MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dr. Eddy Purnomo, M.Pd ...............................
Sekretaris
: Drs. Nurdin, M.Si ...............................
Penguji Bukan Pembimbing
: Dr. Erlina Rufaidah, M.Si. ...............................
2.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP: 19600315 198503 1 003
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 04 Mei 2013
MOTTO
My famz_my Soul, my friends_my dreams Bimbi
PERSEMBAHAN
Segala puji bagi Alloh SWT Zat Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, dengan setulus hati karya sederhana ini penulis
persembahkan kepada yang tercinta Kedua orang tua ku Ibu dan Bapak, tercinta yang setiap detik
mencurahkan kasih sayangnya untuk ku, mendoakan untuk keberhasilanku dan memberikan segalanya untuk ku.
My Big Brother Mas tino, mas jadi mas supar, Big sister ayuk ratmi, mba mulyani mba siti dan Young Brother
Gunawan Harida kalian adalah hal indah yang mengajari arti kedewasaan dan tanggung jawab. Luph so much my famz.
Davit, sahabat kakak yang tulus, rajin, baik hati selalu sabar mengajarkan arti keiklasan dalam sebuah keputusan.
Para sahabat yang selalu tulus memberi semangat dan kegembiraan, deni, wiki, fitri, suzi,yona, AR, seven beauty sista,
eska, dan yani, kalian adalah bagian dari mimipi-mimpiku. Teman-teman di pendidikan ekonomi angkatan 2009 dan
teman-teman KKN laskar Palas Jaya 2012. Almamater tercinta Universitas Lampung
Judul Skripsi : PENGARUH INTELLEGENCE QUOTIENT,
KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI
GURU TERHADAP HASIL BELAJAR
EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA
BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20122013
Nama
: Sulistiyani
Nomor Pokok Mahasiswa : 0913031101
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I,
Pembimbing II, Dr. Eddy Purnomo, M.Pd
Drs. Nurdin, M.Si NIP. 19530330 1983031001
NIP. 19600817 198603 1 003
2. Mengetahui Ketua Jurusan
Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Pendidikan Ekonomi, Drs. Buchori Asyik, M.Si.
Drs. Nurdin, M.Si. NIP. 19560108 198503 1 002
NIP. 19600817 198603 1 003
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Gunung Raya Kecamatan Marga
Sekampung Lampung Timur pada tanggal 26 November 1988, yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara
pasangan Bapak Slamet dan Ibu Sutiyem. Pendidikan formal yang pernah diselesaikan oleh penulis adalah :
1. Sekolah Dasar Negeri 2 gunung Raya selesai pada tahun 2001.
2. Sekolah Menengah Pertama PGRI 3 Jabung selesai pada tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bandar Sribhawono Lampung Timur
selesai pada tahun 2007. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas
Lampung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan FKIP Jurusan Pendidikan IPS Program Studi Pendidikan Ekonomi melalui jalur Ujian Mandiri UM.
Penulis, Sulistiyani
SANWACANA
Segala Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyanyang. Berkat rahmat dan karunianya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Skripsi ini berjudul
“Pengaruh intellegence quotient, konsep diri, iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru
terhadap Hasil Belajar Ekonomi ”.
Dalam upaya penyelesaian skripsi ini penulis banyak sekali mendapatkan bantuan,
bimbingan dan motivasi dari semua pihak, dan pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Lampung; 2.
Bapak Dr. Hi. M. Thoha. B. S. Jaya, M.S. selaku Pembantu Dekan I FKIP Universitas Lampung;
3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si. selaku Pembantu Dekan II FKIP
Universitas Lampung; 4.
Bapak Drs.Hi. Iskandar Syah, M.H. selaku Pembantu Dekan III FKIP Universitas Lampung;
5. Bapak Drs.Hi. Buchori Asyik, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS
FKIP Universitas Lampung; 6.
Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung dan sekaligus sebagai Pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktu, masukan serta nasihat yang baik kepada
penulis; 7.
Bapak Dr. Hi. Eddy Purnomo, M.Pd, selaku Pembimbing I atas kesabaran, arahan, masukan, serta penuh ketelitian dalam membimbing penulis untuk
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik; 8.
Ibuk Dr. Hj. Erlina Rufaidah, M.Si, selaku Penguji yang telah banyak meluangkan waktu, masukan serta nasihat yang baik dan teliti kepada
penulis; 9.
Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Pendidikan IPS FKIP Universitas Lampung yang telah memberikan
ilmunya kepada penulis; 10.
Bapak dan Ibu bagian Akademik FKIP Universitas Lampung; 11.
Bapak Drs. Hi. Berchah Pitoewas, M.H, selaku Kepala Sekolah SMA YP Unila Bandar Lampung dan segenap dewan guru yang telah banyak
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian. 12.
Kedua orang tuaku tercinta yang tulus menyayangiku dan mendoakan untuk keberhasilanku. Terima kasih atas perjuangan dan pengorbanannya
dalam mendidik dan membesarkanku hingga saat ini.
13. Kakak-kakak ku dan keponakan tersayang mb ratmi, mas tino, mas jadi,
mbak mulyani, mas supar, mbak siti handayani, yulia, dwiana, maya, nixola, yang selalu sabar dan iklas berkorban untukku.
14. Adikku tersayang gunawan harida, yang selalu tulus membantuku dan
memberikan segalanya. 15.
Kak davit terimakasih untuk segala kebaikan dan ketulusan untuk selalu membantuku, terimakasih sudah menjadi seseorang yang sabar dan baik
hati. 16.
Soulmate terbaik tori-tori, bulug, dholpin albino, dholpin endera dan benaro tanpa kalian aku hanyalah bimbi yang tak berarti apa-apa.
17. Abdul Rohim, sahabat yang selalui memberi inspirasi untuk menjadi
seorang sahabat yang baik hati dan tulus. 18.
Sahabat-sahabatku, Deni “ kamu adalah bagian dari cita dan cintaku bebeb deni, terimakasih untuk persahabatan ini, yang tidak terhapus oleh ruang
dan waktu ”, Wiki, Fitri, Ismut, Yona, Susi, “kalian friendship IPA 1
terbaik, bersyukur punya sahabat kalian, terimakasih untuk persahabatan kita yang tidak terhenti dan tetap terjaga sampai kapanpun
”, Seven Beauty Sista Mala, Dedew, Qie, Eka, El, Muji
“sista-sistaku yang cantik dan baik hati, terimakasih untuk kebaikan, keceriaan, semoga
persahabatan kita menjadi ikatan yang tag akan putus ”, Eska dan Mulyani
“kalian berdua adalah sahabat yang selalu membuatku mengerti bahwa persahabatan adalah hal yang tak akan hilang oleh apapun bahkan tidak
oleh ego dan kesombongan, terimakasih telah mengajariku arti persahabatan yang tulus
”,. Arigato gozaimase, kalian adalah bagian dari
mimpi-mimpiku my friends my dreams. Tanpa kalian hidup akan sangat membosankan.
