2. Problem statement. Siswa diberi kesempatan mengidentifikasi berbagai
permasalahan, kemudian memilihnya. Selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan atau hipotesis.
3. Datta collection. Untuk menjawab benar atau tidaknya hipotesis itu, siswa
diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan narasumber,
melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya. 4.
Datta processing. Semua data informasi diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi bahkan perlu dihitung dengan cara tertentu.
5. Verification. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran data, pernyataan
atau hipotesis yang telah dirumuskan dicek apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.
6. Generalization. Berdasarkan hasil verifikasi tersebut, siswa belajar
menarik kesimpulan atau generalisasi tertentu. Keuntungan dalam menggunakan discovery learning menurut Kurniasih dan
sani 2014: 66 yaitu: 1.
Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan- keterampilan dan proses-proses kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh sangat pribadi dan ampuh menguatkan
pengertian, ingatan, dan transfer. 3.
Menimbulkan rasa senang pada siswa karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat sesuai dengan
kecepatannya sendiri.
5. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan
melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6.
Model ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.
7. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama aktif mengeluarkan gagasan-
gagasan. 8.
Membantu siswa menghilangkan skeptisme keragu-raguan. 9.
Mendorong siswa berfikir intuisi dan bekerja atas inisitatif sendiri.
B. Kemampuan Berpikir Kritis
Berpikir Kritis adalah kemampuan untuk mengatakan sesuatu dengan penuh percaya diri, “Ide saya bagus karena berdasarkan alasan yang logis”, atau “ide
anda bagus karena di dukung oleh bukti yang kuat”. Berpikir kritis
memungkinkan siswa untuk menemukan kebenaran ditengah banjir kejadian informasi yang mengelilingi mereka setiap hari. Berpikir kritis adalah sebuah
proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat mereka sendiri. Berpikir kritis adalah
sebuah proses terorganisasi yang memungkinkan siswa mengevaluasi bukti, asumsi, logika, dan bahasa yang mendasari pernyataan orang lain. Tujuan dari
berpikir kritis adalah untuk mencapai pemahaman yang mendalam. Pemahaman membuat kita mengerti maksud dibalik ide yang mengarahkan
hidup kita sehari-hari. Pemahaman mengungkapkan makna dibalik suatu kejadian. Sayangnya, banyak orang yang kelihatannya curiga pada pemikir
kritis. Mungkin pemikir kritis memiliki reputasi yang buruk, sebagian karena
mereka kritis, ya ng berarti “tepat” dan “tajam” dalam berpikir, yang secara
tersirat juga berarti keras. Mungkin berpikir kritis dicurigai sebagian orang karena orang-orang mempraktikkannya wajib bertanya. Bahkan, ketika
disusun sangat rapi pun, tentu saja pertanyaan masih membuat orang takut Johnson 2007: 185.
Banyak ahli yang mengemukakan definisi berpikir kritis, diantaranya adalah Liliasari dalam Muhfahroyin 2009: 1 menyatakan bahwa keterampilan
berpikir kritis merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Sedangkan Johnson 2007: 183 menerangkan bahwa berpikir kritis merupakan sebuah
proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisa
asumsi, dan melakukan penelitian. Kemudian Eggen dan Kauchak dalam Muhfahroyin 2009: 1 berpendapat bahwa berpikir kritis adalah 1 sebuah
keinginan untuk mendapatkan informasi, 2 sebuah kecenderungan untuk mencari bukti, 3 keinginan untuk mengetahui kedua sisi dari seluruh
permasalahan, 4 sikap dari keterbukaan pikiran, 5 kecenderungan untuk tidak mengeluarkan pendapat menyatakan penilaian, 7 menghargai
pendapat orang lain, dan 8 toleran terhadap keambiguan.
Menurut Reason dalam Sanjaya, 2008: 230, berpikir thinking adalah proses mental seseorang yang lebih dari sekedar mengingat remembering
dan memahami comprehending. “Mengingat” pada dasarnya hanya
melibatkan usaha penyimpanan sesuatu yang telah dialami untuk suatu saat dikeluarkan kembali atas permintaan, sedangkan “memahami” memerlukan
perolehan apa yang didengar dan dibaca serta melihat keterkaitan antaraspek dalam memori. Kemampuan berpikir seseorang menyebabkan seseorang
tersebut harus bergerak hingga di luar informasi yang didengarnya. Misalkan kemampuan berpikir seseorang untuk menemukan solusi baru dari suatu
persoalan yang dihadapi. Berpikir adalah memanipulasi atau mengelola dan mentransfer informasi-informasi dalam memori kita.
Kemampuan berpikir kritis dapat dilatih pada siswa melalui pendidikan berpikir yaitu melalui belajar penalaran, dimana dalam proses berpikir
tersebut diperlukan keterlibatan aktivitas pemikir itu sendiri. Salah satu pendekatan dalam mengembangkan keterampilan berpikir kritis adalah
memberi sejumlah pertanyaan, sambil membimbing dan mengkaitkannya dengan konsep yang telah dimiliki oleh siswa sebelumnya. Kemampuan dan
indikator berpikir kritis lebih lanjut diuraikan pada tabel 1. Tabel 1. Kemampuan dan Indikator Berpikir Kritis
Kemampuan Berpikir Kritis
Sub Kemampuan Berpikir Kritis
Aspek 1.
Memberikan penjelasan
sederhana 1.
Memfokuskan pertanyaan
a. Mengidentifikasi atau
memformulasikan suatu masalah
b. Mengidentifikasi atau
memformulasikan kriteria jawaban yang
mungkin
c. Menjaga pikiran
terhadap situasi yang sedang dihadapi
2. Menganalisis
pertanyaan dan bertanya
a. Mengidentifikasi
kesimpulan b.
Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan c.
Mengidentifikasi
Kemampuan Berpikir Kritis