Pelaporan Arus Kas Perusahaan

15 pembayaran dividen juga diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan. Sifat aktivitas pendanaan adalah sama, apa pun jenis industrinya, tetapi aktivitas operasi dan aktivitas investasi berbeda untuk masing masing jenis industri. Beberapa contoh arus kas dari aktivitas pendanaan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia 2007:2.5 adalah: a. Penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya; b. Pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham perusahaan; c. Penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik, dan pinjaman lainnya; d. Pelunasan pinjaman; e. Pembayaran kas oleh penyewa guna usaha lessee untuk mengurangi saldo kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan finance lease. Arus kas pendanaan pada perusahaan dapat bernilai positif surplus ataupun negatif defisit. Suatu perusahaan memiliki arus kas pendanaan yang positif atau surplus jika arus kas masuk dari aktivitas pendanaan lebih besar daripada arus kas keluarnya. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki arus kas negatif jika arus kas masuk dari aktivitas pendanaan lebih kecil daripada arus kas keluarnya.

2.1.3 Pelaporan Arus Kas Perusahaan

Setiap perusahaan diminta untuk mencantumkan laporan arus kas dalam setiap laporan keuangannya sesuai dengan pedoman yang berlaku yaitu PSAK No.2. Menurut IAI 2007:2.17, perusahaan harus melaporkan arus kas operasi dengan menggunakan salah satu dari metode berikut: a. Metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau 16 b. Metode tidak langsung: dengan metode ini laba rugi atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan deferral atau akrual dari penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan , dan unsur penghasil atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Namun Standar Akuntansi Keuangan SAK dalam pernyataan No.2 paragraf 18 menganjurkan agar perusahaan melaporkan arus kas operasi ini dengan menggunakan metode langsung . Sedangkan menurut IAI 2007:2.20 untuk pelaporan arus kas dari aktivitas investasi dan pendanaan sebagai berikut: Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan, kecuali sebagaimana dijelaskan pada paragraf 21 dan 23, arus kas dilaporkan atas dasar arus kas bersih. Manurung 1998:15 menyatakan bahwa “Perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia BEI dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi, arus kas dari aktivitas investasi dan arus kas dari aktivits pendanaan dengan metode langsung”. Metode langsung pada dasarnya adalah pemeriksaan kembali setiap pos atau akun laporan laba rugi dengan tujuan melaporkan seberapa banyak kas yang diterima atau dikeluarkan sehubungan dengan pos tersebut. Menurut Stice 2006:732 penyusunan laporan arus kas menggunakan metode langsung memerlukan penyesuaian dalam beberapa hal seperti.: 1. Mengeliminasi beban-beban yang tidak melibatkan arus kas keluar seperti beban penyusutan. 2. Mengeliminasi keuntungan dan kerugian yang terkait dengan aktivitas investasi atau pendanaan untuk menghindari memperhitungkan pos-pos tersebut dua kali. 3. Menyesuaikan perubahan-perubahan dalam saldo aset dan kewajiban operasi lancar biasanya, namun tidak selalu lancar karena perubahan- perubahan ini mengindikasikan kasus-kasus yang mana arus kas operasi 17 yang terkait dengan transaksi tidak sama dengan pengeluaran atau pendapatan yang dilaporkan untuk transaksi tersebut. Sedangkan metode tidak langsung merupakan penyusunan laporan arus kas yang dimulai dengan laba bersih yang dilaporkan di laporan laba rugi, dan menyesuaikan nilai akrual ini untuk setiap hal yang tidak memengaruhi kas. Menurut Stice 2006:738 dalam penyusunan laporan arus kas menggunakan metode tidak langsung diperlukan dasar pemikiran dalam hal penambahan dan pengurangan akun-akun yang terkait seperti a. Menambahkan jumlah beban penyusutan dan amortisasi. Jumlah ini ditambahkan kembali ke laba bersih karena tidak ada arus kas yang terkait dengan beban-beban ini dalam periode berjalan. b. Mengurangkan jumlah keuntungan dan menambahkan jumlah kerugian karena dampak kas penuh dari pos-pos ini dilaporkan dalam bagian aktivitas investasi. Karena keuntungan dan kerugian dimasukkan di dalam perhitungan laba bersih, tidak melakukan penyesuain ini akan menyebabkan keuntungan da kerugian tersebut menjadi diperhitungkan dua kali. c. Menambahkan penurunan pendapatan penjualan diterima di muka. Pendapatan penjualan diterima di muka akan naik ketika pelanggan membayar barang atau jasa di muka. Jadi, kenaikan dalam Pendapatan Penjualan Dibayar di Muka mencerminkan kas yang diterima di luar jumlah penjualan. d. Menambahkan penurunan persediaan. Dengan memperkenankan jumlah persediaan mengalami penurunan, perusahaan telah menghemat kas yang seharusnya dipergunakan untuk membeli persediaan. e. Mengurangkan kenaikan dalam beban operasi dibayar di muka. Dalam hal ini, perusahaan membayar kas tambahan dengan membayar di awal jasa yang tidak akan dipergunakannya sampai periode-periode mendatang. f. Menambah kewajiban untuk pensiun karyawan. Suatu beban restrukturisasi tidak melibatkan pengeluaran uang secara langsung. Kenaikan kewajiban ini menunjukkan bahwa perusahaan belum membayarkan kas yang terkait dengan restrukturisasi, sehingga jumlah kenaikan itu ditambahkan ke dalam perhitungan arus kas operasi. g. Mengurangkan penurunan utang pajak penghasilan. Perusahaan harus membayar kas tambahan untuk mengurangi saldo Utang Pajak Penghasilan. h. Menambahkan kenaikan kewajiban pajak penghasilan tangguhan. Sebagian beban pajak penghasilan yang berhubungan dengan pajak 18 penghasilan tidak akan terutang sampai suatu tahun yang akan datang. Oleh karena itu, bagian dari beban pajak penghasilan ini tidak melibatkan suatu arus kas keluar lancar dan ditambahkan kembali ke dalam perhitungan arus kas operasi Penghitungan total arus kas menggunakan metode langsung maupun tidak langsung akan menghasilkan jumlah yang sama. Perbedaan signifikan diantara kedua metode ini hanyalah dari sisi penyampaian informasi dan penggunaannya. 1. Dari sisi informasi Dengan metode langsung akan dihasilkan informasi yang berguna dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode tidak langsung. Selain itu dengan metode langsung juga informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto dapat diperoleh dari catatan akuntansi perusahaan atau dengan menyesuaikan penjualan dan pos-pos lain dalam laporan laba rugi. 2. Dari sisi pemakaian Metode tidak langsung lebih disukai dibandingkan dengan metode langsung dan digunakan oleh kebanyakan perusahaan karena relatif lebih mudah digunakan dan merekonsiliasikan perbedaan antara laba bersih dengan arus kas bersih dari aktivitas operasi. Financial Accounting Standard Board FASB mempertimbangkan alasan-alasan untuk penggunaan kedua metode ini, dan walaupun lebih menyukai kejelasan dari metode langsung. Stice 2006:291 menyatakan “FASB akhirnya memperbolehkan penggunaan metode yang mana saja. Pilihan untuk menggunakan metode langsung dan metode tidak langsung hanya memengaruhi 19 bagian aktivitas operasi, sedangkan bagian aktivitas investasi dan pendanaan hampir sama apa pun metode yang digunakan”.

