Hasil Analisis Statistik Penurunan Kadar Asam Urat Setelah Pemberian Serbuk Daun Sidaguri

4.3 Hasil Analisis Statistik Penurunan Kadar Asam Urat Setelah Pemberian Serbuk Daun Sidaguri

Analisis statistik deskriftif dibagi menjadi dua bagian, pertama menjelaskan mengenai analisis kualitatif dengan menggunakan statistik deskriftif yang akan membahas sebaran data, kedua menjelaskan mengenai hasil olah data dengan menggunakan program SPSS 18 yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kebaikan model dan pengaruh dari masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent, hasil deskriftif kadar asam urat dapat dilihat pada Tabel 4.3 dan grafik rerata penurunan kadar asam urat vs hari pengukuran dapat dilihat pada Gambar 4.1 Tabel 4.3 Statistik deskriftif kadar asam urat N Minimum Maximum Mean Std. Deviation AU_H0 30 7.60 19.00 10.3067 2.29571 AU_H1 30 4.40 15.30 8.6467 2.18028 AU_H2 30 3.30 11.40 6.7533 2.02190 AU_H3 30 3.00 8.60 5.5867 1.59627 AU_H7 30 2.00 7.50 4.3200 1.35911 AU_H14 30 2.00 5.40 3.3467 .87994 Valid N listwise 30 Sumber: hasil pengolahan data pertama Gambar 4.1 Grafik hasil rerata penurunan kadar asam urat vs hari pengukuran Berdasarkan Tabel 4.3 dan gambar 4.1 dapat diketahui bahwa rerata kadar asam urat menurun pada hari ke-7 dan stabil hingga hari ke-14. Penjelasan mengenai penurunan kadar asam urat setelah pemberian serbuk daun sidaguri diuraikan sebagai berikut: a. Au_H0 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 10.3067 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar sam urat 10.3067 mgdlL dengan kadar minimum 7.60 mgdL dan kadar maksimum 19.00 mgdL. Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia tidak ada mengalami penurunan asam urat karena pada hari nol karena belum ada pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia. 2 4 6 8 10 12 1 2 3 7 14 10.3067 8,6467 6,7533 5,5867 4.320 3.346 K ad ar A sam U rat mg d L Hari Pengukuran Grafik rerata penurunan kadar asam urat vs hari pengukuran b. Au_H1 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 8.6467 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar sam urat 2.18028 mgdL dengan kadar minimum 4.40 mgdL dan kadar maksimum 15.30 mgdL. Hal ini dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mulai mengalami penurunan asam urat karena pada hari pertamamulai dilakukan pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia. c. Au_H2 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 6.7533 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar sam urat 2.02190 mgdL dengan kadar minimum 3.00 mgdL dan kadar maksimum 11.40 mgdL, berdasarkan hasil analisis ini dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami penurunan asam urat tetapi pada hari kedua pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia kadar asam urat rerata belum normal. d. Au_H3 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 5.5867 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 1.59627 mgdL dengan kadar minimum 3.00 mgdL dan kadar maksimum 8.60 mgdL.Berdasarkan data ini dapat dilihat bahwa pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia pada hari ketiga rerata pasien hiperurisemia mulai normal dengan kadar asam urat ≤ 6.00 mgdL e. Au_H7 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 4.3200 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 1.35911 mgdL dengan kadar minimum 2.00 mgdL dan kadar maksimum 7.50 mgdL. Berdasarka data dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami penurunan asam urat.Pada hari ketujuh pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia rerata tetap normal dengan kadar asam urat ≤ 6 mgdL f. Au_H14 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 3.3467 mgdL dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 0.87994 mgdL dengan kadar minimum 2.00 mgdL dan kadar maksimum 5.40 mgdL. Berdasarkan data dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami penurunan asam urat karena pada hari keempat belas pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia rerata tetap normal dengan kadar asam urat ≤ 6 mgdL. 4.4 Persentase Delta Penurunan Pemberian Serbuk Daun Sidaguri Analisis data persentase delta dari kadar awal dan akhir kadar asam urat untuk mengetahui berapa nilai persentase penurunan kadar asam urat dalam darah pada hari ke-1, ke-2, ke-3, ke-7, ke-14 denganperbandingan hari ke-0 sebelum pemberian serbuk daun sidaguri. Hasil deskriftif persentase delta hari pemberian sebuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia dapat dilihat pada Tabel 4.4dan Grafik rerata persentase delta kadar asam urat vs hari ke-0 pemberian serbuk daun sidaguri dapat dilihat pada Gambar 4.2 halaman 43 Tabel 4.4 Statistik deskriftif persentase delta hari pemberian serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Delta H1danH0 30 .30 3.90 1.6600 1.05654 Delta H2danHO 30 -.40 8.60 3.5533 2.11003 Delta H3danH0 30 1.50 10.60 4.7200 2.25211 Delta H7danH0 30 3.10 14.00 5.9867 2.41386 Delta H14danH0 30 4.10 15.90 6.9600 2.43333 VALID N listwise 30 Sumber: hasil pengolahan data kedua Berdasarkan tabel diatas persentase delta hari pemberian serbuk daun sidaguri diuraikan sebagai berikut: a. Delta H1 dan H0 Hasil pengujian statistik deskriftif persentase delta rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 1.6600 dimana standar deviasi persentase kadar asam urat 1.05654 dengan kadar minimum 0.30 dan