19. Teman-teman Gravillea resident: Mb alel, Mb suliz, Mb vika, Mb tika, Mb
erna, Mb ririn, Mb nunur, Mb yuni, reni, indri, nike, anjar, novi, ratna, dyah, fitri, yuni, dan Risa terimakasih untuk tawa dan keceriaan yang
selalu cetar membahana badai selama ini, karena kalian gravillea menjadi rumah yang istimewa.
20. Teman-teman angkatan 2009 dede, dwi, novi, vivi, rahma, mey, lili, bunda,
pipit, Era, Yulia, Rita, Welfa, habib, bagus terimakasih atas kebersamaannya selama ini. Suka dan duka kita bersama saat mencari ilmu
untuk masa depan kita kelak dan tentunya untuk mencapai ridho Allah SWT.
21. Teman-teman KKN dan PPL di Laskar Palas Jaya 2012: Ipul, vera, yulia,
intan, tya, tika, mita, galih, redy, faiz, fauzy, amoz, wawan. 22.
Kakak-kakak tingkat di FKIP Ekonomi angkatan 2005, 2006, 2007, 2008; 23.
Adik-adik tingkat di FKIP Ekonomi angkatan 2010, 2012 dan 2012 terima kasih untuk bantuan dan persahabatan ini;
Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan, amien ya robbalalamin.
Bandar Lampung, Mei 2013 Penulis,
Sulistiyani
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
Jl. Soemantri Brojonegoro No. 01 Gedung Meneng Bandar Lampung 35145 Telp. 0721 704624 Faximile 0721 7046
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini, adalah: 1.
Nama : Sulistiyani
2. NPM
: 0913031101 3.
Program Studi : Pendidikan Ekonomi
4. Alamat : Bukit Raya RT.06RW.03, Marga Sekampung.
Lampung Timur.
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam
naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Mei 2013 Yang Membuat Pernyataan
Sulistiyani 0913031101
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di suatu negara.
Oleh sebab itu, hampir semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu
juga Indonesia menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting dan utama, karena pendidikan merupakan suatu langkah konkrit untuk meningkatkan sumber
daya manusia yang juga sangat berkaitan erat dengan kemajuan suatu negara. Moedjiarto, 2002: 11.
Pendidikan nasional merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila. Pendidikan nasional juga berfungsi untuk
menjamin dan melestarikan keberhasilan pembangunan. Pendidikan merupakan proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik
mungkin terhadap lingkungannya dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam
pembangunan bangsa.
2 Dalam rangka adanya tuntutan masyarakat di era global yang telah membawa
perubahan pada aspek kehidupan manusia termasuk aspek ekonomi, maka pendidikan lebih menekankan untuk membentuk sumber daya manusia yang
berkualitas dalam arti sebagai insan berilmu pengetahuan, berketerampilan, berbudi pekerti luhur, berakhlak mulia, bertanggungjawab dan berupaya mencapai
kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat, dan negara.
Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 menyatakan bahwa, pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara. Rendahnya
mutu pendidikan di indonesia berdasarkan data tahun 2008 angka education development index
untuk mutu pendidikan di Indonesia adalah 0,93 untuk mencapai mutu yang tinggi education development index harus mencapai
angka 1. Hasil survei lembaga internasional Education For All EFA Global Monitoring pada 2011 dan The Hidden Crisis, Armed Conflict and Education
yang dikeluarkan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa UNESCO yang menempatkan Indonesia di posisi
ke-69 dari 127 negara di dunia berdasarkan penilaian pada indikator Angka
3 partisipasi pendidikan, tingkat kemiskinan, angka bertahan siswa hingga lulus SD,
pengusaan sains secara profesional, Angka melek huruf dan angka partisipasi menurut kesetaraan gender. Menyikapi hal tersebut, maka penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui peningkatan kualitas sektor pendidikan. Hal ini disebabkan karena pendidikan adalah menopang utama dalam
peningkatan sumber daya manusia untuk membangun bangsa. http:viruspintar.blogspot.com201205pendidikan-indonesia. di akses tanggal
12 maret 2013 Pkl. 11:28 Hasil belajar siswa merupakan salah satu indikator tinggi rendahnya mutu
pendidikan di suatu daerah. Tinggi rendahnya mutu pendidikan berhubungan erat dengan kualitas sumber daya manusia, sedangkan sumber daya manusia yang
berkualitas tinggi mutlak dibutuhkan demi kemajuan suatu negara. Rangkaian hubungan tersebut menunjukkan bahwa penting bagi kita memberi perhatian
penuh pada hasil belajar siswa dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Materi pelajaran ekonomi merupakan mata pelajaran yang terdapat dalam
kurikulum di Sekolah Menengah Atas SMA. Mata pelajaran ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku dan tindakan manusia untuk
memenuhi kebutuhan hidup yang beranekaragam sesuai dengan sumber daya yang ada. Kegiatan ekonomi secara umum terdiri dari tiga kegiatan yaitu produksi,
distribusi, dan konsumsi. Mata pelajaran ekonomi termasuk dalam rumpun Ilmu Pengetahuan Sosial IPS. Pada tingkatan pendidikan dasar dan menengah
pertama, mata pelajaran ekonomi diberikan sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan
4 Sosial. Sedangkan pada tingkat pendidikan menengah atas, mata pelajaran
ekonomi diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Pada dasarnya tujuan pembelajaran ekonomi di SMA adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: 1.
memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di
lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan negara. 2.
menampilkan sikap ingin tahu terhadap sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi.
3. membentuk sikap bijak, rasional dan bertanggungjawab dengan memiliki
pengetahuan dan keterampilan ilmu ekonomi, manajemen dan akuntansi yang bermanfaat bagi diri sendiri, rumah tangga, masyarakat, dan negara.
