kerjasama internasional untuk mencegah dan memerangi perdagangan manusia.
1. Bentuk dan Modus Operasi serta Pelaku Perdagangan Perempuan
Dari hasil pemetaan bentuk kekerasan terhadap perempuan yang dilakukan oleh Komnas Perempuan 2001 setidaknya ada tujuh bentuk perdagangan perempuan
yang terjadi di Indonesia, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Perempuan- perempuan tersebut diperdagangkan sebagai:
1. Pekerja domestik
2. Pengemis
3. Pengedar napza obat adiktif
4. Pekerja nondomestik dengan kondisi kerja yang sangat buruk
5. Pekerja seks
6. Pemuas pedofil
7. Pengantin perempuan dalam perkawinan transnasional
Menurut Global Alliance Against Traffic in Women 2000 bentuk-bentuk perdagangan perempuan dapat diidentifikasikan menurut jenis pekerjaan, yaitu:
1. Perdagangan perempuan sebagai pekerja seks;
2. Perdagangan perempuan untuk pekerja domestik;
3. Perdagangan perempuan untuk perkawinan mail bride order;
4. Perdagangan perempuan untuk kerja paksa;
5. Perdagangan perempuan untuk mengemis.
Modus operasi yang sering digunakan untuk memperoleh sasarannya dengan 1 menyebar agen-agen mereka berkedok jasa tenaga kerja atau entertainment
untuk mencari anak-anak perempuan yang berasal dari kalangan miskin dan anak- anak perempuan yang ingin mencari pekerjaan, 2 memacari atau menikahi untuk
kemudian anak-anak perempuan tersebut mereka jual dengan mendapatkan untung yang berlipat, dan 3 merayu, menjanjikan berbagai kesenangan dan
kemewahan, menipu, menjebak, membohongi, mengancam, menyalahgunakan wewenang, menjerat dengan hutang, menculik, menyekap, memperkosa.
Menurut Ruth Rosenberg 2003:23, pelaku perdagangan perempuan dan anak
perempuan adalah 1 Agen Perekrut Tenaga Kerja; 2 Agencalo; 3 Pemerintah; 4 Majikan; 5 Pemilik dan Pengelola Rumah Bordir; 6 Calo
Pernikahan; 7 Orang Tua dan Sanak Saudara; 8 Suami.
2. Situasi dan Kondisi Perempuan Diperdagangkan
Berdasarkan penelitian Pelapor Khusus PBB 2000 teridentifikasi situasi yang
menyebabkan terjadinya perempuan diperdagangkan, yaitu: 1.
Kelompok pertama mencakup perempuan yang ditipu mentah-mentah dan dipaksa dengan kekerasan. Perempuan tersebut tidak tahu sama sekali ke
mana mereka akan pergi atau pekerjaan apa yang akan mereka lakukan. 2.
Kelompok kedua terdiri atas perempuan yang diberitahu separuh kebenaran oleh orang yang merekrut mereka mengenai pekerjaan yang
akan dilakukan dan kemudian dipaksa bekerja untuk apa yang sebelumnya tidak mereka setujui dan mereka hanya mempunyai sedikit atau tidak sama
sekali pilihan lainnya. Baik gerak dan kekuasan mereka untuk mengubah situasi mereka sangat dibatasi oleh jeratan hutang dan penyitaan dokumen
perjalanan atau paspor mereka.
3. Kelompok ketiga adalah perempuan yang mendapat informasi mengenai
jenis pekerjaan yang akan mereka lakukan. Walaupun mereka tidak mau mengerjakan pekerjaan semacam itu, mereka tidak melihat adanya pilihan
ekonomi lain yang bisa mereka kerjakan, dan karena itu mempercayakan kendali pada pedagang yang mengeksploitasi kerentanan ekonomi dan
hukum mereka untuk keuntungan uang, sementara mereka dipertahankan, sering berlawanan dengan keinginan mereka, dalam jeratan hutang.
4. Kelompok keempat terdiri atas perempuan yang mendapat informasi
sepenuhnya mengenai pekerjaan yang akan mereka lakukan, tidak keberatan untuk mengerjakannya, memiliki kendali atas keuangan mereka,
secara relatif gerakannya tidak terbatas. Kelompok keempat adalah satu- satunya dari keempat situasi di atas yang tidak dapat digolongkan sebagai
perdagangan perempuan.
Berdasarkan situasi di atas dapat dinyatakan bahwa perubahan hakikat pengalaman perempuan yang berpindah dan yang dipindahkan dimana status
perempuan seringkali tidak tetap, posisi mereka dapat berubah diantara keempat kategori itu. Sepanjang perpindahan mereka, terlepas dari bagaimana, mengapa
atau di mana mereka pindah, perempuan dihadapkan pada begitu banyak bentuk kekerasan.
Kekerasan dan ancaman kekerasan merupakan bentuk-bentuk paksaan dengan
kekerasan yang biasa muncul seperti perkosaan dan bentuk-bentuk lain kekerasan seksual sering digunakan untuk mematahkan perempuan yang diperdagangkan
secara fisik, mental, dan emosional dan untuk mendapatkan kerelaan yang terpaksa dalam situasi kerja paksa dan praktik seperti perbudakan lainya.
3. Penyebab Terjadinya Perdagangan Perempuan