Teknik Pernapasan Buteyko TINJAUAN PUSTAKA

pernapasan sehingga proses pernapasan lebih intensif yang kemudian dikenal dengan hiperventilasi atau over-breathing Rakhimov, 2011. Over-breathing dapat menyebabkan ketidakseimbangan kadar CO 2 di dalam tubuh terutama paru-paru dan sirkulasi sehingga hal ini akan mengubah kadar O 2 darah dan menurunkan jumlah O 2 seluler. Keseimbangan asam-basa tubuh juga dipengaruhi oleh pola napas dan konsentrasi O 2 dan CO 2 . Pada waktu serangan, over-breathing dapat menyebabkan stres pada tubuh Rakhimov, 2011. Jika terjadi defisiensi CO 2 pada udara di alveoli jalan satu-satunya untuk mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan pada otot polos tersebut yaitu dengan pengobatan. Bagaimanapun menurut pemahaman matode Buteyko, obat tersebut hanya menangani gejala saja, sehingga jika pengobatan dihentikan maka akan muncul kembali. Konsep metode Buteyko inilah yang mengatasi secara alami terhadap defisiensi kadar CO 2 dalam alveoli Novozhilov, 2004. 4. Tujuan Pada metode teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang menjadi tujuan dari teknik tersebut yaitu: a. Memperbaiki pola pernapasan, sehingga mempertahankan keseimbangan kadar CO 2 dan oksigenasi seluler Longe, 2005. b. Berusaha menghilangkan kebiasaan buruk bernapas yang berlebihan untuk menggantikannya dengan kebiasaan yang baru melalui pola napas yang lambat dan dangkal, yang disebut “reduced breathing” Longe, 2005. c. Faktor alergen yang terhirup menjadi berkurang, serta keringnya dan iritasi pada saluran napas pun berkurang Longe, 2005. d. Produksi mukus dan histamin menurun, infalamasi pun menurun serta pernapasan menjadi lebih mudah Longe, 2005. 5. Cara Melakukan Teknik Pernapasan Buteyko Teknik pernapasan Buteyko dilakukan secara terus menerus selama 2 minggu, dilakukan tiga kali sehari. Idealnya, teknik pernapasan Buteyko ini dilakukan sebelum sarapan, sebelum makan siangmalam dan sebelum tidur Brindley, 2010. Sebelum melakukan teknik pernapasan Buteyko, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antaralain; 1 Pemilihan tempat yang benar, karena latihan Buteyko memerlukan konsentrasi yang baik, dimana ideal tempatnya harus tenang, tidak ada gangguan seperti televisi, musik, suara telepon atau lainnya; 2 Dilakukan secara rutin; 3 menentukan tujuan yang ingin dicapai Brindley, 2010. Teknik pernapasan Buteyko yang dilakukan selama 2 minggu ini, memiliki setting latihan yang berbeda pada tiap minggunya Brindley, 2010. Berikut adalah setting tiap minggunya serta penjelasan pada tiap tahapan tekniknya: 1-2 menit Nose clearing exercise jika diperlukan dan pengukuran nadi 3 menit Control pause segera di ikuti relaxed breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Control pause segera di ikuti relaxed breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Control pause segera di ikuti relaxed breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Control pause segera di ikuti relaxed breathing 2 menit Istirahat panjang pause dan pengukuran nadi terakhir Control Gambar 2.1 Set Buteyko Minggu ke-1 Sumber: J.L Brindley, 2010 1-2 menit Nose clearing exercise jika diperlukan dan pengukuran nadi 3 menit Control pause segera di ikuti reduced breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Control pause segera di ikuti reduced breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Extended pause segera di ikuti reduced breathing 20-30 detik Istirahat sejenak 3 menit Extended pause segera di ikuti reduced breathing 2 menit Istirahat panjang Control pause dan pengukuran nadi terakhir Gambar 2.2 Set Buteyko minggu ke-2 Sumber: J.L. Brindley, 2010 a. Nose Clearing Exercise Latihan ini dilakukan sebelum memulai teknik pernapasan Buteyko dan melakukan pernapasan hanya melalui hidung. Langkah latihan ini adalah sebagai berikut: Nodding- 10 kali 1 Anggukan kepala ke depan dan ke belakang secara perlahan. Hitung secara perlahan sampai tiga ketika kepala ke belakang dan ke depan. 