Metode analisis deskriptif kualitatif

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

A. Kondisi Historis Kota Metro

Kota Metro merupakan salah satu kota di Provinsi Lampung yang berjarak sekitar 45 km dari ibu kota provinsi Lampung yaitu Bandar Lampung. Pembentukan Kota Metro memiliki sejarah panjang dan beberapa kali mengalami perubahan bentuk pemerintahan sejak jaman pendudukan Belanda hingga saat ini. Harapan untuk memperoleh otonomi daerah terjadi pada tahun 1999 dengan dibentuknya Kota Metro sebagai daerah otonom berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1999 tanggal 20 April 1999. Pada saat diresmikan Kota Metro terdiri dari 2 dua kecamatan yaitu Kecamatan Metro Raya dan Kecamatan Bantul. Secara administratif sampai dengan akhir tahun 2009 Kota Metro dibagi menjadi lima kecamatan yaitu Kecamatan Metro Timur, Metro Barat, Metro Utara, Metro Selatan, dan Kecamatan Metro Pusat sebagai pusat pemerintahan. Kota Metro merupakan salah satu daerah di Provinsi Lampung yang terdapat agroindustri bihun tapioka. Lokasi usaha bihun tapioka di Kota Metro terdapat di Kecamatan Metro Timur dan Kecamatan Metro Utara. Usaha ini pertama kali didirikan oleh Warga Negara Indonesia yang masih keturunan China pada pertengahan tahun 1970-an.

B. Keadaan Geografis Kota Metro

Secara geografis Kota Metro terletak di tengah Provinsi Lampung pada kedudukan 5 5’ Lintang Selatan sampai 5 10’ Lintang Selatan, dan 105 15’ Bujur Timur sampai 105 20’ Bujur Timur dan berbatasan dengan : a. Kabupaten Lampung Tengah dan Lampung Timur di sebelah utara b. Kabupaten Lampung Timur di sebelah selatan c. Kabupaten Lampung Timur di sebelah timur d. Kabupaten Lampung Tengah di sebelah barat Topografi Kota Metro berupa daerah dataran aluvial dan berada pada ketinggian 25-75 meter dari permukaan laut dengan kemiringan 0 sampai 3 persen. Kota Metro memiliki wilayah keseluruhan seluas 6.874 ha. Berdasarkan Metro Dalam Angka 2014, penggunaan lahan Kota Metro dapat dilihat dalam Tabel 5. Tabel 5. Luas lahan berdasarkan penggunaannya di Kota Metro, 2013 No Penggunaan Luas ha Persentase 1 Sawah 2.978,20 43,32 2 Rumah, bangunan dan halaman 2.432,55 35,38 3 Hutan Rakyat 138,00 2,00 4 Rawa 22,70 0,33 5 Kolam 75,48 1,09 6 TegalKebun 86,20 1,25 7 Padang rumput 13,60 0,19 8 LadangHuma 76,00 1,10 9 Lainnya 1.052,13 15,30 Jumlah 6.874,86 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014 Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa luas areal lahan di Kota Metro sebagian besar digunakan sebagai areal persawahan. Keadaan ini juga didukung dengan adanya beberapa sungai yang melewati Kota Metro seperti sungai Way Sekampung, Way Batanghari, Way Bunut dan Way Raman. Kota Metro memiliki prasarana transportasi yang terbilang baik. Hampir seluruh jalanan di Kota Metro telah menggunakan aspal. Hal tersebut akan memperlancar proses transportasi dan distribusi barang keluar dan masuk Kota Metro, yang berarti juga mendukung bagi adanya industri. Panjang jalan di Kota Metro dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Panjang jalan menurut jenis permukaan di Kota Metro, 2013 km No Jenis Permukaan Status Jalan Jalan Negara Jalan Provinsi Jalan Kota Jalan Desa 1 Aspal 5,74 21,90 365,41 441,40 2 KerikilOnderlagh 0,00 0,00 0,00 7,40 3 Tanah 0,00 0,00 0,00 3,00 4 Tidak Dirinci 0,00 0,00 0,00 0,00 Jumlah 5,47 21,90 365,41 451,80 Sumber : Badan Pusat Statistik, 2014

C. Keadaan Demografi

Jumlah penduduk Kota Metro tahun 2013 adalah 153.517 jiwa berdasarkan proyeksi hasil sensus penduduk tahun 2010. Luas wilayah Kota Metro adalah 68,74 Km sehingga kepadatan penduduk Kota Metro adalah 2.233Km . Kota Metro menempati urutan kedua di Provinsi Lampung untuk kepadatan penduduk setelah Kota Bandar Lampung. Keadaan penduduk Kota Metro berdasarkan jenis kelamin tahun 2013 dapat dilihat pada Tabel 7.