4. membuat keputusan yang bertanggungjawab mengenai nilai-nilai sosial
ekonomi dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala nasional maupun internasional. http:sasterpadu.tripod.com
di akses tanggal 8 September 2012 Pkl. 09:48
Tujuan –tujuan pembelajaran ekonomi di SMA tersebut, dikatakan tercapai
apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65 dikuasai oleh siswa sehingga, hasil belajar mencapai KKM. Kegiatan dalam pendidikan formal selalu
diikuti dengan pengukuran dan penilaian, demikian juga dalam proses kegiatan belajar mengajar. Keberhasilan belajar siswa dapat dilihat dari kemampuannya
menguasai materi pelajaran. Untuk mencapai tujuan pembelajaran ekonomi dibutuhkan suatu proses
pembelajaran yang baik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Namun, pada kenyataannya dari hasil pengamatan saat penelitian pendahuluan di
SMA YP Unila Bandar Lampung khususnya pada guru ekonomi kelas XI IPS pada proses pembelajaran masih menggunakan metode-metode mengajar yang
5 monoton. Kondisi sekolah yang tidak kondusif, proses pembelajaran yang gaduh
dan siswa-siswi yang tidak fokus terhadap pembelajaran, sehingga banyak dari siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru, akibatnya tujuan dari
pembelajaran ekonomi belum tercapai dilihat dari hasil belajar siswa sebagian besar belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum KKM.
Tabel 1. Hasil Belajar Ujian Tengah Semester Mata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas XI IPS Semester Ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung
Tahun Pelajaran 20112012
Sumber : Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA YP Unila Bandar Lampung. Berdasarkan Tabel 1 di atas, dapat diketahui hasil belajar siswa masih tergolong
rendah, karena dari 125 siswa terlihat hanya 42 atau 33,6 siswa yang mendapat nilai ≥75, dan berarti 66,4 atau sebanyak 83 siswa memperoleh nilai 75.
Seperti yang dikemukakan oleh Djamarah 2002: 121, yaitu apabila bahan pelajaran yang diajarkan kurang dari 65 dikuasai oleh siswa maka persentasi
keberhasilan siswa pada mata pelajaran tersebut tergolong rendah. Maka dari persentase hasil belajar ekonomi di atas, hasil belajar siswa kelas XI IPS
SMA YP Unila masih tergolong rendah, sehingga dapat dikategorikan bahwa
No Kelas
Nilai Jumlah
Siswa
75 ≥ 75
1 XI IPS1
19 12
31 2
XI IPS2 19
11 30
3 XI IPS3
20 9
29 4
XI IPS4 25
10 35
Jumlah Siswa
83 42
125 66,4
33,6 100
6 siswa yang menguasai mata pelajaran ekonomi tergolong rendah jika
dibandingkan dengan siswa yang belum menguasai bahan pelajaran. Berdasarkan pemikiran di atas dan melihat rendahnya hasil belajar siswa, maka
perlu untuk mengidentifikasi faktor –faktor yang mempengaruhinya. Keberhasilan
belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor intern dalam diri pribadi dan faktor ekstern luar pribadi. Menurut Slameto 2003:54, faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar dibagi menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
a. Faktor-faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor ini dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis,
dan faktor kelelahan yaitu kesehatan, cacat tubuh, inteligensi, perhatian, konsep diri minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
b. Faktor-faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
masyarakat yaitu, faktor keluarga, iklim sekolah, kompetensi guru, metode mengajar, kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar, teman
bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa yang memberi pengaruh baik pada siswa, lingkungan masyarakat yang positif.
Berkaitan dengan faktor internal dan faktor eksternal di atas, dalam konteks penyelenggaraan pendidikan formal terdapat tiga komponen penting sebagai
faktor determinatif yang mempengaruhi keberhasilan sekolah. Komponen tersebut adalah siswa raw input, kompetensi guru, berbagai buku pelajaran, sarana dan
prasarana sebagai masukan alat instrumental input, dan lingkungan sosial dan
7 budaya sekolah sebagai masukan lingkungan environment input. Dasim
Budimansyah, 2010: 239. Peserta didik sebagai raw input memiliki karakteristik yang amat beragam sesuai
dengan kondisi alam dan budaya di dearahnya. Secara spesifik karakteristik peserta didik mempengaruhi mutu pendidikan. Karakteristik yang dirasa sangat
berpengaruh adalah kemampuan peserta didik dari aspek intelegensi, dan konsep diri dari masing-masing peserta didik. Berdasarkan alasan tersebut banyak sekolah
menerapkan tes masuk yang ketat sebagai alat untuk menyeleksi peserta didik yang akan menjadi input di lembaga sekolah tersebut. Secara tidak langsung, hal
ini menuntut seluruh peserta didik untuk lebih meningkatkan kualitasnya secara akademis agar bisa diterima di sekolah unggulan.
Intellegence Quotient IQ merupakan faktor yang berasal dari diri siswa.
Inttellegence quotient merupakan suatu ukuran dalam intelegensi yang dapat
diartikan sebagai suatu tingkat kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya bertautan dengan aspek kognitif dari setiap masing-masing individu
tersebut. Hal ini berarti siswa yang memiliki IQ tinggi memiliki kapasitas untuk lebih memahami materi pelajaran dari pada siswa yang memiliki IQ sedang.
Berdasarkan observasi dan dokumentasi pada penelitian pendahuluan yang dilaksanakan di SMA YP Unila bandar lampung menunjukkan bahwa tingkat
intelligence quotient siswa tergolong normal yaitu sebanyak 98 siswa dari 150
atau dengan persentase 65 memiliki tingkat intelligence qoutient pada rentang
8 90-109. Hal ini di duga berpengaruh pada hasil belajar siswa yang mayoritas tidak
mencapai KKM. Keadaan siswa yang lebih tanggap dan cepat dalam merespon pertanyaan guru dan mengerjakan soal-soal atau keadaan siswa yang lambat dan
sulit untuk memahami materi diduga disebabkan adanya perbedaan inteligensi yang ditunjukkan dengann skor intelligence quotient antara siswa yang satu
dengan yang lainnya.Dengan demikian, Intellegention Quotient memegang peranan penting untuk suksesnya anak dalam belajar.
Semua materi dalam mata pelajaran ekonomi SMA, khususnya kelas XI seperti APBDN dan APBD, Pasar modal, siklus akutansi, dan memahami
ketanagakerjaan serta dampaknya terhadap pembangunan ekonomi membutuhkan kemampuan dalam mendeskripsikan dan menganalisis. Oleh karena itu,
intelligence quotient sangat berkaitan dengan optimalisasi hasil belajar ekonomi
siswa. IQ atau daya tangkap seseorang berkaitan dengan keterampilan seseorang menghadapi persoalan teknikal dan intelektual. Perbedaan kemampuan belajar
siswa, karena siswa yang memiliki inteligensi tinggi biasanya akan mudah menerima materi pelajaran sehingga peluang untuk mendapat hasil belajar yang
baik akan lebih mudah.
Faktor internal lain yang merupakan raw input yang juga diduga sangat berpengaruh terhadap hasil belajar adalah konsep diri. Konsep diri sangat penting
dalam hal penentu kualitas sumber daya manusia, jika seseorang hanya mengutamakan IQ yang dimiliki tanpa diimbangi dengan konsep diri yang positif
9 makan intelegensi yang dimiliki dapat digunakan dalam prilaku yang salah. Hal
ini terlihat dari berbagai kriminalitas yang terjadi di masyarakat seperi pelaku pembuatan bom, pencurian dengan teknologi tinggi dll. Oleh karena itu, konsep
diri memegang peranan sangat penting dalam kehidupan manusia karena konsep diri adalah inti dari kepribadian yang mengarahkan individu berprilaku.
Konsep diri merupakan penentu dalam keberhasilan perkembangan siswa. Bagaimana siswa tersebut menilai atau memberikan pandangan terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan
untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu
pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Hasil belajar siswa sangat dipengaruhi oleh konsep diri siswa karena konsep diri
dan pencapaian akademik siswa adalah dua hal yang sangat berkaitan. Segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Konsep diri sebagai inti kepribadian menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian. Konsep diri
menentukan keberhasilan seseorang dalam menghadapi permasalahan. Konsep diri berkaitan dengan komitmen dan kepercayaan seseorang dalam menetukan
pilihan berprilaku.
10 Setiap individu berprilaku dalam berbagai cara dan bersifat konsisten dengan
konsep diri masing-masing, tergantung pada konsep diri yang positif atau konsep diri negatif. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif cenderung memiliki
pencapaian hasil belajar yang lebih baik dibanding siswa yang memiliki penilaian negatif terhadap dirinya sendiri. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif
mempunyai kemampuan interpersonal dan intrapersonal yang lebih baik, yang memungkinkan untuk melakukan evaluasi secara obyektif terhadap dirinya
sendiri. Konsep diri dalam bentuk kemampuan interpersonal dan kemampuan intrapersonal merupakan tingkah laku behavior. Hal tersebut meminimalisasi
munculnya kesulitan belajar dalam diri siswa. Hasil observasi di SMA YP Unila bandar lampung menunjukkan bahwa pada
kenyataanya masih banyak siswa yang memiliki konsep diri yang negatif, hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang bersikap pesimistis, tidak kompeten dan tidak
percaya diri atas kemampuannya dalam mengerjakan soal-soal sehingga tercipta budaya menyontek. Mayoritas siswa juga belum memiliki kemampuan
interpersonal dan intrapersonal yang terkombinasi dengan baik. Siswa yang aktif dalam ekstrakulikuler dan intrakulikuler serta konsisten dengan hasil belajar yang
optimal hanya 45 siswa dari 150 siswa atau dengan persentase 30. Dengan masih banyaknya siswa yang memiliki konsep diri negatif tersebut membuat
siswa tidak dapat mencapai hasil belajar yang optimal. Siswa cenderung bersikap pesimistis terhadap kemampuannya, kurang percayaan diri dan mengakibatkan
rendahnya motivasi dalam belajar dan hasil belajar.
11 Penyelenggaran proses pendidikan membutuhkan environment input lingkungan
dimana proses pembelajaran di laksanakan. Lingkungan sosial dan budaya sekolah environment input merupakan komponen terciptanya iklim sekolah yang
tidak dapat dipisahkan dari peningkatan mutu pendidikan. Lingkungan sekolah merupakan tempat di mana proses pendidikan tersebut berlangsung harus
memberikan pengaruh yang positif kepada seluruh warga sekolah. Iklim sekolah adalah merupakan ciri-ciri yang memberi gambaran tentang sebuah sekolah yang
membedakannya daripada sekolah-sekolah yang lain. Kondisi sosial yang ada di sekolah yang merupakan bagian dari iklim sekolah
yang dapat diindetifikasi sebagai faktor eksternal yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Iklim sekolah yang positif merupakan suatu kondisi
di mana keadaan sekolah dan lingkungannya dalam keadaan yang aman, damai dan menyenangkan untuk kegiatan pembelajaran. Iklim sekolah yang memiliki
komitmen hungan sosial antar warga sekolah yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya yang positif atau kelompok teman yang saling mempengaruhi
secara positif seperti mengajak diskusi dan belajar kelompok, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari siswa dan adminstrator, konsistensi dan pengaturan
tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan pengaruh terhadap
pencapaian hasil akademik siswa. Dalam hal ini menunjukkan iklim SMA swasta yang terakreditasi A seperti SMA Al-khautsar Bandar Lampung dan SMA YP
Unila Bandar Lampung.
12 Hasil observasi di SMA YP Unila bandar lampung menunjukkan bahwa iklim
sekolah masih belum kondusif. Konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran belum optimal dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini disiplin masih
banyak yang belum ditaati dalam arti jadwal piket yang sering dilanggar siswa menyebabkan ruang kelas yang berantakan, buku-buku yang tidak tertata rapi di
ruang praktikum. Banyak siswa yang masih terlambat, dan belum terciptanya interaksi yang aktif anta warga sekolah. Dalam hal ini sekolah harus menciptakan
suatu lingkungan sosial yang interaktif, dan budaya yang baik agar tecipta iklim sekolah yang mampu memberikan perasaan aman, nyaman dan kondusif agar
proses pembelajaran berlangsung dengan baik. Selama ini iklim sekolah yang belum mencapai kondisi yang kundusif , tidak akan mampu memberikan suatu
norma, kepercayaan dan harapan bagi siswa, sehingga tidak ada dorongan untuk siswa dalam pencapaian hasil belajar yang maksimal.