2 Hal ini dilakukan bersamaan dengan pernapasan. Yaitu ambil napas ketika kepala ke belakang dan keluarkan napas ketika kepala ke depan. Tipping-6 kali 1 Ambil napas dan keluarkan napas secara perlahan kemudian tahan hidung. 2 Rebahkan kepala ke belakang tiga sampai enam kali ketika menahan napas. Waktunya lebih cepat dari sebelumnya. 3 Lepaskan tangan dari hidung dan ambil napas secara perlahan. Jaga mulut tetap tertutup Hold and Blow-6 kali 1 Ambil napas dan keluarkan napas secara normal dan lembut kemudian tahan hidung. 2 Tingkatkan tekanan pada belakang hidung dan coba tiup secara lembut. Jangan sampai pipi tergelembung tetapi hanya sampai telinga merasa ada letupan. 3 Jaga tekanan tersebut dan hitung sampai lima kemudian ambil napas melalui hidung. Jaga mulut tetap tertutup. b. Relaxed Breathing 1 Duduk secara nyaman dengan punggung lurus, kaki tidak menyilang serta lutut-bahu direnggangkan. Pandangan agak ke atas atau tutup mata. 2 Letakkan tangan pada bagian atas dan bawah dada serta tenangkan diri dengan cara bernapas dengan tenang dan perlahan melalui hidung. 3 Lalu, fokus pada area dimana merasakan gerakan napas. Konsentrasi pada bagian sekitar bawah dada. Coba lepaskan pada area ini sebanyak mungkin dan kurangi gerakan pada tangan bagian atas. 4 Setelah beberapa menit biarkan tangan istirahat di pangkuan. Sekarang, relaksasikan serta istirahatkan otot-otot seperti pada muka, dagu, leher dan pundak, bagian perut bawah, paha dan kaki. Pada saat ini mungkin dirasakan sedikit kekurangan udara. Hal ini menunjukkan latihan berjalan dengan baik. 5 Lanjutkan dengan perlahan teknik ini sekitar tiga menit kemudian kembali bernapas normal. Jaga pernapasan melalui hidung dan sesekali perhatikan pernapasan. c. Control pause Control pause memiliki dua fungsi, pertama adalah sebagai pengukur peningkatan latihan dan kedua sebagai cara cepat untuk memproduksi rasa kebutuhan udara derajat ringan ketika memulai siklus latihan Buteyko. Langkah control pause adalah sebagai berikut: 1 Ambil napas secara normal dan keluarkan melalui hidung. Pegangtahan hidung secara lembut dan mulai hitung menggunakan stopwatch. 2 Tahan napas sampai merasa tahap awal mulai kekurangan udara. 3 Pada poin ini bebaskan hidung, ambil napas dengan lembut melalui hidung dan hentikan stopwatch. d. Extended pause 1 Ambil napas secara normal, keluarkan dan pegang hidung 2 Tahan napas di tambah 5-10 detik melampaui control pause sambil menggunakan teknik distraksi seperti pindah dari kursi atau berjalan. 3 Lepaskan hidung, pastikan bernapas melalui hidung senyaman mungkin. 4 Segera mulai dengan reduced breathing dan relaksasi sampai merasakan membutuhkan udara. e. Reduced breathing Latihan reduced breathing memerlukan agak sedikit udara sementara itu tetap jaga tubuh agar relaksasi khususnya otot-otot pernapasan. 1 pastikan duduk secara nyaman dan bernapas melalui hidung. 2 Mulai dengan control pause dan beralih ke dalam reduced breathing 3 perhatikan jeda alami yang dirasakan antara bernapas dan istirahat yaitu tidak bernapas untuk satu detik diantara pernapasan . Relaksasi sampai merasakan sedikit kekurangan udara. Fokuskan pada otot-otot sekitar dada bagian bawah dan perut. 