Ruang lingkup agribisnis dan agroindustri

Agroindustri adalah salah satu sub sistem yang bersama-sama sub sistem lain membentuk sistem agribisnis. Sistem agribisnis terdiri dari sub sistem input, usahatani pertanian, output, pemasaran dan penunjang. Agroindustri tidak dapat dilepaskan dari pembangunan agribisnis secara keseluruhan karena agroindustri merupakan kegiatan industri pengadaan input dan penyaluran produksi pertanian output, atau industri pengadaan yang memanfaatkan produk hasil pertanian sebagai bahan baku. Agroindustri terbagi atas : 1 Agroindustri hulu pertanian Termasuk didalamnya adalah penghasil dan penyalur sarana produksi input. 2 Agroindustri hilir Termasuk didalamnya adalah pengolahan hasil- hasil pertanian output. Menurut Soekartawi 2000 Agroindustri dapat diartikan sebagai suatu tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri. Pentingnya agroindustri sebagai suatu pendekatan pembangunan pertanian dapat dilihat dari kontribusinya terhadap : 1 mampunya kegiatan agroindustri untuk meningkatkan pendapatan pelaku agribisnis; 2 mampunya menyerap banyak tenaga kerja; 3 mampunya meningkatkan perolehan devisa; dan 4 mampunya mendorong tumbuhnya industri yang lain. Meskipun demikian, pembangunan agroindustri masih dihadapkan oleh berbagai tantangan atau permasalahan yang ada di dalam negeri atau luar negeri. Beberapa diantara permasalahan di dalam negeri yaitu: 1 beragamnya permasalahan berbagai agroindustri menurut macam usahanya, khususnya kurang tersedianya bahan baku yang cukup dan kontinyu; 2 kurang nyatanya agroindustri di perdesaan karena masih berkonsentrasinya agroindustri di perkotaan; 3 kurang konsistennya kebijakan pemerintah terhadap agroindustri; 4 kurangnya fasilitas permodalan perkreditan dan kalaupun ada prosedurnya amat ketat; 5 keterbatasan pasar; dan 6 kualitas produksi dan prosesing yang belum mampu bersaing. Agroindustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas dari tujuan utama yaitu meningkatkan keuntungan dan nilai tambah. Agroindustri itu sendiri meliputi tiga kegiatan utama yaitu; pengadaan bahan baku, pengolahan atau proses produksi dan pemasaran. 1 Pengadaan bahan baku Pengadaan bahan baku merupakan salah satu unsur yang paling aktif dalam operasi perusahaan yang secara terus menerus diperoleh, diolah, dan dijual kembali. Persediaan sangat penting artinnya bagi suatu perusahaan karena berfungsi untuk menghubungkan proses-proses yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Ketersediaan bahan baku produksi bagi perusahaan agroindustri yang secara tepat waktu, berkualitas dan secara kuantitas mencukupi serta tersedia secara berkelanjutan akan menjamin penampilan suatu perusahaan dalam waktu yang relatif lama. Faktor pengadaan bahan baku berfungsi menyediakan bahan baku bagi subsistem pengolahan dalam jumlah yang tepat, mutu yang baik, dan tersedia secara berkesinambungan. Kekurangan bahan baku dan ketersediaan yang tidak kontinyu menyebabkan sistem kerja agroindustri tidak efektif dan efisien, sedangkan menurunnya mutu bahan baku akan menyebabkan menurunnya mutu produk olahan menjadi rendah. Oleh karena itu pengadaan bahan baku bagi industri yang mengolah produk pertanian harus terorganisasi dengan baik, sehingga mampu menyediakan bahan baku secara efisien dalam jumlah yang tepat serta mutu yang baik. 2 Pengolahan bahan baku Agroindustri sebagai sektor bisnis tidak terlepas dari tujuan utama yaitu meningkatkan keuntungan dan nilai tambah. Selain itu pengolahan hasil pertanian juga menjadi penting karena pertimbangan : - meningkatkan kualitas hasil; - meningkatkan penyerapan tenaga kerja; - meningkatkan keterampilan produsen; dan - meningkatkan pendapatan konsumen. Berdasarkan lokasi kegiatannya, agroindustri dapat berlangsung di tiga tempat, yaitu: 1 dalam rumah tangga yang dilakukan oleh anggota rumah tangga petani penghasil bahan baku, 2 dalam bangunan yang menempel atau terpisah dari rumah tempat tempat tinggal tetapi masih dalam satu pekarangan dengan menggunakan bahan baku yang dibeli di pasar dan menggunakan tenaga kerja keluarga, 3 dalam perusahaan kecil, sedang, atau besar yang mengunakan buruh upahan dan modal yang lebih intensif dibandingkan dengan industri rumah tangga. 3 Pemasaran produk Aspek pemasaran akan menguntungkan semua pihak apabila mekanisme pemasaran berjalan baik. Peranan lembaga pemasaran yang biasanya terdiri dari produsen, tengkulak, pedagang pengumpul, eksportir, importir atau lainnya menjadi amat penting. Lembaga pemasaran ini khususnya di negara berkembang dicirikan oleh lemahnya pemasaran hasil pertanian.

