Kern 1994 dalam Maryono 2005 menjelaskan, sungai terbentuk sesuai dengan kondisi geografi, ekologi, dan hidrologi daerah setempat. Kondisi geografi banyak
menentukan letak dan bentuk alur sungai memanjang ataupun melintang. Kondisi ekologi menentukan tampang melintang dan keragaman hayati serta faktor resistensi sungai.
Sedangkan kondisi hidrologi menentukan besar kecil dan frekuensi aliran air sungai. Namun ketiga faktor tersebut saling terkait dan berpengaruh secara integral membentuk
morfologi, ekologi, dan hidraulika sungai.
a. Zona Memanjang.
Zona memanjang sungai pada umumnya diawali dengan sungai kecil dari mata air di daerah pegunungan, kemudian sungai menengah di daerah peralihan antara
pegunungan dan dataran rendah, dan selanjutnya sungai besar pada datarn rendah sampai di daerah pantai.
b. Zona Melintang.
Zonasi sungai secara melintang dapat dibedakan menjadi tiga zona, yaitu zona akuatik badan sungai, zona amphibi daerah tebing sungai sampai pertengahan bantaran, dan
zona teras sungai pertengahan bantaran yang sering tergenang air pada saat banjir sampai batas luar bantaran yang hanya kadang-kadang terkena banjir Maryono, 2005:
5-6.
2.5.2. Fungsi-fungsi Sungai.
Maryono 2005 menjelaskan bahwa ada tiga fungsi sugai, yaitu: a.
Sebagai saluran eko-drainase Drainase ramah lingkungan. Yaitu bagaimana membuang air kelebihan dengan cara selambat-lambatnya ke
sungai, sehingga sungai-sungai alamiah tetap mempunyai bentuk yang tidak teratur, berliku-liku dengan berbagai terjunan yang alamiah, dan lain-lain.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Bentuk-bentuk ini pada hakikatnya berfungsi untuk menahan air agar tidak cepat mengalir ke hilir serta menahan sedimen.
b. Sebagai saluran irigasi.
Yaitu sistem pengairan persawahan atau pertanian. c.
Fungsi ekologi ekosistem sungai. Komponen ekologi sungai adalah vegetasi daerah badan, tebing, dan bantaran
sungai. Menurut Diester 1996 dalam Maryono 2005 faktor yang sangat menentukan dalam ekosistem sungai adalah struktur dinamik dari debit yang
mengalir di sungai.
2.5.3. Daerah Aliran Sungai DAS.
Menurut Suripin 2002, DAS adalah suatu wilayah yang dibatasi oleh pemisah topografi, yang menerima hujan, menampung, menyimpan, dan mengalirkan ke sungai,
dan seterusnya ke danau atau ke laut. DAS juga merupakan ekosistem dimana di dalamnya terjadi suatu proses interaksi antar faktor-faktor biotik, non-biotik, dan manusia.
Maryono 2005 mendefenisikan DAS sebagai suatu wilayah tangkapan air hujan yang akan mengalir ke sungai yang bersangkutan. DAS tersusun oleh kesatuan berlapis-
lapis kawasan yang secar geografis membentang mulai dari hulu, tengah, hingga hilir. Si kawasan hulu, DAS menjadi daerah tangkapan air hujan dan berfungsi sebagai kawasan
penahan run off yang selanjutnya akan menjamin ketersediaan pasokan air bagi
keseluruhan sistem ekologi DAS, terutama bagi penduduk di kawasan penyimpan resipitasi air hujan serta mengalirkan kelebihannya melalui jaringan anak sungai dan infiltrasi aliran
air bawah tanah. Cadangan air tanah tersebut selanjutnya akan menjadi sumber air di berbagai tempat bagi mereka yang tinggal di daerah hilir.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Terganggunya tata air di DAS dapat menimbulkan banjir pada saat musim penghujan, kekeringan di musim kemarau, pendangkalan waduk sebagai akibat adanya
erosi di daerah hulu, terjadinya lahan-lahan kritisrusak yang lebih lanjut akan mengakibatkan penurunan produktivitas tanah dan produksi usaha tani maupun
kesejahteraan sosial Asdak, 1995. Menurut Maryono 2005 perubahan fisik yang terjadi pada DAS akan berpengaruh
langsung pada kemampuan retensi terhadap banjir. Retensi DAS dimaksudkan untuk menahan air bagian hulu. Perubahan tata guna lahan akan menyebabkan berkurangnya
retensi DAS ini secara drastis. Seluruh air hujan akan dilepaskan ke arah hilir. Sebaliknya, semakin besar retensi suatu DAS, maka akan semakin baik, karena air hujan dapat dengan
baik diresapkan diretensi di DAS dan secara perlahan-lahan di alirkan ke sungai sehingga tidak menimbulkan banjir.
2.6. Bencana. 2.6.1. Pengertian Bencana.