Faktor lain yang diduga berpengaruh terhadap hasil belajar adalah persepsi siswa tentang kompetensi guru. Kompetensi guru sebagai salah satu instrumental input
merupakan komponen pokok dalam proses pembelajaran. Guru dalam konteks pendidikan mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan
gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu
pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Persepsi siswa tentang kompetensi guru yang positif
13 akan membuat siswa semangat dalam mengikuti proses pembelajaran dan
tentunya akan berdampak pada maksimalnya hasil belajar siswa. Masih rendahnya Persepsi siswa tentang kompetensi guru di SMA YP Unila
Bandar Lampung terlihat dari sikap siswa yang terkesan pasif dan tidak peduli dalam konteks proses pembelajaran. Hal ini terlihat dari siswa yang acuh terhadap
materi yang disampaikan sehingga komunikasi pembelajaran hanya berjalan satu arah, PR yang jarang dikerjakan dan proses belajar yang menjadi monoton.
Kondisi sekolah yang tidak kondusif, proses pembelajaran yang gaduh dan siswa- siswi yang tidak fokus terhadap pembelajaran, sehingga banyak dari siswa yang
tidak memperhatikan penjelasan guru, Seharusnya siswa bersifat kritis dan aktif dengan segala hal yang menyangkut proses pembelajaran yang diterimanya.
Masih banyak siswa yeng tidak merespon pertanyaan guru. Hal ini menandakan penggunaan metode mengajar yang monoton dan tidak bervariasi. Sedangkan
guru harus memiliki kompetensi secara komprehensif yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugasnya dalam mendidik, melatih, dan mebimbing peserta didik
sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal.
Berdasarkan uraian di atas, maka judul penelitian ini adalah : ”PENGARUH
INTELLEGENCE QUOTIENT, KONSEP DIRI, IKLIM SEKOLAH, DAN PERSEPSI SISWA TENTANG KOMPETENSI GURU TERHADAP HASIL
BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS XI IPS SEMESTER GANJIL SMA YP UNILA BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 20122013.
14
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Hasil belajar ekonomi yang masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak
tercapainya Kriteria Kentutasan Minimum KKM. 2.
Pembelajaran yang masih terpusat pada guru. 3.
Aktivitas belajar yang belum optimal. 4.
Konsep diri siswa yang masih rendah terlihat dari banyaknya siswa yang kurang percaya diri dan pesimistis sehingga tercipta budaya mencotek.
5. Lingkungan sekolah yang belum mencapai kondisi aman, nyaman, dan
kondusif. 6.
Belum terciptanya interaksi yang aktif antar elemen sekolah. 7.
Persepsi siswa tentang kompetensi guru yang masih rendah.
C. Pembatasan Masalah
Kajian dalam penelitian ini dibatasi pada kajian tentang ada atau tidaknya pengaruh intellegence quotieny X
1
, konsep diri X
2
, iklim sekolah X
3
, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dibatasi pada kompetensi akademik dan
pedagogik X
4
terhadap hasil belajar ekonomi Y siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung tahun pelajaran 20122013.
15
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah ada pengaruh intellegence quotient terhadap hasil belajar ekonomi
pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013?
2. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa
kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013?
3. Apakah ada pengaruh iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa
kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013?
4. Apakah ada pengaruh persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil
belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013?
5. Apakah ada pengaruh intellegence quotient, konsep diri, iklim sekolah dan
persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 20122013?
16
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh. 1.
Intellegence Quotient IQ terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran
20122013. 2.
Konsep diri terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013.
3. Iklim sekolah terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester
ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013. 4.
Persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun
Pelajaran 20122013. 5.
Intellegence Quotient IQ, konsep diri, iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar ekonomi pada siswa kelas XI
IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1.
Secara teoritis, penelitian ini berguna sebagai sumbangan bagi pengembangan ilmu dalam bidang pendidikan dan memperkaya ilmu pengetahuan bagi
peneliti pada khusunya dan masyarakat pada umunya.
17 2.
Secara praktis, penelitian ini berguna untuk: a.
sebagai salah satu cara untuk mengetahui Pengaruh Intellegence Quotient IQ, konsep diri, iklim sekolah, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru
terhadap hasil belajar ekonomi. b.
sebagai bahan masukan bagi guru dan siswa agar dapat mengubah pola pikir menjadi lebih baik dalam upaya meningkatkan hasil belajar ekonomi.
c. dijadikan bahan referensi dan informasi bagi para peneliti yang ada
kaitannya dengan penelitian ini dan dapat mendukung penelitian lain yang berkaitan dengan kependidikan.
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup: 1.
Ruang lingkup objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Intellegence Quotient X
1
, konsep diri X
2
, iklim sekolah X
3
, persepsi siswa terhadap kompetensi guru X
4
, dan hasil belajar ekonomi siswa Y.
2. Ruang lingkup subjek penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPS semester ganjil SMA YP Unila Bandar Lampung Tahun Pelajaran 20122013.
18 3.
Tempat penelitian Tempat penelitian adalah SMA YP Unila Bandar Lampung.
4. Waktu penelitian
Waktu penelitian ini adalah semester ganjil tahun pelajaran 20122013. 5.
Ruang lingkup ilmu penelitian Lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah Ilmu Pengetahuan Sosial IPS yang
difokuskan pada mata pelajaran ekonomi.
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Pustaka
1.
Hasil Belajar
Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang
dilakukannya, yang dinyatakan ke dalam ukuran dan data hasil belajar. Sudjana, 2005: 65.
Menurut Slameto 2003: 2 belajar adalah merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalamanya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Hasil belajar menurut Arikunto 2001: 63, sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan
evaluasi dari proses belajar yang dilakukan. Menurut Slameto 2003:54, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dibagi
menjadi dua yaitu faktor intern dan faktor ekstern.
20 a.
Faktor-faktor Intern Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar.
Faktor ini dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.
1.
Faktor jasmaniah Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan, cacat tubuh. Agar seseorang
dapat belajar dengan baik maka harus dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan mengatur jam kerja, belajar, istirahat, tidur, makan, olahraga,
rekreasi, dan ibadah. Keadaan cacat tubuh bisa mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya terganggu, maka perlu perlakuan khusus
dengan alat bantu atau belajar di pendidikan khusus.
2. Faktor psikologis
Faktor psikologis diantaranya adalah: inteligensi, perhatian, konsep diri minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Dalam belajar perlu
kesiapan mental tersebut.
3. Faktor kelelahan
Kelelahan dalam belajar dapat mengganggu kesehatan dan mengakibatkan kurangnya konsentrasi. Siswa harus menghindari kelelahan sehingga apa
yang dipelajari dapat mengendap dalam fikiran secara optimal.
b. Faktor-faktor Ekstern
Faktor ekstern merupakan faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan
masyarakat.
