reaksi enzim menjadi normal Syamsudin, 2002. Sidaguri sebagai penurun asam urat obat konvensional lebih aman bagi tubuh karena berasal dari bahan
alam sebagai obat tradisional penurun hiperurisemia. Allopurinol bahan kimiawi sintesis sebagai drug of choice hiperurisemia
merupakan substrat xanthin oksidase dan dieliminasi melalui ginjal terutama sebagai oksipurinol, menghambat xantin dan asam urat. Metabolit allopurinol -1-
ribo nukleotida dapat dinyatakan dalam jumlah kecil pada organ tubuh bertanggung jawab untuk inhibisi tambahan dari sintesis purin didalam tubuh
Schunack, 1990. Efek samping yang paling sering muncul dengan penggunaan allopurinol adalah reaksi kulit berupa bercak kemerahan yang gatal 1,3 yang
angka kejadiannya lebih sering pada pasien dengan gagal ginjal. Mual 1,3, gagal ginjal 1,2, dan muntah 1,2 merupakan efek samping yang juga cukup
sering terjadi. Efek samping lain seperti nyeri sendi, kelainan darah, kelainan elektrolit, kelainan jantung, buang air kecil dengan darah, keracunan hati, gatal-
gatal, sampai sindrom Steven Johnson juga pernah ditemui Dorland’s, 2012.
4.4 Hasil Pengamatan Efek Samping Pemberian Serbuk Daun Sidaguri
Data hasil pengamatan efek samping yang dilakukan terhadap pasien hiperurisemia komsumsi serbuk daun sidaguri dapat dilihat pada Tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil pengamatan efek samping pemberian serbuk daun sidaguri
No Pengamatan Hari
ke-1 Hari
ke-2 Hari
ke-3 Hari
ke-7 Hari
ke-14 1
Pusing 11
2 -
- -
2 Mual
5 -
- -
- 3
Muntah -
- -
- -
4 Penurunan
tekanan darah 26
17 15
- -
5 Berkemih
≥ 3 kali sehari
30 30
30 30
30 6
Rasa haus 30
30 30
30 30
7 Gatal-gatal
- -
- -
- Berdasarkan dari hasil data pengamatan terhadap pasien hiperurisemia,
keadaan pusing dialami oleh 11 pasien hiperurisemia pada hari ke-1, dan hari ke- 2, mual dialami 5 pasien hiperurisemia pada hari ke-1, penurunan tekanan darah
dialami 26 pasien hiperurisemia pada hari ke-1, 17 pasien hiperurisemia pada hari ke-2 dan 15 orang pasien hiperurisemia pada hari ke-3. Tekanan darah pasien
hiperurisemia stabil pada hari ke-7 dan ke-14. Berkemih ≥ 3 k ali sehari rerata
dialami ke-30 pasien hiperurisemia hingga hari ke-14, rasa haus dialami rerata ke- 30 pasien hiperurisemia hingga hari ke-14.
Hal ini merupakan suatu variasi mekanisme respon tubuh variasi biologi karena respon setiap individu terhadap suatu obat bisa sangat bervariasi. Suatu
individu dapat memberikan respon yang berlainan terhadap obat yang sama selama masa pemakaian obat. Kerja obat dalam tubuh dipengaruhi oleh banyak
variabel. Perbedaan fisik diantara pasien, faktor-faktor psikologi, bentuk sediaan, rute pemberian obat dan efek sampimg serta reaksi yang berlawanan. Banyak
kerja obat adalah hasil dari kepercayaan pasien tersebut. Jika seorang percaya bahwa obat akan berkerja, kesempatan akan ada. Efek ini didokumentasikan oleh
penelitian “plasebo” sebaliknya, ketidak percayaan pasien, sebuah tingkah laku umum yang terjadi depresi, dan perasaan putus asa biasa mengurangi aktivitas
obat. Orang-orang yang mengatur pengobatan seharusnya menyadaribahwa
tingkah laku mereka terhadap obat dapat mempengaruhi pasien, secara tidak langsung mempengaruhi kerja obat Lannon, 1986. Faktor-faktor lingkungan
yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap obat antara lain kebiasaan merokok, minum alkohol dan kebiasaan sosial budaya makanan, pekerjaaan,
tempat tinggal Setiawati dan Armen, 2007.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN