakan masalah kualitas yang serius, peluang untuk dapat diperbaiki, sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan, dan sesuai dengan prioritas organisasi. 2. Penetapan standar dan kriteria. Setelah topik dipilih maka perlu ditentukan kriteria atau standar profesi yang jelas, objektif dan rinci terkait dengan topik tersebut. Penetapan standar dan prosedur ini oleh peer group kelompok staf medis terkait dan atau dengan ikatan profesi setempat. Ada dua level standar dan kriteria yaitu must do yang merupakan absolut minimum kriteria dan should do yang merupakan tambahan kriteria yang merupakan hasil penelitian yang berbasis bukti. 3. Penetapan jumlah sampel yang akan diaudit. Dalam mengambil sampel bisa dengan menggunakan metode pengambilan sampel tetapi bisa juga dengan cara sederhana yaitu menetapkan kasus yang akan diaudit dalam kurun waktu tertentu, misalnya kasus typhus abdominalis dalam kurun waktu januari sampai maret. 4. Membandingkan standarkriteria dengan pelaksanaan pelayanan. Tim pelaksana audit medis mempelajari rekaman medis untuk mengetahui apakah kriteria atau standar dan prosedur yang telah ditetapkan tadi telah dilaksanakan atau telah dicapai dalam masalah atau kasus-kasus yang dipelajari. Data tentang Universitas Sumatera Utara kasus yang tidak memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, dipisahkan dan dikumpulkan untuk dianalisa. 5. Melakukan analisa kasus yang tidak sesuai standar dan kriteria. Tim pelaksana audit medis menyerahkan kasus yang tidak sesuai standarkriteria kepada ”peer-group” atau kelompok staf medis untuk dinilai lebih lanjut. Kasus- kasus tersebut dianalisa dan didiskusikan apa kemungkinan penyebabnya dan mengapa terjadi ketidaksesuaian dengan standar. 6. Tindakan korektif Peer group melakukan upaya perbaikan terhadap penyebab masalah yang dijumpai. 7. Rencana re-audit Mempelajari kembali topik yang sama di waktu kemudian, misalnya setelah enam bulan. Tujuan re-audit dilaksanakan adalah untuk mengetahui apakah sudah ada upaya perbaikan. Hal ini bukan berarti topik audit adalah sama terus menerus, audit yang dilakukan 6 enan bulan kemudian ini lebih untuk melihat upaya perbaikan. Namun sambil melihat upaya perbaikan ini, tim pelaksana audit dan peer group dapat memilih topik yang lain. Terlaksananya langkah-langkah audit medis sebagaimana tersebut diatas sangat tergantung dengan motivasi staf medis untuk meningkatkan mutu pelayanan. Program audit medis biasanya dipublikasi paling lama setiap 6 bulan sekali dalam rapat komite medik yang khusus membahas hasil audit medis. Kesuksesan Universitas Sumatera Utara program audit dibutuhkan keterlibatan seluruh kelompok staf medis, karena itu rapat komite medik yang membahas hasil audit medis harus dihadiri oleh seluruh kelompok staf medis, minimal kelompok staf medis yang terkait dengan topik audit medis tersebut. Rapat dimulai dengan presentasi dari ketua komite medik tentang latar belakang atau dasar pemilihan topik, dilanjutkan dengan presentasi hasil audit oleh ketua tim pelaksana audit, kemudian hasil audit didiskusikan secara bebas diantara para kelompok staf medis dan dibuatkan kesimpulan dalam notulen rapat secara jelas, sederhana dan lengkap oleh sekretaris komite medis. Pertemuan ditutup oleh ketua komite medik dengan kesimpulan tentang alternatif pemecahan masalah dan penetapan rencana audit presentasi yang akan datang. Melalui mekanisme rapat audit medis dapat pula dilaksanakan pembahasan kasus yang merupakan salah satu bentuk audit medis yang sederhana atau tingkat awal. Pembahasan kasus dapat dilakukan untuk kasus kematian, kasus kesakitan, kasus langka, kasus sulit, kasus pengadilan dan lain sebagainya, dimana kasus tersebut dapat berasal dari jajaran direksi, komite medis, ketua kelompok staf medis, tuntutankomplain dari pasienpihak ketiga dan lain sebagainya Depkes RI, 2005 a. Menurut pedoman audit medis dari Departemen Kesehatan RI tahun 2005 dinyatakan agar proses audit medis dapat berjalan dengan baik, maka perlu dilakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan audit medis paling lama setiap tahun. Monitoring dan evaluasi dapat dilakukan dengan mengembangkan indikator mutu antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Jumlah pembahasan kasus pertahun. 2. Jumlah pelaksanaan audit medis pertahun 3. Prosentase rekomendasi dari pembahasan kasus yang sudah dilaksanakan 4. Prosentase rekomendasi dari hasil audit medis yang sudah dilaksanakan 5. Prosentase penurunan medical error. Evaluasi dan monitoring juga dapat dilaksanakan melalui program akreditasi rumah sakit meliputi : 1. Keberadaan tim pelaksana audit medis 2. Pedoman audit medis 3. Jumlah kasus yang dilakukan audit minimal 3 tiga buah 4. Laporan kegiatan audit medis 5. Rekomendasi dari hasil audit 6. Tindak lanjut pelaksanaan rekomendasi.

2.2. Komite Medik