kadar maksimum 3.90 . Dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami persentase penurunan asam urat relatif kecil karena pada delta H1 dan H0 pemberian seduhan serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia merupakan tahap awal dalam mengkomsumsi seduhan serbuk daun sidaguri b. Delta H2 dan H0 Hasil pengujian statistik deskriftif persentase delta rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 3.5533 dimana standar deviasi persentase kadar asam urat 2.11003 dengan kadar minimum -40 dan kadar maksimum 8.60 . Dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami persentase penurunan kadar asam urat p ≤ 0.05 c. Delta H3 dan H0 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 4.7200 dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 2.25211 dengan kadar minimum 1.50 dan kadar maksimum 10.60 . Dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami persentase penurunan kadar asam urat p ≤ 0.05 d. Delta H7 dan H0 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 5.9867 dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 2.41386 dengan kadar minimum 3.10 dan kadar maksimum 14.00 . Dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami penurunan kadar asam urat p ≤ 0.05 e. Delta H14 dan H0 Hasil pengujian statistik deskriftif rerata kadar asam urat pasien hiperurisemia 6.9600 dimana standar deviasi pengukuran kadar asam urat 2.41386 dengan kadar minimum 4.10 dan kadar maksimum 15.90 . Dapat dilihat bahwa rerata pasien hiperurisemia mengalami penurunan kadar asam urat p ≤ 0.05. Gambar 4.2 Grafik persentase delta kadar asam urat vs hari ke-nol pemberian serbuk daun sidaguri Untuk melihat perbedaan delta penurunan kadar asam urat pasien hiperurisemia dari Au_H1-Au_H0,Au_H2- Au_H0, Au_H3-Au_H0, Au_H7- Au_H0, Au_H14-Au_H0, dilakukan dengan uji non Parametrik Wilcoxon Hasil statistik non Parametrik Wilcoxon dapat dilihat pada Tabel 4.5 Tabel 4.5 Hasil Statistik non- Parametrik Wilcoxon Au_H1- Au_H0 Au_H2- Au_H0 Au_H3- Au_H0 Au_H7- Au_H0 Au_H14- Au_H0 Z -4784 a -4.721 a -4.783 a -4.785 a -4.783 a Asymp. Sig. 2- tailed .000 .000 .000 .000 .000 Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh adanya perbedaan yang signifikan nilai penurunan asam urat yaitu pemberian serbuk daun sidaguri pada pasien hiperurisemia dengan probabilitas 0.000 p ≤ 0.05. Hal ini menunjukkan 1,66 3,5533 4,72 5,4867 6,96 D el ta K a d a r A sa m U ra t Hari ke- nol pemberian serbuk daun sidaguri Grafik persentase delta kadar asam urat vs hari ke - nol pemberian serbuk daun sidaguri bahwa daun sidaguri memberikan efek yang baik terhadap penurunan kadar asam urat. Daun sidaguri memiliki beberapa kandungan kimia seperti, alkaloid, kalsium oksalat, tanin, saponin, fenol, asam amino, dan minyak atsiri. Kandungan polifenol dan flavonoid pada tumbuhan sidaguri bersifat diuretik, sehingga asam urat akan luruh dan terbuang bersama urin. Sidaguri juga dapat menghambat produksi enzim xantin oksidase XO, yang merupakan enzim penting yang turut berperan dalam sintesa asam urat. Mekanisme kerja dari serbuk daun sidaguri melalui inhibisi kompetitif Prakoso, 2007. Tanpa adanya XO maka asam urat tidak akan terbentuk dan serangan gout tidak dapat terjadi. Kemampuan ekstrak kasar flavonoid sidaguri sebagai penghambat aktivitas XO mencapai 55.29 melalui mekanisme inhibisi kompetitif. Prakoso,2007. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan, serbuk daun sidaguri digunakan untuk menurunkan kadar asam urat dalam darah. Kelebihan sidaguri sebagai penurun asam urat obat konvensional lebih aman bagi tubuh karena berasal dari bahan alam sebagai obat tradisional penurun hiperurisemia. Inhibisi kompetitif adalah senyawa-senyawa yang strukturnya hampir sama dengan substrat dan bersaing dengan substrat untuk mendapatkan lokasi aktif suatu enzim, lalu membentuk suatu kompleks penghambat enzim. Jika penghambat menempati lokasi aktif enzim, penghambat itu akan mencegah pengikatan substrat dan menghentikan pembentukan produk metabolik normal. Penghambatan mengikat enzim secara reversibel oleh sebab itu persaingan bisa dikurangi hanya dengan menambahkan substrat. Jika substrat yang ada mencukupi, kemungkinan molekul penghambat akan terikat menjadi kecil dan reaksi enzim menjadi normal Syamsudin, 2002. Sidaguri sebagai penurun asam urat obat konvensional lebih aman bagi tubuh karena berasal dari bahan alam sebagai obat tradisional penurun hiperurisemia. Allopurinol bahan kimiawi sintesis sebagai drug of choice hiperurisemia merupakan substrat xanthin oksidase dan dieliminasi melalui ginjal terutama sebagai oksipurinol, menghambat xantin dan asam urat. Metabolit allopurinol -1- ribo nukleotida dapat dinyatakan dalam jumlah kecil pada organ tubuh bertanggung jawab untuk inhibisi tambahan dari sintesis purin didalam tubuh Schunack, 1990. Efek samping yang paling sering muncul dengan penggunaan allopurinol adalah reaksi kulit berupa bercak kemerahan yang gatal 1,3 yang angka kejadiannya lebih sering pada pasien dengan gagal ginjal. Mual 1,3, gagal ginjal 1,2, dan muntah 1,2 merupakan efek samping yang juga cukup sering terjadi. Efek samping lain seperti nyeri sendi, kelainan darah, kelainan elektrolit, kelainan jantung, buang air kecil dengan darah, keracunan hati, gatal- gatal, sampai sindrom Steven Johnson juga pernah ditemui Dorland’s, 2012.

4.4 Hasil Pengamatan Efek Samping Pemberian Serbuk Daun Sidaguri