34 sekolah secara langsung memiliki tugas sebagai
pelaksana manajemen di sekolah, yakni merencana- kan program, melaksanakan program, dan melakukan
evaluasi dan tindaklanjut hasil evaluasi. Berkaitan dengan peningkatan mutu sekolah, maka peran kepala
sekolah, guru, dan komite sekolah menjadi kunci mencapai tujuan sekolah.
2.4.1 Peran Kepala Sekolah
Fattah 2004 : 11 menyatakan bahwa ”Mana-
jemen Berbasis Sekolah MBS sebagai terjemahan dari School Based Management, adalah suatu pendekatan
politik yang bertujuan untuk meredesain pengelolaan sekolah dengan memberikan kekuasaan kepada kepa-
la sekolah dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam upaya perbaikan kerja yang mencakup guru,
siswa, orang tua siswa, dan masyarakat”. MBS mem- berikan keleluasaan terhadap sekolah dalam menge-
lola pendidikan di sekolah, sehingga kepala sekolah selaku pemimpin organisasi sekolah berperan besar di
dalam mengendalikan manajemen di sekolah yang dipimpinnya.
Kepala sekolah dalam melaksanakan MBS mempunyai peran penting sebagaimana tugas dalam
EMASLIM, yakni sebagai educator, manajer, adminis- trator, supervisor, leader, innovator, dan motivator.
Selain hal tersebut kepala sekolah dituntut mampu melaksanakan 5 kompetensi kepala sekolah, yaitu:
35 kompetensi manajer, kewirausahaan, supervise, kepri-
badian, dan sosial. Implementasi MBS di sekolah dilaksanakan
secara efektif dan efisien yang menuntut kepala seko- lah memiliki pengetahuan kepemimpinan, perencana-
an, dan pandangan yang luas tentang sekolah dan pendidikan. Wibawa kepala sekolah harus ditumbuh-
kembangkan dengan meningkatkan sikap kepedulian, semangat belajar, disipllin kerja, keteladanan, dan
hubungan manusiawi sebagai modal mewujudkan iklim kerja yang kondusif. Lebih lanjut kepala sekolah
dituntut mampu
melakukan fungsinya
sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses belajar
mengajar dengan melakukan supervise kelas, membi- na, dan memberi saran positif kepada guru.
Kepala sekolah sebagai motor penggerak ditun- tut mampu memiliki sikap profesional, kooperatif,
loyal, dan komitmen tinggi terhadap lingkungan dan perubahan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Hal tersebut sejalan dengan pendapat Wahjosumijo 2002, yang menyatakan bahwa kepala sekolah ada-
lah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah dimana diselenggara-
kan proses belajar mengajar, atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran
dan murid yang menerima pelajaran. Mulyasa 2003 menyatakan bahwa kepala
sekolah merupakan komponen pendidikan. Sebagai
36 komponen pendidikan kepala sekolah dituntut memi-
liki keterampilan sebagai manajer yang mampu menyusun program, mengorganisasi, memberdayakan,
dan mendayagunakan sumber daya sekolah secara optimal dan profesional, dituntut memiliki berbagai
potensi yang dapat dikembangkan secara optimal. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah bertanggung jawab atas pengelolaan dan peningkatan mutu pelayanan sekolah, pengelola-
an kegiatan sekolah, pembinaan menyeluruh, pember- dayaan dan pemerataan kesempatan tenaga kependi-
dikan, optimalisasi dan pendayagunaan sumber daya. Menurut Nurcholis 2003, strategi penerapan
manajemen berbasis sekolah akan berhasil jika kepe- mimpinan sekolah kuat, sehingga mampu menggerak-
kan dan mendayagunakan setiap sumber daya sekolah secara efektif. Kepala sekolah menjadi sumber inspi-
rasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum, dituntut berperan aktif sebagai
designer, motivator, dan fasilitator. Secara nyata dapat dikatakan maju dan berkembangnya suatu sekolah
sangat bergantung pada sikap profesionalisme yang dimiliki kepala sekolah, yakni merencanakan program,
mengelola dan meningkatkan mutu pelayanan seko- lah, mengelola program supervisi dan melaksanakan
evaluasi untuk peningkatan mutu sekolah, dan mampu mengelola program kewirausahaan untuk
dapat mengembangkan sekolah yang dipimpinnya.
37
2.4.2 Peran Serta Guru