1. Faktor keluarga
Belajar yang baik dapat dilakukan apabila keadaan rumah tenang dan tentram, hubungan keluarga baik sehingga anak betah di rumah dan faktor
ekonomi keluarga terpenuhi.
2. Faktor sekolah
Faktor sekolah meliputi iklim sekolah, kompetensi guru, metode mengajar, kurikulum, dan fasilitas-fasilitas lain yang menunjang belajar.
3. Faktor masyarakat
Faktor masyarakat meliputi teman bergaul, kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa yang memberi pengaruh baik pada siswa,
lingkungan masyarakat yang positif.
Menurut Hamalik 2001: 30 bukti bahwa seseorang telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu
dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tingkah laku manusia terdiri dari
21 sejumlah aspek. Hasil belajar akan tampak pada setiap perubahan pada aspek-
aspek tersebut. Adapun aspek-aspek itu adalah. 1.
Pengetahuan 2.
Pengertian 3.
Kebiasaan 4.
Keterampilan 5.
Apresiasi 6.
Emosional 7.
Hubungan sosial 8.
Jasmani 9.
Etis atas budi pekerti, dan 10.
Sikap Hamalik, 2001: 30.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat
keberhasilan siswa dalam mempelajari pembelajaran disekolah dan bukti dari pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan secara maksimal yang
dinyatakan dalam bentuk skor yang berdampak pada perubahan secara akademis dan tingkah laku.
2. Teori Ekonomi
Berdasarkan teori ekonomi maka analisis yang digunakan adalah analisis ekonomi mikro. Pengertian ekonomi mikro sendiri yaitu ilmu yang mempelajari
perilaku konsumen atas kegiatan ekonomi dari setiap unit pengambilan keputusan secara individu seperti konsumen, pemilik sumber daya, dan perusahaan dalam
perekonomian bebas Salvatore 2000, 12 . Berdasarkan analisis ekonomi mikro pengaruh hasil belajar secara internal dilihat dari dua aspek yaitu IQ dan konsep
diri. Hal ini, dilihat dari teori permintaan konsumen akan jasa, yaitu jasa yang dilihat adalah kualitas siswa secara brain dan behavior.
22 Menurut pendapat Alfred Marshal 1896, dalam teori perilaku konsumen theory
of consumers behavior yang juga disebut dengan teori kepuasan marginal the
law marginal untility dimana kepuasan akan mencapai kondisi optimum apabila
nilai yang dimiliki maksimum, yang ditunjukkan dengan persaman MUK = 0. Konsumen memiliki loyalitas yang tinggi terhadap merk suatu produk yang
mampu memberikan kepuasan yang memiliki nilai tersendiri bagi konsumen dan adanya bukti nyata akan kualitas dari kehandalan yang ditawarkan. Dalam hal ini
merk yang dimaksud adalah SMA YP Unila Bandar- Lampung dan produk adalah siswa kelas XI IPS yang kualitasnya dilihat dari ranah Brain dan Behavior yang
akan menghasilkan pemahaman terhadap mata pelajaran ekonomi secara optimal dilihat dari hasil belajarnya.
Teori ekonomi mikro erat kaitannya dengan individual behavior. Berdasarkan analisis teori skiner mengenai behavior dinyatakan bahwa behavior memiliki
karakteristik sebagai berikut. 1.
Perilaku terjadi menurut hukum tertentu behavior is lawful karena perilaku manusia adalah organisme yang berperasaan dan berpikir.
2. Perilaku dapat diramalkan behavior can be predicted. Perilaku manusia
kepribadiannya menurut Skinner ditentukan oleh kejadian-kejadian di masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif dimana individu tersebut
mengambil bagian. 3.
Perilaku manusia sapat dikontrol behavior can be controlled. Perilaku dapat dijelaskan hanya berkenaan dengan kejadian atau situas-situasi yang
23 dapat diamati. Bahwa kondisi sosial dan fisik di lingkungan sangat penting
dalam menentukan perilaku. http:www.scribd.com.Teori-behavior- skiner di akses pada tanggal 12 maret pkl 11.45
Berdasarkan ordinal appproach indeferen curve di ilustrasikan dalam IQ dan konsep diri yang memeberikan tingkat yang memberikan tingkat kepuasan yang
sama, di ilustrasikan pada kurva di bawah ini.
Gambar 1. Indeferen Map SMA YP Unila Bandar Lampung
Hasil Pengolahan data 2013. Berdasarkan Gambar 1 indiferen map di atas, terlihat masing-masing kelas yang
secara rata-rata siswanya dinilai dari IQ dan konsep diri. Hal ini akan mencerminkan perilaku atau behavior dari masing-masing siswa berdasarkan
kelas A, B, C, dan D. Untuk lebih jelasnya di uraikan pada indikator di bawah ini.
D C
B A
ID
Konsep Diri IQ
IC IB
IA
24
A. Intelegence Quotient IQ
Intelligence Quotient atau yang biasa disebut dengan IQ merupakan istilah dari
pengelompokan kecerdasan manusia yang pertama kali diperkenalkan oleh Alferd Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian Lewis
Ternman dari Universitas Stanford berusaha membakukan test IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mengembangkan norma populasi, sehingga
selanjutnya test IQ tersebut dikenal sebagai test Stanford-Binet
.
Alder, 2001: 2.
Menurut Garrett dalam Soemanto 2006: 142, intelegensi itu setidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-
masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol. Manusia hidup dengan senantiasa menghadapai permasalahan, untuk itu
diperlukan kemampuan-kemampuan pemecahannya dengan menggunakan pengertian dan simbol-simbol.
Menurut Heidenrich dalam Soemanto 2006: 143, intelegensi menyangkut kemampuan untuk belajar dan menggunakan apa yang telah dipelajari dalam
usaha penyesuaian terhadap situasi-situasi yang kurang dikenal, atau dalam pemecahan masalah-masalah.
IQ khususnya ditujukan untuk mengukur fungsi otak kiri yang mengatur kemampuan berbahasa, logika, analisa, akademis dan intelektual. Kemampuan
tersebut sering diistilahkan dengan kognisi. Alder, 2001: 2.
25 Menurut Donald Stener dalam Alder 2001: 15 intelegensi adalah kemampuan
untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah- masalah yang baru, jadi tingkat intelegensi diukur dengan kecepatan memecahkan
masalah. Berdasarkan uraian di atas, Intellegence Quotient IQ adalah angka yang
menunjukkan kemampuan seseorang dalam hal kognisi yang di ukur dengan cara memecahkan masalah yang memerlukan pengertian maupun penggunaan simbol-
simbol yang mengukur kemampuan verbal, logika, dan analisa hubungan antar ruang.
