meng-konseptualisasikan lingkungan eksternal. Heizer dan Render dalam Kuncoro, 2006 menyatakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
lingkungan eksternal adalah kondisi perekonomian, budaya, demografi, dan peraturan pemerintah. Bourgeois dalam Kuncoro, 2006 mengatakan bahwa
lingkungan eksternal juga dipengaruhi oleh konsumen, pesaing, pemasok,dan peraturan pemerintah.
6. Kajian Penelitian Terdahulu
Iryanti 2010, dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kinerja, Nilai Tambah, dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting studi
kasus di Desa Gantiwarno Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur”. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa kinerja produksi secara
keseluruhan sudah baik karena nilai rasio RC diatas biaya total yang didapat ≥1 yaitu 1,42, produktivitas ≥ 7,2 kgHOK yaitu 11,49 kgHOK, dan
kapasitas ≥ 0,5 atau 50 persen yaitu 0,91 atau 91 persen. Agroindustri kelanting di Desa Gantiwarno memiliki nilai tambah yang tinggi yaitu sebesar
Rp1061,44 per kilogram ubi kayu atau sebesar 41,74 persen. Agroindustri kelanting berada pada kuadran 1, strategi yang harus diterapkan dalam kondisi
ini adalah a mempertahankan kualitas produk untuk memenuhi keinginan masyarakat yang terus meningkat, b mempertahankan kualitas produk untuk
melakukan kerja sama dengan pihak luar, c menghasilkan produk yang berkualitas untuk meningkatkan preferensi penduduk terhadap makanan
tradisional, d memanfaatkan kerja sama dengan pihak luar untuk menigkatkan
jaringan pasar dan, e menggunakan teknologi yang tepat guna untuk mengatasi keterbatasan pekerja.
Andika 2012, dalam penelitiannya mengenai “Kinerja Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Skala Kecil Kopi Bubuk di Kota Bandar
Lampung” bahwa kinerja agroindustri kopi bubuk di Kota Bandar Lampung secara keseluruhan sudah baik. Rata-rata RC rasio, BEP, produktivitas,
kapasitas, dan kualitas termasuk dalam katagori baik. Rata-rata nilai tambah yang diperoleh dari agroindusri adalah Rp9.967,89 per kilogram bahan baku
biji kopi. Strategi pengembangan agroindustri yaitu menghasilkan produk yang berkualitas sehingga mampu bersaing dengan produk kopi bubuk lain,
memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman dalam menghadapi persaingan bisnis dan mengoptimalkan kinerja karyawan.
Sagala 2013, dalam penelitiannya dengan judul “Kinerja Usaha dan Strategi Pengembangan Agroindustri Kecil Kelanting di Desa Karang Anyar
Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran”. Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa kinerja agroindustri secara keseluruhan menguntungkan.
RC rasio masing-masing kelanting getuk dan parut sebesar 1,24 dan 1,25 RC 1, produktivitas sebesar 16,26 kgHOK dan 13,82 kgHOK 7,2 kgHOK
dan kapasitas sebesar 0,93 dan 0,85 0,5. Strategi pengembangan agroindustri kecil kelanting di Desa Karang Anyar berdasarkan tiga strategi
prioritas yaitu a mengoptimalkan tenaga kerja yang ada sehingga meningkatkan jumlah produksi yang akan menambah pendapatan agar dapat
mengadopsi teknologi yang tepat guna b memanfaatkan tenaga kerja yang
sudah berpengalaman untuk menghadapi pesaing bisnis industri kelanting lainnya c memanfaatkan tenaga kerja yang berpengalaman dan banyak untuk
mengikuti perkembangan teknologi.
Savitri 2010, dalam penelitiannya mengenai potensi agroindustri berdasarkan kinerja usaha dan strategi pengembangannya dengan lokasi penelitian di Dusun
Sanan, Kecamatan Belimbing, Kota Malang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa agroindustri tempe dan keripik tempe memiliki tingkat keuntungan yang
tidak berbeda nyata. Keuntungan agroindustri tempe sebesar Rp145.125,03 untuk satu kali produksi, sedangkan keuntungan agroindustri keripik tempe
sebesar Rp207.915,89. Nilai RC rasio dan nilai tambah agroindustri keripik tempe lebih besar daripada agroindustri tempe. Nilai RC rasio sebesar 1,57
pada agroindustri keripik tempe dan 1,26 pada agroindustri tempe. Rasio nilai tambah pada agroindustri keripik tempe sebesar 46,10, dan 24,63 pada
agroindustri tempe. Berdasarkan hasil identifikasi lingkungan internal dan eksternal dan pemetaan matrik Grand Strategy dapat diketahui bahwa
agroindustri tempe dan keripik tempe terletak pada kuadran I, sehingga strategi yang dapat diterapkan adalah mendukung kebijakan pertumbuhan Aggresive.
Strategi yang dapat digunakan seperti mempertahankan kualitas, efisiensi proses produksi, dan diversifikasi produk.
Rochmah 2005, tentang analisis nilai tambah dan keuntungan pada agroindustri bihun dan soun di Kota Metro. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh pendapatan per satu kali produksi menguntungkan yakni pendapatan agroindustri bihun tapioka atas biaya tunai adalah Rp259.495,45 dengan RC