2.2 Return Saham

Menurut Lubis 2008:157 mendefenisikan saham sebagai “penyertaan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan”. Sedangkan Suad Husnan 1998 mengemukakan pendapatnya bahwa “saham sebagai bukti tanda kepemilikan atas suatu perusahaan”. Berdasarkan defenisi tentang saham tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa saham adalah surat berharga yang merupakan bukti kepemilikan modal atas suatu perusahaan, dimana pemiliknya berhak untuk memperoleh dividen sebesar jumlah kepemilikannya dalam perusahaan dan apabila perusahaan melakukan pembayaran dividen serta saham juga dapat dijual di kemudian hari dengan harapan harga saham akan naik sehingga investor dapat memperoleh keuntungan berupa capital gain. Ekspektasi dari para investor terhadap investasinya adalah memperoleh return tingkat pengembalian sebesar-besarnya dengan risiko tertentu. Return tersebut dapat berupa capital gain dan dividen untuk investasi pada saham dan pendapatan bunga untuk investasi pada surat hutang. Return tersebut yang menjadi indikator untuk meningkatkan kekayaan para investor, termasuk di dalamnya para pemegang saham. Seorang investor yang memutuskan untuk melakukan investasi dalam berbagai saham maka berarti investor tersebut melakukan partisipasi dalam modal suatu perusahaan. Seorang investor yang rasional akan selalu berusaha agar investasinya mendatangkan tingkat return yang

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Operasi, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 33 97

Pengaruh Arus Kas Operasi Dan Likuiditas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 7 1

Pengaruh arus kas operasi dan likuiditas terhadap return saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI0

1 5 1

PENGARUH KOMPONEN ARUS KAS DAN LABA KOTOR TERHADAP RETURN SAHAM (Studi Kasus Pada Perusahaan Tekstil dan Garment di Bursa Efek Indonesia)

0 15 72

PENGARUH INFORMASI LAPORAN ARUS KAS DAN RETURN ON INVESTMENT TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 24

PENGARUH ARUS KAS TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK Pengaruh Arus Kas Terhadap Harga Saham pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 0 15

PENGARUH ARUS KAS OPERASI, ARUS KAS INVESTASI, ARUS KAS PENDANAAN DAN LABA BERSIH TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 4 12

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Laporan Arus Kas 2.1.1Pengertian dan Tujuan Arus Kas - Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 21

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan - Pengaruh Laporan Arus Kas Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Tekstil Dan Garment Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 1 8

SKRIPSI PENGARUH LAPORAN ARUS KAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN TEKSTIL DAN GARMENT YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 11