4 Perhatikan ukuran dan kecepatan pernapasan. Letakkan jari tepat dibawah hidung dan akan ditemukan perlambatan aliran udara yang masuk dan keluar dari lubang hidung. Biarkan sampai merasakan kebutuhan udara tetapi jangan sampai berlebihan. Kadang-kadang gerakan menggeliat dan perenggangan otot-otot dapat membantu membebaskan beberapa ketegangan otot yang muncul sebagai hasil dari kurangnya udara. 5 Jaga terus pola reduced breathing dan kembali bernapas normal tanpa melakukan sedikitpun pernapasan dalam Buteyko reathing Association, 2010. 6. Konsep Transpor Karbon Dioksida dalam Darah Homeostasis karbon dioksida CO 2 juga suatu aspek penting dalam kecukupan respirasi. Transpor CO 2 dari jaringan ke paru untuk dibuang dilakukan dengan tiga cara. Sekitar 10 CO 2 secara fisik larut dalam plasma, karena tidak seperti oksigen O 2 , CO 2 mudah larut dalam plasma. Sekitar 20 CO 2 berikatan dengan gugus amino padaa Hb karbaminohemoglobin dalam sel darah merah, dan sekitar 70 diangkut dalam bentuk bikarbonat plasma HCO 3 - . CO 2 berikatan dengan air dalam reaksi berikut: CO 2 +H 2 O H 2 CO 3 H + + HCO 3 - Reaksi ini reversibel dan disebut persamaan buffer asam bikarbonat- karbonat. Keseimbangan asam-basa tubuh ini sangat dipengaruhi oleh fungsi paru dan homeostasis CO 2 . Pada umumnya hiperventilasi ventilasi alveolus dalam keadaan kebutuhan metobolisme yang berlebihan menyebabkan alkalosis akibat ekskresi CO 2 berlebihan dari paru; hipoventilasi ventilasi alveolus yang tidak memenuhi kebutuhan metabolisme menyebabkan asidosis akibat retensi CO 2 oleh paru. Dengan memeriksa persamaaan, terbukti bahwa penurunan PCO 2 seperti yang terjadi pada hiperventilasi, akan menyebabkan reaksi bergeser ke kiri sehingga menyebabkan penurunan konsentrasi H + kenaikan pH, dan peningkatan PCO 2 menyebabkan reaksi menjurus ke kanan, menimbulkan kenaikan H + Penurunan pH Price dan Wilson, 2006. Dalam proses ikatan tersebut terdapat reaksi pengabungan coupling timbal-balik pengikatan proton dan O 2 yang disebut efek bohr. Efek bohr terjadi ketika karbon dioksida yang dihasilkan di jaringan perifer berikatan dengan air untuk membentuk asam karbonat yang terurai menjadi proton dan ion bikarbonat. Deoksihemoglobin bekerja sebagai dapar dengan mengikat proton dan meyalurkannya ke paru-paru. Di paru-paru, penyerapaan oksigen oleh hemoglobin membebaskan proton untuk berkombinasi dengan ion bikarbonat, membentuk asam karbonat yang jika mengalami dehidrasi oleh karbonik anhidrase akan menjadi karbon di oksida yang kemudian dihembuskaan keluar Murray, dkk., 2009 7. Teori Karbon Dioksida Perspektif Buteyko Pada tahun 1962 Prof. Konstantin P. Buteyko menjelaskan perbedaan antara CO 2 dalam darah dengan CO 2 paru pada pasien asma yang menyebabkan kerusakan jaringan paru sehingga menurunkan proses pertukaran gas. Buteyko menjelaskan pada kasus tersebut peningkatan ventilasi disebabkan karena kekurangan CO 2 hanya pada paru yang akhirnya membuat peningkatan tonus otot halus pada dinding bronkus dan menyebabkan bronkospasme Novozhilov, 2004. CO 2 merupakan sistem pengatur keseimbangan asam-basa. Rendahnya CO 2 mengakibatkan alkalosis. Rendahnya CO 2 tersebut disebabkan penggantian dari pemisahan garis oksihemoglobin, dengan demikian tidak memungkinkan terjadinya oksigenasi yang baik pada jaringan dan organ vital. Oksigenasi yang buruk tersebut memicu terjadinya hipoxia dan gangguan medis lainnya. CO 2 merupakan dilatator pembuluh pada otot halus, karena