Karir dan Aktifitas Politik Ali Syariati
National Resistance Movement. Karena gerakan itulah ia bersama ayahnya dipenjara di rumah tahanan Qazil Qala’ah, Teheran selama 8 bulan sebagai akibat
gerakan oposisinya melawan Rezim Syah Reza Pahlevi.
21
Setelah menyelesaikan studi pada Teacher Training College Perguruan Tinggi Pendidikan Guru kemudian Ali mengajar pada sekolah dasar. Pada masa
inilah dia menemukan pahlawan kedua atau model bagi kehidupan Islam, yaitu Abu Dzar al-Giffari wafat 32 H653 M. Ia merupakan seorang sahabat nabi Muhammad
yang pada masa belakangan menuduh kemewahan dan korupsi dalam kehidupan istana para pembesar khafilah dan sebagai pahlawan yang memperjuangkan
perbaikan kehidupan kaum melarat. Dalam pandangan Syariati dan dalam pandangan aktivis-aktivis sosialis muslim, Abu Dzar adalah perlambang perjuangan
keadilan sosial sepanjang Islam atau sosialisme Islam. Selain itu beliau juga merupakan perlambang oposisi Islam terhadap korupsi dan kosentrasi
kemakmuran.
22
Tahun 1956, ketika Ali Syariati menempuh pendidikan dengan mengambil studi Islam dan sosiologi di Universitas Sorbonne, Perancis inilah ia menjalin
hubungan secara pribadi dengan intelektual terkemuka seperti Louis Massiggnon Islamolog Prancis beragama Katolik, Jean-Paul sartre, “Che” Guevara, dan
Jacques Berque. Ia juga bertemu dengan Henri Bergson dan Albert Camus.
23
Selama di Prancis ia memberikan sumbangan bagi perkembangan dalam bidang intelektual
dan politik. Disana juga ia aktif dalam Gerakan Pembebasan Iran Liberation Movement of Iran yang dibangun oleh Mehdi Bazargan dan Ayatullah Taliqani dan
21
Ekky Malaky, Ali Syari’ati, Filosof Etika dan Arsitek Iran Modern, Bandung: PT. Mizan Publika, 2004 h. 19
22
John L. Esposito, Islam dan Politik, Jakarta: PT Bulan Bintang, 1990 h, 255
23
Ekky Malaky, Ali Syari’ati, Filosof Etika dan Arsitek Iran Modern, h. 19
13
menerbitkan secara berkala Free Iran Iran Merdeka.
24
Dalam studi di Perancis itu, dia sadar bahwa pemikiran Barat bisa mencerahkan sekaligus memperbudak
pemikiran pelajar Iran. Dia melihat adanya proses pembaratan total yang membentuk eropanoid. Dari sini muncul pemikirannya dan memetakan inteletual
Islam yang meniru dan ‘intelektual Islam sejati’. Intelektual sejati mengikuti tradisi Nabi. Perenungannya ini kelak membuatnya berpikir tentang Rausyanfikr
intelektual yang tercerahkan tercermin dari aktifitasnya di Hussainiah Irshad dan kumpulan tulisan What is To Be Done
Pada tahun 1965, ketika Ali Mazinani pulang ke Iran, pihak pemerintahan Shah menganggapnya suatu ancaman. Ia ditangkap di Bazarqan perbatasan Iran-
Turki dan dipenjara 1,5 bulan karena aktifitasnya di Paris menantang pemerintahan. Ali pun dibebasan tapi kemudian ia tidak boleh lagi mengajar di Teheran
University.
25
Periode 1967-1973 adalah periode paling aktif dalam hidup Ali Mazinani. Ia pergi ke Teheran dan mengajar di Masyhad, Hussainiyah Irshad serta beberapa
universitas dan lembaga pendidikan Islam lainnya. Dalam wanktu singkat, ia menjadi populer di kalangan mahasiswa dan meluas ke masyarakat umum. Di
Teheran, Ali Syariati diangkat sebagai pemimpin Pusat Bimbingan Keagamaan Husainiah Husayniyah Irshad Religious Center, sebuah lembaga pendidikan untuk
kenangan kepada Husain bin Ali wafat 61 H681 M yang mati syahid di Karbala. Lembaga pusat itu merupakan simbul perjuangan yang hakiki dari Husain dalam
menentang penindasan dan ketidak-adilan Khilafah Umayyah. Bagi syariati, lembaga itu melambangkan situasi rakyat Iran dewasa itu.