IQ mengukur bagaimana kinerja seseorang dalam sebuah tes intelegensi dibandingkan dengan keseluruhan populasi. Pada awalnya intelegensi sangatlah
verbal, dan kemudian kemampuan menghitung dan kemampuan melihat hubungan antar ruang pun dimasukan. Intelegensi rata-rata adalah 100, dan nilai IQ yang
lebih rendah atau lebih tinggi mencerminkan intelegensi yang lebih rendah atau lebih tinggi pula. IQ menggunakan konsep usia mental. Ditemukan bahwa usia
mental berhenti berkembang diantara usia 14 dan 18 tahun, yang berarti IQ orang dewasa berlaku untuk seumur hidup. Alder, 2001: 23.
Ada tiga kategori utama dalam pertanyan-pertanyaan tes IQ yaitu, Verbal bahasa, Numerik kemampuan angka dan Visual-spatial kemampuan melihat
hubungan antar-ruang. Ada dua cara untuk meningkatkan skor IQ yaitu, dengan meningkatkan kemampuan dengan mengikuti tes dan latihan. Cara kedua adalah
26 dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam setiap subjek tes.
Alder, 2001: 36 Wilhelm Stem dalam Soemanto 2006 : 143 memperkenalkan suatu teori tentang
intelegensi yang disebut “uny factor theory”. Teori ini dikenal sebagai teori
kapasitas umum. Menurut teori ini, intelegensi merupakan kemampuan umum seseorang. Reaksi atau tindakan seseorang dalam menyesuaikan diri dan
memecahkan masalah adalah bersifat umum. Menurut Woodworth dan Marque dalam Soemanto 2006: 154, klasifikasi
tingkatan intelegensi manusia adalah sebagai berikut : Skor IQ
Klasifikasi 140- ke atas
Genius luar biasa 120-139
Very Superior amat cerdas 110-119
Superior cerdas 90-109
Normal rata-rata 80-89
Dull bodoh 70-79
Border line batas potensi 50-69
Morrons debiel 30-49
Embicile embisiel Di bawah 30
Idiot Berdasarkan tingkatan skor IQ di atas, Slameto 2003: 120 memberikan ciri-ciri
mental intelektual anak yang pandai sebagai usia mental lebih tinggi dari pada rata-rata anak normal, daya tangkap dan pemahaman lebih cepat dan luas. Dapat
berbicara lebih dini, kreatif, mandiri dalam belajar serta mempunyai cara belajar
27 yang khas. Ditambahkan pula menurut slameto 2003: 183 bahwa “anak yang
normal kecerdasannya biasanya dapat mengorganisasikan situasimasalah dan berfikir logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalahberfikir
secara alamiah”.
Pengetahuan mengenai tingkat kemampuan intelektual atau intelegensi siswa akan membantu pengajar menentukan apakah siswa mampu mengikuti pengajaran yang
diberikan, serta meramalkan keberhasilan atau gagalnya siswa yang bersangkutan bila telah mengikuti pengajaran yang diberikan. Dapat dinyatakan bahwa bila
dihubungkan dengan proses belajar siswa inteligensi akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Siswa yang cerdas akan dapat mencapai hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang sedangnormal. Lebih lanjut Slameto 2003: 58 menjelaskan bahwa “Inteligensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar
dalam situasi yang sama, siswa yang mempunyai tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang
mempunyai tingkat inteligensi yang rendah”.
L.L. Thurstone berusaha menjelaskan tentang organisasi intelegensi yang abstrak dengan menggunakan tes-tes mental serta tehnik-tehnik statistik khusus membagi
intelegensi menjadi tujuh kemampuan primer, yaitu. 1.
Kemampuan numerikalmatematis. 2.
Kemampuan verbal berbahasa. 3.
Kemampuan abstraksi berupa visualisasi atau berfikir. 4.
Kemampuan menghubungkan kata-kata. 5.
Kemampuan membuat keputusan, baik induktif maupun deduktif. 6.
Kemampuan mengenal atau mengamati. 7.
Kemampuan mengingat.
28 Berdasarkan pandangan mayoritas, yaitu pernyatan dari 52 psikolog yang tertuang
dalam wall street journal, mereka menyatakan bahwa intellegence quotient mempengaruhi hasil belajar siswa. Intelegensi menentukan tinggi rendahnya
pemahaman siswa dalam menyerap bahan ajar yang disampaikan oleh guru, artinya siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi akan memperoleh
kemudahan dalam belajarnya sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. 1.
Intelegensi terjadi sebagai kemampuan mental yang sangat umum meliputi kemampuan untuk melakukan pertimbangan, perencanaan, pemecahan
masalah, pemikiran abstrak, pemahaman gagasan-gagasan yang kompleks, belajar dengan cepat dan belajar dari pengalaman.
2. Intelegensi dapat diukur dan tes IQ mengukurnya dengan baik.
3. IQ lebih kuat berhubungan dengan hasil-hasil pendidikan, ekonomi, pekerjaan,
dan sosial dari pada sifat manusia yang dapat diukur lainnya. Apapun yang diukur oleh tes IQ adalah sangat penting.
4. Masalah keturunan memainkan peran lebih besar di dalam intelegensi, tetapi
lingkungan juga mempunyai pengaruh yang kuat. 5.
Individu tidak dilahirkan dengan IQ yang tidak dapat dirubah, tetapi IQ menjadi stabil secara bertahap selama masa kanak-kanak dan hanya berubah
sedikit setelah itu. Alder, 2001 : 16.
Berdasarkan uraian di atas dapat dinyatakan bahwa intellegence quotient mempengaruhi hasil belajar siswa. Intelegensi menentukan tinggi rendahnya
pemahaman siswa dalam menyerap bahan ajar yang disampaikan oleh guru, artinya siswa yang memiliki tingkat intelegensi tinggi akan memperoleh
kemudahan dalam belajarnya sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal daripa siswa yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah.
B. Konsep Diri
Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep
diri self consept merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan
29 tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada
manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.
Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran dan perasaannya,
serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Djaali, 2008: 129.
Konsep diri yang dimaksud adalah bayangan seseorang tentang keadaan dirinya sendiri pada saat ini dan bukanlah bayangan ideal dari dirinya sendiri
sebagaimana yang diharapkan atau yang disukai oleh individu bersangkutan. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal
mengenai dirinya sejak ia kecil. Terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya Djaali, 2008: 130.