itu penurunan CO 2 yang signifikan dapat menyebaabkan spasme jaringan otak maupun jaringan bronkus. Hiperventilasi juga disebabkan karena kehilangan CO 2 secara progresif yang mengakibatkan tingginya pernapasan dan rendahnya kadar CO 2 Stalmatski, 1999. Sehingga pada teknik pernapasan Buteyko ada tiga jalan yang menstabilkan kadar CO 2 pada udara di alveoliparu yaitu sebagai berikut: a. Pengontrolan secara sadar. Penurunan aliran digunakan sebagai pengontrolan secara sadar. Semua latihan teknik pernapasan Buteyko didesain untuk menurunkan kedalaman pernapasan dengan berbagai variasi. b. Pelatihan Melalui pelatihan inilah dapat meningkatkan aktivitas otot. c. Mengenali penyebabnya Mengenali dan menyingkirkan beberapa penyebab pada napas dalam. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan peningkatan pernapasan seperti makan berlebihan, terlalu banyak tidur, napas berlebih melalui berbicara, stres yang panjang, dan kebiasaan lain. Metode Buteyko juga memberikan saran terhadap pola diet dan gaya hidup seperti itu. Novozhilov, 2004. 8. Penelitian Terkait Teknik pernapasan Buteyko di Indonesia tidak begitu populer, namun banyak hal-hal yang signifikan terhadap metode ini untuk menangani masalah Asma. Berikut beberapa penelitiannya: a. McHugh et.al 2003 menyatakan bahwa teknik pernapasan Buteyko ini merupakan teknik manajemen asma yang aman dan efisien. Hal tersebut dibuktikan dengan penurunan penggunaan inhalasi steroid sebesar 50 dan β2-agonist sebesar 85 dalam waktu 6 bulan. b. Courtney dan Cohen 2008 dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Breath Holding Time waktu menahan napas yang lebih rendah pada metode Buteyko berhubungan dengan pola pernapasan dada. Hal ini menunjukan bahwa perubahan pola napas dapat menyebabkan gejala pernapasan seperti dispnea dan bahwasanya terapi pernapasan seperti Buteyko ini mungkin mempengaruhi gejala tersebut, sehingga meningkatkan efisiensi biomekanika pernapasan. c. Teknik pernapasan Buteyko secara signifikan menunjukan penurunan penggunaan β2 agonist, penggunaan inhalasi kortikosteroid, penurunan penggunaan obat bronkodilator, dan peningkatan kualitas hidup Burgess J., et.al., 2011. d. Prasetya, Arief Widhi 2011. Pengaruh Latihan Nafas Metode Buteyko Terhadap Peak Expiratory Flow Rate PEFR dan Derajat Kontrol Penderita Asma Bronchiale di Puskesmas Pakis Kec. Sawahan Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa derajat kontrol asma p= 0,002 dan PEFR p= 0,305. Dengan kesimpulan bahwa teknik pernapasan Buteyko efektif terhadap peningkatan derajat kontrol asma tetaapi tidak berpengaruh terhadap PEFR. e. Mardhiah 2009 meneliti tentang Efektivitas Olahraga Pernapasan Terhadap Penurunan Gejala Asma Pada Penderita Asma Di Lembaga Seni Pernaapasan Satria Nusantara Medan. Hasilnya menunjukan adanya perbedaan gejala asma mingguan daan bulanan sebelum dan sesudah olahraga pernapasan. Temuan pada penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat penurunan gejala asma yang signifikan setelah olahraga pernapasan secara teratur

C. Konsep Kebutuhan Dasar menurut Maslow dan Teori Self Care Orem

Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah sebuah teori yang dapat digunakan perawat untuk memahami hubungan antara kebutuhan dasar manusia pada saat memberikan perawatan. Menurut konsep ini, beberapa kebutuhan manusia tertentu lebih besar daripada kebutuhan lainnya, oleh karena itu kebutuhan dasar harus dipenuhi sebelum kebutuhan lainnya. Kebutuhan dasar manusia adalah hal-hal seperti oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan seks yang merupakan hal penting untuk bertahan hidup dan kesehatan. Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh tergantung pada oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Untuk memenuhi oksigen dalam tubuh, manusia harus dapat bernapas secara normal Potter dan Perry,2005 Dorothea Orem 1971 mengembangkan konsep tentang self care yang didefinisikan sebagai keperawatan yang menekankan pada kebutuhan klien tentang perawatan diri sendiri Potter dan Perry, 2005. Teori self care Orem merupakan teori keperawatan yang secara umum dibentuk berdasarkan tiga hal berikut: a. Teori self care menggambarkan kenapa dan bagaimana seseorang merawat dirinya sendiri Tomey dan Alligood, 2006. b. Teori self care menggambarkan dan menjelaskan kenapa seseorang dapat dibantu melalui keperawatan Tomey dan Alligood, 2006. c. Teori self care merupakan teori sistem keperawatan yang menggambarkan dan menjelaskan hubungan yang harus dibawa dan dipelihara untuk keperawatan yang akan menghasilkan sesuatu Tomey dan Alligood, 2006. Teori self care yang dikembangkan oleh Dorothea E. Orem memiliki sebuah teori sistem yang dinamakan sistem dukungan edukatif. Hal ini berkaitan peran seorang perawat sebagai edukator yang bertindak mengatur pelatihan dan pengembangan self-care klien, pada akhirnya klien dapat menyempurnakan self- care-nya tersebut Tomey dan Alligood, 2006. Dari delapan self care yang dibutuhkan oleh orang dewasa maupun anak-anak salahsatunya yaitu perawatan intake udara yang cukup Tomey dan Alligood, 2006. Pemenuhan kebutuhan oksigen pada manusia sangat penting hal ini dikarenakan udaraoksigen merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia Potter dan Perry, 2005 maka teori pemenuhan kebutuhan yang dilakukan oleh keperawatan yang dilakukan untuk mengajarkan pasien harus dilakukan.

D. Kerangka Teori

Dalam penelitian ini, kerangka teori mengadopsi dan memodifikasi antara teori asma dan penatalaksanaan asma. Gambar 2.3. Kerangka Teori Sumber: GINA 2011 PDPI 2004 dan Maslow dalam Potter Perry 2005 Pasien Asma Gejala Asma: Batuk, sesak napas, mengi, rasa berat di dada, dan variabiliti berkaitan dengan cuaca. Penatalaksanaan serta Pengendalian Asma: 1. Pengetahuan 2. Monitor 3. Menghindari faktor resiko

4. Pengobatan medis jangka panjang:

obat-obatan pengontrol dan obat- obatan peringan. 5. Metode pengobatan alternatif: buteyko , homeopati, pengobatan dengan herbal, ayuverdic medicine, ionizer, osteopati dan manipulasi chiropractic, spleoterapi, akupuntur, hypnosis. 6. Terapi penanganan terhadap gejala 7. Pemeriksaan teratur serta menjaga kebugaran dan olahraga Kebutuhan dasar manusia: oksigen, cairan, nutrisi, temperatur, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan seks Gejala Asma: Batuk, sesak napas, mengi, dan rasa berat di dada. Kebutuhan oksigen terpenuhi Keterangan: : diteliti : Tidak diteliti 47

BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESA DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel independen dan variabel dependen. Variabel independen adalah Teknik Pernapasan Buteyko. Variabel dependen adalah penurunan gejala asma yang diukur menggunakan kuisioner tentang gejala asma. Gambar 3.1. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka konsep diatas, peneliti ingin mengetahui apakah teknik pernapasan Buteyko berpengaruh atau justru tidak berpengaruh terhadap penurunan gejala pasien asma di Kecamatan Ciputat dan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan. Teknik Pernapasan Buteyko pada Asma Gejala Asma