24
John L. Esposito, Islam dan Politik, h, 256
25
Ekky Malaky, Ali Syari’ati, Filosof Etika dan Arsitek Iran Modern, h. 19
14
Dalam perkuliaan di Teheran, Ali Syariati merupakan sosok yang dikagumi oleh mahasiswa, kalangan intelektual, dan kalangan kiri sehingga menyebabkan
pihak otoritas menuduhnya “ Marxist Muslim”. Selain itu aktifitasnya yang selalu dianggap mempropagandakan perlawanan membuat khawatir Syah Pahlevi. Karena
itulah pada September 1973, SAVAK menangkap ayah Ali Syariati dan memenjarakannya selama 18 bulan
Karena desakan masyarakat Iran dan juga protes dari dunia internasional, pada 20 Maret 1975 Ali Mazinani terpaksa dibebaskan. Ia kemudian diawasi dengan
ketat dan diharuskan tinggal di desanya, Marzinan. Ia dilarang menerbitkan buku, dan dilarang berhubungan dengan murid-muridnya, namun secara diam-diam ia
tetap memberikan kuliah perlawanan. Menyadari dibatasi, Muhammad Ali Mazinani mengganti nama resminya
menjadi Ali Syari’ati dan meninggalkan Iran pada 16 Mei 1977 menuju London. Pergantian nama ini dimaksudkan agar ia tidak terdeteksi pihak bandara dan polisi
Iran SAVAK. Lama tidak terlihat, pada 8 Juni 1977 SAVAK mengeluarkan edaran bahwa Ali Mazinani telah meninggalkan Iran secara illegal dengan mengganti nama
menjadi Ali Syari’ati.
26
Tanggal 18 Juni, Pouroan, istri Syaria’ti, beserta tiga putrinya hendak menyusul ke London, tetapi tidak dijinkan oleh pihak berwenang. Tetapi Soosan dan
Sara, dua anak lainnya dibolehkan. Begitu tiba di Heathrow, Syari’ati menjemput
26
Ekky Malaky, Ali Syari’ati, Filosof Etika dan Arsitek Iran Modern, h. 25
15
mereka dan membawa mereka ke sebuah rumah sewaan di daerah Southampton, Inggris.
Tetapi keesokan paginya, 19 Juni 1977 Syari’ati ditemukan tewas di Southampton, Inggris. Pemerintah Iran menyatakan Syari’ati tewas akibat penyakit
jantung, tetapi banyak yang percaya ia dibunuh oleh Polisi rahasia Iran. Sang istri menolak biaya pemakaman dari pemerintah karena tidak ingin terlibat dalam
eksploitasi nama suaminya demi kepentingan propaganda Syah Pahlevi. Syari’ati lalu dimakamkan pada 27 Juni 1977 di Damaskus, Suriah, bersebelahan dengan
makam Zainab, cucu nabi dan saudara perempuan Imam ketiga, Husein bin Ali.
27
Innalillahi wainnailaihi rojiun. Kematiannya menjadi mitos “Islam Militan”.
Pada hari ke-40, kematiannya diperingati di sekolah menengah atas Ameliat, Beirut, dan mirip dengan pertemuan puncak berbagai organisasi pembebasan dari berbagai
Negara seperti Lebanon, Pakistan, Iran, Amerika, Kanada, Zimbawe, dan sebagainya. Roh perjuangannya terus mengalir dalam tiap nadi rakyat Iran,
masyarakat Arab dan Internasional, menyusup dalam kesewenang-wenangan kekuasaan hingga memuncak selama berlangsungnya revolusi Iran Februari 1979.
Fotonya mendominasi di jalan-jalan Teheran, berdampingan dengan Ayatullah Khomeini.
28