Mead dalam Slameto 2003: 184, menyebut konsep diri sebagai suatu produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalaman-
pengalaman psikologis. Pengalaman-pengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisiknya dan refleksi dari dirinya sendiri
yang diterima dari orang-orang yang berpengaruh pada dirinya. Konsep diri yaitu persepsi seseorang tentang memahami kekuatan, kelemahan,
kemampuan, sikap, dan nilai kita. Perkembangan konsep diri dimulai pada saat lahir dan terus dibentuk oleh pengalaman Konsep diri terbentuk melalui proses
30 belajar. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif memiliki aspirasi yang
cukup realistis. Siswa akan lebih semangat dalam melakukan aktivitas belajar Slavin, 2008: 107.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa konsep diri adalah gambaran yang ada pada diri individu yang berisikan tentang bagaimana individu
melihat dirinya sendiri secara psikologis dan menginginkan dirinya sendiri seperti yang diharapkan. Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang
merupakan aktualisasi orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan
keberadaan dirinya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan.
Studi dari Meichenbaum membuktikan bahwa bila siswa dibantu menyatakan hal- hal positif mengenai dirinya sendiri dan diberikan penguatan reinforcement,
maka hal ini akan menghasilkan suatu konsep diri yang lebih positif. Namun perlu di ingat bahwa perubahan dalam tingkah laku hanya akan di ikuti dengan
perubahan konsep diri, bila sesuai dengan kenyataan. Perubahan akan mudah dilakukan bila konsep diri yang dimiliki siswa tidak realistis Slameto, 2003:
184. Telah dikatakan bahwa konsep diri tumbuh dari interaksi seseorang dengan orang-
orang lain yang berpengaruh dalam kehidupannya. Berdasarkan penelitian Pederson dan Zahran dalam Slameto 2003: 130, memperlihatkan bahwa guru
31 mempunyai pengaruh yang kuat terhadap konsep diri siswa, guru dapat
meningkatkan atau menekannya, dengan kata lain guru dapat mempengaruhi dasar aspirasi dan penampilan siswa.
Konsep diri yang positif diharapkan siswa dapat pula memiliki aspirasi yang cukup realistis. Aspirasi yang cukup realistis dapat pula dimiliki siswa apabila
guru mau menciptakan kesempatan bagi siswa-siswanya, terutama yang seringkali mengalami kegagalan, untuk bisa mencapai sukses.
Konsep diri seseorang mula-mula terbentuk dari perasaan apakah ia diterima dan diinginkan kehadirannya oleh keluarganya. Melalui perlakuan yang berulang-
ulang dan setelah menghadapi sikap-sikap tertentu dari keluarganya ataupun orang lain di lingkup kehidupannya, akan berkembanglah konsep diri seseorang. Konsep
diri ini yang pada mulanya berasal dari perasaan dihargai atau tidak dihargai. Perasaan inilah yang menjadi landasan dari pandangan, penilaian, atau bayangan
seseorang mengenai dirinya sendiri Yang keseluruhannya disebut konsep diri. Menurut teori psikonalisis, proses perkembangan konsep diri, disebut proses
pembentukan ego the process of ego formation. Menurut aliran ini, ego yang sehat adalah ego yang dapat mengontrol dan mengarahkan kebutuhan primitif
dorongan libido supaya setara dengan dorongan dari super ego serta tuntutan lingkungan. Lebih lanjut dikatakan, konsep diri terbentuk karena empat faktor,
yaitu.
32 1.
Kemampuan competence. 2.
Perasaan mempunyai arti bagi orang lain signifance to others. 3.
Kebajikan virtues. 4.
Kekuatan power Slameto, 2003: 132. Berdasarkan uraian di atas dapatdinyatakan bahwa perkembangan konsep diri
merupakan suatu proses yang terus berlanjut disepanjang kehidupan manusia. Selama periode awal kehidupan, perkembangan konsep diri individu sepenuhnya
didasari oleh persepsi mengenai diri sendiri. Lalu seiring dengan bertambahnya usia, pandangan mengenai diri sendiri ini mulai dipengaruhi oleh nilai-nilai yang
diperoleh dari interaksi dengan orang lain.
Komponen atau bagian dari konsep diri. a.
Identitas diri Peran yang berbeda, kesaran diri akan diri sendiri, pengenalan diri yang ada
tentang internal individual. b.
Citra diri Pandangan atau persepsi tentang diri kita sendiri, bukan penilaian orang lain
terhadap dirinya. c.
Harga diri Berupa penilaian atau evaluasi dirinya terhadap hasil yang didapat baik internal
maupun eksternal yang merupakan proses pencapaian ideal diri. d.
Ideal diri Suatu yang kita harapkan atau harapan individu terhadap dirinya yang akan
dinilai oleh personal lain Gunawan, 2004 : 19.
Potensi yang dimiliki seseorang bisa berkembang atau tidak, itu tergantung pada pribadi yang bersangkutan dan lingkungan dia berada. Beberapa hambatan yang
sering terjadi dalam pengembangan potensi diri adalah sebagai hambatan yang berasal dari lingkungan. Lingkungan merupakan salah satu faktor penghambat
33 dalam pengembangan potensi diri. Hambatan ini antara lain disebabkan sistem
pendidikan yang dianut, lingkungan kerja yang tidak mendukung semangat pengembangan potensi diri, dan tanggapan atau kebiasaan dalam lingkungan
kebudayaan.
Hambatan yang berasal dari individu sendiri; Penghambat yang cukup besar adalah pada diri sendiri, misalnya sikap berprasangka, tidak memiliki tujuan yang
jelas, keengganan mengenal diri sendiri, ketidak mampuan mengatur diri, pribadi yang kerdil, kemampuan yang tidak memadai untuk memecahkan masalah,
kreativitas rendah, wibawa rendah, kemampuan pemahaman manajerial lemah, kemampuan latih rendah dan kemampuan membina tim yang rendah.
http:knowledgescafe.blogspot.com201201makalah-konsep-diri.html. 1316 Konsep diri terbentuk melalui proses belajar. Siswa yang memiliki konsep diri
yang positif memiliki aspirasi yang cukup realistis. Siswa akan lebih semangat dalam melakukan aktivitas belajar. Maka siswa yang memiliki konsep diri yang
positif akan mendapatkan hasil belajar yang maksimal dibandingkan dengan siswa yang memiliki konsep diri yang negatif.
3. Iklim Sekolah