3. Industri KecilUsaha Kecil

Menurut BPS yang dimaksud industri kecil adalah industri dengan tenaga kerja berjumlah antara 5 sampai 19 orang, sedangkan berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, kriteria usaha kecil adalah: a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 lima puluh juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 lima ratus juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 tiga ratus juta rupiah sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 dua milyar lima ratus juta rupiah Menurut Anoraga 2000, karakteristik sektor usaha kecil antara lain: a. sistem pembukuan yang relatif sederhana dan cenderung tidak mengikuti kaidah administrasi pembukuan standar; b. margin usaha yang cenderung tipis mengingat persaingan usaha yang tinggi; c. modal terbatas; d. pengalaman manajerial dalam mengelola perusahaan masih sangat terbatas, e. skala ekonomi yang terlalu kecil sehingga sulit mengharapkan untuk mampu menekan biaya mencapai efisiensi jangka panjang; f. kemampuan pemasaran dan negosiasi, serta diversifikasi pasar sangat terbatas.

4. Kinerja

Menurut Amstrong dan Baron Dalam Wibowo, 2008, kinerja mempunyai makna yang luas, bukan hanya menyatakan sebagai hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakannya dan hasil yang dicapai dari hasil pekerjaan tersebut. Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen, dan memberikan kontribusi ekonomi. Manajemen kinerja merupakan kebutuhan mutlak bagi organisasi untuk mencapai tujuannya dengan mengatur kerja sama secara harmonis dan terintegrasi antara pemimpin dan bawahannya. Manajemen kinerja diawali dengan perumusan dan penetapan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan yang diharapkan tersebut merupakan titik awal dalam perencanaan kinerja organisasi. Kinerja merupakan implementasi dari rencana yang telah disusun tersebut. Kinerja organisasi juga ditunjukkan oleh bagaimana berlangsungnya kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut. Dalam proses pelaksanaan aktivitas harus selalu dilakukan monitoring, penilaian dan review atau peninjauan ulang terhadap kinerja sumber daya manusia. Melalui monitoring dilakukan pengukuran dan penilaian kinerja secara periodik untuk mengetahui pencapaian kemajuan kinerja serta prediksi apakah terjadi deviasi pelaksanaan terhadap rencana yang dapat mengganggu pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat deviasi antara progres yang direncanakan dengan kenyataan. Apabila terdapat deviasi berupa progres yang lebih rendah daripada rencana, perlu dilakukan langkah-langkah untuk memacu kegiatan agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai. Menurut Prasetya dan Fitri 2009 tipe pengukuran kinerja diantaranya yaitu produktivitas, kapasitas, dan pendapatan. Tipe pengukuran kinerja tersebut di uraikan sebagai berikut: a. Produktivitas Produktivitas merupakan suatu ukuran seberapa baik kita mengonversi input dari proses transformasi menjadi output. Produktivitas =