Masyarakat Ideal Pandangan Ali Syariati
sebagai kekuatan penstabil dan pendinamisan massa, yang pertama berarti menguasai massa sehingga berada dalam stabilitas dan ketenangan, dan kemudian
melindungi mereka dari ancaman, penyakit, dan bahaya. Yang terakhir berkenaan dengan asas kemajuan dan perubahan ideologis, sosial, dan keyakinan, serta
menggiring massa dan pemikiran mereka menuju bentuk ideal.
87
Ali Syari’ati memandang ummat dan imam dalam kondisi yang dinamis, yang selalu bergerak ke arah perubahan demi tujuan bersama. Ia memandang bahwa
tanggung jawab paling utama dan penting dari imamah adalah perwujudan dari penegakan asas pemerintahan pada kaida kemajuan, perubahan dan transformasi
dalam bentuknya yang paling cepat, lalu melakukan akselerasi, dan menggiring ummat menuju kesempurnaan sampai pada lenyapnya ambisi sebagai individu
terhadap ketenangan dan kenyamanan
88
Dalam pandangan Syari’ati kerangka dasar ummat adalah ekonomi, karena menurutnya ”barang siapa yang tidak menghayati kehidupan duniawi maka dia pun
tidak akan mengalami kehidupan batiniah”.
89
Sistem sosialnya didasarkan atas kesamaan dan keadilan serta hak milik yang ditempatkan di tangan rakyat, atas
kebangkitan kembali ”sistem habil”, yakni masyarakat yang ditandai oleh persaudaraan. Bentuk pemerintahan umat adalah kepemimpinan yang komited dan
revolusioner, bertanggung jawab atas gerakan dan pertumbuhan masyarakat atas dasar pandangan hidup dan ideologisnya, bertanggung jawab untuk melealisasikan
fitra suci manusia dengan rencana kejadiannya.
87
Ali Syari’ati, Ummah dan Imammah; suatu tinjauan sosiologis, terj. Afif Muhammad, h. 63
88
Ali Syari’ati, Ummah dan Imammah; suatu tinjauan sosiologis, h. 64
89
Ali Syariati, on the sociology of islam, h. 119
50
Sementara itu manusia ideal yang dimaksud Syariati adalah manusia theomorphis yang dalam pribadinya ruh Allah telah memenangkan belahan dirinya
yang berkaitan dengan iblis, dengan lempung dan lumpur.
90
Dalam pandangannya manusia ideal harus mengenal Tuhan dengan sebaik-baiknya, memperjuangkan
nasib dan kepentingan masyarakat, memiliki pola pikir yang tajam dan luas, meninggalkan nafsu dan egoisme, sadar akan fitrah dirinya, memiliki rasa cinta
kepada sesama, dan menentang segala bentuk kezaliman. Menurut Syariati manusia ideal memiliki tiga aspek, yaitu pertama,
kebenaran. Manusia ideal senantiasa menjunjung tinggi kebenaran dan senantiasa membela kebenaran. Landasan kebenarannya adalah pengetahuan. Setiap perbuatan
yang tidak dilandasi denga pengetahuan akan menjadi sia-sia. Oleh karena itu, manusia ideal selalu melandasi setiap pola tindakannya dengan pengetahuan. Kedua,
kebajikan. Dalam pandangan Syariati, manusia ideal harus memiliki kebajikan, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun cara berfikirnya. Tolak ukur kebajikannya
adalah akhlak. Oleh karena itu, manusia ideal harus memiliki akhlak yang muilia, yang melandasi setiap perkataan dan perbuatannya. Ketiga, keindahan. Manusia
ideal adalah manusia yang menyukai keindahan. Tutur kata dan perbuatannya indah, sehingga masyarakat selalu merasa tentram, bila mendengar perkataannya dan
melihat tingkah lakunya. Menurut Syariati, manusia ideal merupakan gambaran dari khalifah Allah,
yaitu manusia yang menjalankan amanat Allah untuk menjadi wakil-Nya, terutama manusia. Khalifah Allah, dalam pandangan Ali Syariati memiliki tiga keunggulan,
yaitu pertama, ia memiliki kesadaran yang tinggi tentang jati dirinya, tujuan
90
Ali Syariati, on the sociology of islam, h. 121
51
penciptaannya, dan tugas serta tanggung jawabnya di muka bumi. Kedua, ia memiliki kemerdekaan dalam bertindak. Setiap pola tindaknya bukan didasarkan
atas paksaan. Ketiga, ia memiliki kreativitas yang tinggi.