17 peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu skor tes
awal dan skor tes terakhir. Skor individu yang diberikan kepada setiap anggota kelompok memberikan sumbangan pada skor kelompok. Skor
kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut. Menurut Slavin 1995 dalam Antoni 2008: 12, skor kelompok dapat
ditentukan dengan rumus seperti berikut ini:
=
ℎ Keterangan:
NK = Nilai Kelompok
Sedangkan kelompok yang memperoleh skor sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan berhak mendapatkan penghargaan. Menurut Slavin 1995 dalam
Antoni 2008: 13, kriteria penghargaan kelompok seperti pada Tabel 2.2:
Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria Predikat Kelompok
NK 15 15 NK 25
NK 25 Cukup
Baik Sangat Baik
Penghargaan pada kelompok terdiri atas 3 tingkat, sesuai dengan nilai perkembangan yang diperoleh kelompok yaitu:
a. Super team
Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 25. b.
Great team Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 20.
c. Good team
Diberikan bagi kelompok yang memperoleh skor rata-rata 15. Nilai perkembangan kelompok diambil dari rata-rata nilai yang diperoleh
anggota kelompok. Penghargaan kelompok diberikan kepada kelompok yang memperoleh nilai rata-rata paling tinggi. Penghargaan kelompok berupa pujian
18 atau hadiah. Hal ini dilakukan untuk memotivasi siswa agar lebih giat dalam
pembelajara.
3. Metode Eksperimen
Menurut Djamarah dan Zain 2006: 136 dalam Susiani 2012: 16, metode eksperimen adalah cara penyajian dimana siswa melakukan percobaan dengan
mengalami sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu objek, keadaan atau proses sesuatu. Sedangkan menurut Schonherr 1996 yang dikutip oleh
Palendeng 2003: 81 dalam Sitirohana 2011: 1, menjelaskan: Metode eksperimen adalah metode yang sesuai untuk pemebelajaran
sains, karena metode eksperimen mampu memberikan kondisi belajar yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir dan kreativitas secara
optimal. Siswa diberi kesempatan untuk menyusun sendiri konsep- konsep dalam struktur kognitifnya, selanjutnya dapat diaplikasikan
dalam kehidupannya.
Dalam melaksanakan metode eksperimen, guru dapat mengembangkan keterlibatan fisik dan mental, serta emosional siswa. Siswa mendapat
kesempatan untuk melatih keterampilan proses agar memperoleh hasil belajar yang optimal. Pengalaman yang dialami secara langsung dapat tertanam dalam
ingatannya. Keterlibatan fisik dan mental serta emosional siswa dapat diperkenalkan pada suatu cara atau kondisi pembelajaran yang dapat
menumbuhkan rasa percaya diri dan juga prilaku yang inovatif dan kreatif. Pembelajaran dengan metode eksperimen atau percobaan memberi
kesempatan kepada siswa untuk dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang mereka pelajari dan mengembangkan cara berpikir mereka secara
19 rasional. Menurut Roestiyah 2008: 80, penggunaan teknik eksperimen
mempunyai tujuan: Agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban
atau persoalan-persoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri. Juga siswa dapat melatih dalam cara berfikir yang
ilmiah. Dengan eksperimen siswa menemukan bukti kebenaran dari teori sesuatu yang sedang dipelajarinya.
Menurut Dhiasuprianti 2010: 1, terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan metode eksperimen, antara lain:
a. Persiapan Eksperimen 1. Menetapkan tujuan eksperimen.
2. Mempersiapkan berbagai alat atau bahan yang diperlukan. 3. Mempersiapkan tempat eksperimen.
4. Mempertimbangkan jumlah siswa dengan alat atau bahan yang ada serta daya tampung eksperimen.
5. Mempertimbangkan apakah dilaksanakan sekaligus serentak seluruh siswa atau secara bergiliran.
6. Memperhatikan masalah keamanan dan kesehatan agar dapat memperkecil atau menghindari risiko yang merugikan dan berbahagia.
7. Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan siswa, yang termasuk dilarang
atau membahayakan. b. Pelaksanaan Eksperimen
1. Siswa memulai percobaan, pada saat siswa melakukan percobaan, guru mendekati untuk mengamati proses percobaan dan memberikan
20 dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-kesulitan yang dihadapi
sehingga eksperimen tersebut dapat diselesaikan dan berhasil. 2. Selama eksperimen berlangsung, guru hendaknya memperhatikan
situasi secara keseluruhan sehingga apabila terjadi hal-hal yang menghambat dapat segera diselesaikan.
c. Tindak Lanjut 1. Siswa mengumpulkan laporan eksperimen untuk diperiksa guru.
2. Mendiskusikan masalah-masalah yang ditemukan selama eksperimen, memerika dan menyimpan kembali segala bahan dan peralatan yang
digunakan.
4. Keterampilan Proses Sains KPS
Keterampilan proses adalah keterampilan fisik dan mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki, dikuasai dan
diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah. Menurut Rustaman et al 2003
dalam Nurtafita 2011: 1, menyatakan: Keterampilan proses melibatkan keterampilan-keterampilan kognitif atau
intelektual, manual, dan sosial. Keterampilan kognitif atau intelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikiranny,
keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau perakitan alat, keterempilan sosial
dimaksudkan bahwa dengan keterampilan proses siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar.
Sedangkan menurut Indrawati 1999: 3 dalam Susiani 2012: 18, menjelaskan:
Keterampilan proses merupakan keseluruhan kerampilan ilmiah yang terarah baik kogniti maupun psikomotor yang dapat digunakan untuk
21 menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan
konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan.
Berdasarkan pendapat Rustaman dan Indrawati dapat disimpulkan bahwa KPS merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang terarah baik
kognitifintelektual, manual dan sosial. Keterampilan kognitifintelektual dengan melakukan keterampilan proses siswa menggunakan pikirannya.
Keterampilan manual terlibat dalam penggunaan alat dan bahan, pengukuaran, penyusunan atau perakitan alat. Keterampilan sosial siswa dapat berinteraksi
dengan sesamanya dalam melaksanakan kegiatan belajar. Dimana ketrampilan-keterampilan tersebut dapat digunakan untuk menemukan suatu
konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu
penemuan. Menurut Rezba dan Wetzel dalam Mahmuddin 2010: 3, menyatakan terdapat
enam komponen keterampilan proses dasar tanpa urutan tertentu, yaitu: a. Observasi atau mengamati, menggunakan lima indra untuk mncari
tahu informasi tentang objek seperti karakteristik objek, sifat, persamaan, dan fitur identifikasi lain.
b. Kalsifikasi, proses pengelompokan dan penata objek. c. Mengukur, membandingkan kuantitas yang tidak diketahui dengan
jumlah yang diketahui, seperti: standar dan non-standar satuan pengukuran.
d. Komunikasi, menggunakan multimedia, tulisan, grafik, gambar, atau cara lain untuk berbagai temuan.
e. Menyimpulkan, membentuk ide-ide untuk menjelaskan pengamatan. f. Prediksi, mengembangkan sebuah asumsi tentang hasil yang
diharapkan. Keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama
ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan
22 sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara
parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Oleh karena itu, sangat penting bagi siswa untuk dimiliki dan dilatihkan sebelum melanjutkan
keketerampilan proses yang lebih rumit dan kompleks. Menurut Longfiled 2003 dalam Nurohman 2012: 4, membagi KPS menjadi tiga tingkatan
yaitu: Basic, Intermediate, dan Advanced. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3.
Klasifikasi KPS diadaptasi Dari Longfield.
Basic
Mengobservasi Menggunakan indar untuk
mengumpulkan informasi. Membandingkan
Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua objekkejadian.
Mengukur Mengelompokkan objek atau ide dalam
kelompok atau kategori berdasarkan bagian-bagiannya.
Mengomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik,
untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.
Membuat Model Menggunakan grafik, tulisan, atau
untuk menjelaskan ide, kejadian, aksi atau objek.
Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau
kejadian menggunakan gambar, kata- kata, maupun angka.
Intermediate
Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil
observasi yang didukung dengan penjelasan yang masuk akal.
Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari
suatu kejadian berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari
kejadian serupa.
Advanced
Membuat Hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu
permasalah dalam bentuk pertanyaan. Merancang Percobaan
Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis.
Menginterpretasikan Data Membuat dan mengguakan tabel, grafik
atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.
Sumber: Longfiled 2003 dalam Nurohman 2012: 4